(3) Dibunuh tapi Tak Terbunuh

35 10 0
                                    

By: Nafilah

**


Seorang manusia berbentuk hewan mencari tempat tinggal untuk ditempatinya. Bukan berarti ia tak mempunyai tempat tinggal. Ia malu sebab, bentuk tubuhnya setelah dilahirkan yaitu seperti hewan kelinci. Iyaa dia berjalan juga meloncat seperti kelinci. Tetapi untung saja dia bisa berbicara.

Sakti nama pemuda itu. Ia sangat bersedih, sehingga ia lebih memilih untuk pergi dari rumahnya. Hutan yang dipilihnya sekarang untuk ditinggali tak begitu menyeramkan. Karena banyak hewan-hewan seperti dirinya.

"Aku harus tinggal disini untuk sementara waktu. Agar orang tuaku tak merasa malu karena, mempunyai anak macam aku ini," ucap Sakti dengan murungnya.

Citt citt citt

"Heyy kemari kau tikus bermainlah denganku!" Ajak Sakti dengan gembiranya. Karena, ada hewan yang mengikutinya sedari tadi.

Tikus itupun menghampiri Sakti dengan loncatannya yang lincah. Lama ia bermain bersama tikus hingga tak sadar ia belum makan. Tikus itu nampak ketakutan dilihatnya. Sebab, tikus yang dipegang Sakti melihat pemburu tepat didepannya.

"Tikus kau tenanglah, mereka hanya pemburu hahaha," remeh Sakti.

Bukannya tenang tikusnya kabur dari tangan Sakti. Hingga membuat Sakti berfikir. Apakah pemburu itu banyak membunuh hewan disini? Sakti bukannya kabur juga ia malah menghampiri pemburu itu.

"Waww kau manusia berwujud hewan ternyata. Langkah sekali, pasti kalau dijual untung banyak nih," ucap pemburu itu dengan senyum sumringah.

"Jangan harap kau bisa menjualku wahai pemburu sialan," celoteh Sakti dengan nada tingginya.

Jlebbbbb

Panah yang dibawah pemburu itu langsung ditembuskan ditubuh Sakti. Ternyata pemburunya berdarah dingin, ia tak segan-segan akan membunuhnya kalau berani bicara sepatah kata.

Tubuh Sakti kini ambruk tak berdaya. Pemburu itu tertawa terbahak-bahak menyaksikan kemenangannya lagi kali ini. Ditinggalnya Sakti dibawah pohon hutan sendirian.

"Aaakkkhhh pannnahhh iiinniii sunnnggguuhhh keerrrasss ssuussahh seeekalliii diiilepppaskann," ucap sakti setelah ia terbebas dari panah yang ada ditubuhnya.

"Heyy kau terima ini pemburuh jahannamm," murka Sakti dan melempar panah tadi kepemburu itu.

Jatuh ambruk pemburu itu disusul darah yang membanjiri daun yang berjatuhan dihutan. Tanpa bertanya mengapa Sakti bisa hidup lagi, pemburunya meninggal dunia.

"Hahahhh kau macam-macam denganku habis kau," ucap Sakti seperti orang mendapatkan piala. Iyaa piala membunuh orang.

Sakti pun mencari makan karena, ia tadi bilang sedang kelaparan. Tetapi terhambat akibat pemburu itu datang. Ia bingung harus makan apa? kalau makan hewan justru ia tak tega. Sakti berjalan menelusuri titik tempat di hutan. Menoleh kekanan kekiri dan ia pun menemukan pohon singkong. Senangnya ia langsung melahabnya dengan cepat, takut jika ada yang mengganggunya lagi.

"Hummm enakk sekali singkong ini," ucap Sakti dengan rakusnya memakan singkong yang ada didua tangannya sekaligus.

Hoooaammm

Menguaplah Sakti setelah ia kenyang. Ia memutuskan untuk istirahat dihutan. Karena di hutan pemandangannya sangat indah dan dingin juga. Jadi cocok untuk tempat istirahatnya kali ini.

~~~

Pagi hari yang cerah. Sang surya menampakkan cahayanya dengan kicauan burung-burung yang banyak.

"Waww ini apa-apaan banyak sekali senjata yang ada ditubuhku," terkejut Sakti setelah ia membuka matanya.

Ia pun melepaskan banyak senjata yang menusuknya pagi ini. Ntah kapan pemburu itu datang. Ia melepasnya dengan tertidur, jongkok, salto dan lain sebagainya. Karena, susah sekali melepaskan senjata itu dari tubuhnya.

Kemudian ia merasakan hal tidak enak dari mulutnya. Ia mengecapkan mulut dan lidahnya, ada benda keras disana. Cukup sulit ia menemukan benda itu sampai tangannya ikut masuk kedalam mulutnya. Ternyata sebuah peluru menancap ditenggorakkannya.

"Aneh-aneh saja pagi ini, sampai peluru menyangkut ditenggorokanku," celoteh Sakti dengan geramnya.

Setelah melepaskan semua senjata itu dari tubuhnya ia pun mandi di sungai yang sangat deras. Senangnya Sakti dapat menikmati keindahan alam di hutan ini.

"Ohh ternyata itu manusia berwujud hewan dia yang membunuh kakakku," ucap orang yang mengintip dibalik semak-semak dengan amarah yang melonjak.

Tanpa menunggu sampai Sakti selesai mandi, orang itu langsung melesatkan senjatanya ke Sakti.

"Astagaa apalagi iniiii," jengkel Sakti sebab, panah yang mirip seperti kemarin menusuk kepunggungnya.

Dilepasnya lagi panah dari tubuhnya. Adik dari pemburu itu tercengang melihat senjata yang ia hunuskan tidak membuat Sakti meninggal.

"Maju kau! Jangan beraninya hanya menusuk orang dari belakang," marah Sakti memuncak saat ini. Seperti ingin memutuskan kepala orang.

Adik pemburu itu melarikan diri dan tak menghampiri Sakti. Adik pemburu itu berfikir bahwa penyebab kakaknya meninggal adalah karena Sakti tidak meninggal walaupun dihunuskan beberapa kali senjata tajam manapun.

"Huhhh cemennnn," ece Sakti dengan memberikan jempolnya terbalik.

Sakti kembali ketempat yang ia buat istirahatnya. Ia duduk termenung memikirkan hal yang menjadi penyebab persoalannya kemarin sampai pagi ini.

"Aku harus pergi dari hutan ini. Nampaknya hutan ini banyak sekali pemburunya. Pantas saja kemarin tikus itu kabur dengan cepat," ucap Sakti setelah berfikir.

Sakti pun menepati ucapannya. Bahwa ia akan pergi ke hutan-hutan lain kalau seandainya banyak sekali pemburu yang mengintainya dan ia berjanji tak akan kembali kerumahnya walaupun orangtuanya menangis merindukannya.



End

Fant's AntologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang