By: May
**
Kota yang penuh kehancuran dan ketamakkan harta. Seorang pemuda remaja yang tersesat di dunia kegelapan dan tak ada rasa kemanusiaan, sejak ia dibawa dari lift yang entah mengapa membawanya kemari. Berjalan perlahan entah dimana tujuan, tatapan kosong dan ingin pergi dari dunia itu. Ia bingung harus mencari jalan keluar darimana, namun tiba-tiba...._Plak_
Ayeno meringis, "Au, sakit, gila."
Gadis di sebelahnya malah tertawa keras. "Heh, yang ada, kamu yang jadi gila!" Ucapnya keras. Ya, suara pukulan tadi berasal dari bagian kepala belakang Ayeno. " Wle!" Ia menjulurkan lidah lalu berlari setelah mengolok pemuda itu.
"Awas kau, Reyna!"
Reyna adalah gadis sebaya yang ia anggap sebagai sahabat. Ia membantu Ayeno beradaptasi di dunia ini, iya... dunia kejam nan gelap ini. Seperti yang banyak didengar, wanita dan pria itu tidak bisa dalam satu hubungan yang dinamakan sahabat. Pasti di salah satu dari mereka memiliki perasaan lebih dari perasaan pertemanan.
***
Malam yang kini diterangi oleh 2 bulan, merah dan putih. Burung elang yang selalu datang mengawasinya, namun Ayeno tak peduli akan hal itu. Cermin pecah kini memantulkan bayangan Ayeno, luka di bagian salah satu tulang pipinya... tak kunjung pulih. Ia memainkan kompas, itu adalah benda berharga baginya. Entah dunia apalagi yang ia telusuri, kompas ini hanya memberi arah mata angin dan membawanya. Ini mungkin tak seburuk kota yang lalu, namun ini tetap saja membuatnya terasa menjadi tak berguna.
_Tik, tik, tik_
Suara dari kompas miliknya, bersuara seperti menyuruhnya untuk mencari tau apa yang harus dituju. Ayeno pun turun dari tempat tinggalnya, bergegas mengikuti arah mata angin yang pasti membawa petunjuk.
Suara kompas itu tak henti-hentinya, pemuda itu tergesa-gesa dengan cekatan. Dan ternyata benda itu menuntunnya ke lift yang kemarin membawanya dari dunia yang selalu memberi perintah dan peraturan ketat hingga pindah ke dunia ini. Tepat di tengah jalan utama, Ia berhenti sejenak, dan masuk membuka lift itu, tanpa ragu.
Kondisi lift yang tampak sangat berdebu, ia menyingkirkan jaring laba-laba dan masuk lebih dalam. Angin lagi-lagi menghantuinya, ia pun melihat secarik kertas berbentuk karcis yang bertuliskan _To new world, one way ticket_ , ya karcis ini juga berhubungan dengan lift menuju dunia baru, karena karcis inilah. Tanpa berpikir panjang, ia keluar dari sana. Ayeno menyirami lift itu dengan bensin lalu membakarnya, entah apa pikirannya. Tidak hanya itu, ia juga membakar karcis itu, agar tak ada seorang yang mengetahui dan mengalami kejadian seperti dia.
***
"Ayeno!" Teriak seseorang membangunkan tidurnya.
Ia malah menutup telinganya dengan bantal, malas untuk bangun. Dan tak henti-hentinya...
"A-Y-E-N-O! BANGUN!" Lanjutnya lagi. Diiringi dengan gedoran pintu yang kuat.
Ayeno pun kesal dan beranjak dari sana. " Rey! Bisa mengeja apa tidak kamu, hah?!" Balas teriak oleh pemuda itu.
Bukannya membalas gadis itu malah, "Buka pintu kamu! Kalau tidak, akan aku hancurkan lagi!" Ancam Reyna. Sudah diucapkan diawal dunia ini penuh kehancuran.
Mau tak mau, Ayeno menurutinya. Jika tidak gadis itu mungkin menghancurkan sebanyak 9 pintunya sekarang. Dengan cepat ia membukakan pintu, dan menyambut Reyna dengan lesu.
"Silahkan masuk..." suara yang sangat _deep_ ketika bangun dari tidur, lalu karena malas melihat Reyna ia cepat-cepat berbalik badan dan...
_Grep_
Matanya yang tadi malas kini dibuat tidak mengantuk lagi. Kedua tangan Reyna kini bertengger seperti memeluknya, "Cepat gendong aku," bisik gadis itu. Perbudakan juga meraja lela, namun ketika melihat Reyna ia begitu membutuhkan kasih sayang.
"Hm, baiklah Rey." Ayeno pun menurutinya lagi.
"Apa kau ingin pergi ke suatu tempat?" Tanya Ayeno. Ia berjalan menuju jendela dan mengambil kompas itu.
Namun sebelum gadis itu menjawab, kompas yang dipegangnya kembali berbunyi. "Baiklah, aku ini mencari sesuatu apa kau tetap ingin ku gendong?" Suara lembut dari Ayeno adalah kesukaan Reyna.
Reyna tersenyum simpul. "Yep," balasnya.
Dengan mahir ia cepat mengikuti apa perintah mata angin saat ini. Sambil menggendong Reyna, ia berlari menyusuri kota, melewati terowongan hingga berhenti dipadang rerumputan berwarna ungu, mengingatkan pada lebam yang pernah terima saat tinggal disini, sampai sekarang itu membekas... bukan hanya luka fisik namun juga luka batin.
Burung elang yang selalu ia temui, datang menghampiri Ayeno. Dan menjatuhkan sebuah kunci, tanpa ada kecurigaan apapun ia mengambil kunci itu. Tiba-tiba cahaya membentuk limas kini muncul dan luntur seketika menampakkan sebuah pintu berwarna silver. Mata Ayeno berbinar-binar melihat kejadian barusan. Akhirnya ia bisa pulang ketempat asalnya.
Pemuda itu pun menurunkan Reyna perlahan. Dan menatap pekat mata biru Reyna, "Maaf Rey, aku harus kembali ke asalku dan aku harus meninggalkanmu," jelas Ayeno. Sekarang pipinya basah akibat tak bisa membendunginya.
"Apa kau benar-benar tak bisa tinggal?" Tanya gadis itu, deru air matanya semakin deras. Ayeno menggeleng perlahan. Namun tak ada waktu lagi, dentingan jarum mata angin itu terus mengusik agar ia cepat pergi, waktunya hanya sedikit.
Ayeno pun memeluk sekilas Reyna, lalu berlari menuju pintu itu. Kunci itu lalu ia masukkan ke dalam dan terbuka lebar jalan untuk keluar, ia melihat sekilas kearah Reyna dan pergi untuk dirinya sendiri dan selama-lamamya.
Rerumputan ungu berubah menjadi warna kecoklatan seperti saat musim gugur. Tampak 2 bulan kini menyatu, dunia asalku. Akhirnya aku kembali, di masa ketenangan yang begitu indah. Dan Ayeno baru ingat suatu hal, bahwa tempat ini adalah taman yan sering ia kunjungin.
"Ayeno?!"
"Ibu?!"
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Fant's Antology
Nouvelles"Kamu... percaya dunia fantasy?" .... Highrank: #4 antologicerpen #35 antologi