(9) Determine The Protagonist

23 8 0
                                    

By: Irma

**

Dikisahkan seorang wanita bernama Nadia adalah wanita karier berumur 29 tahun, diusianya yang terbilang cukup matang dia belum memiliki pasangan. Ia yatim piatu sejak berumur 14 tahun, pasalnya orang tuanya terlebih dahulu dipanggil yang kuasa.

Nadia saat ini tengah sibuk menulis karya barunya dalam bentuk sebuh buku, dimana buku yang bergenre romance buatannya sering laku dipasaran. Menulis adalah hobinya, sehingga disaat bersantai seperti ini dia bisa menumpahkan unek-uneknya melalui tulisan.

Tak tak tak....

"Helena pun mati dengan mengenaskan... sehingga Caesar dan melody hidup bahagia... tamat," ucap Nadia sambil mengetikkan naskah diatas laptopnya.

"Hem... kisahmu sungguh tidak adil Helena, mati dengan tragisnya, namun apalah dayaku takdirmu memang hanya antagonis... yang memang takdirnya harus mati." Setelah dirasa tulisannya selesai, Nadia beranjak untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Namun saat Nadia terbangun dari tidur, bukan diapartemen dirinya terbangun. Nadia melihat kesegalah arah, ini lebih terlihat seperti kamar seorang bocah SD, bagaimana tidak disebut kamar anak kecil jika disegala ruangan bewarna serba pink.

Tok tok tok

Nadia dengan refleks menoleh kearah pintu yang terbuka, terlihat seorang wanita yang menggunakan baju hitam putih... pelayan kah?

"Putri Helena anda ternyata sudah bangun." Nadia masih berusaha mencerna kata-kata pelayan itu.

"Siapa aku?" tanya Nadia karena merasa ada yang janggal.

"Anda adalah putri He--"

"Apa!?" Pekikan Nadia menghentikan perkataan pelayan itu. Pelayan itu terlihat ketakutan, takut-takut Nadia... ah ralat Helena akan menghukumnya seperti yang lalu-lalu.

Seiring berjalannya waktu Nadia mulai memahami, bahwa ternyata ia terbangun sebagai Helena yang akan mati pada akhirnya. Awalnya ia kaget, bagaimana bisa dia masuk kedunia novel yang ia ciptakan sendiri, apalagi ini sebagai antagonis yang pada akhirnya akan mati. Ini memang sesuatu diluar nalar manusia... namun apalah daya Nadia, kalau itu sebenarnya nyata.

"Yah... hari ini adalah hari dimana Helena akan bertemu dengan Caesar dan Melody, dimana saat itu melody yang menolong pangeran Caesar saat bersedih dan Helena mendorong Melody hingga terjatuh akibat cemburu, pada akhirnya seorang Helena menjadi antagonis dikehidupan pangeran Caesar. Hem... jadi yang harus Helena lakukan adalah mendahului Melody agar mendapatkan cinta dari pemeran utama. Baik... jadilah penjahat sesungguhnya dengan bermain licik Helena...."

Dan apa yang direncanakan oleh Helena pada akhirnya terlaksana.
Pada saat itu pangeran Caesar tengah melamun di alun-alun kota, ia dinobatkan menjadi pangeran mahkota di usianya yang masih terbilang muda, dan lagi ibunya yang menjadi ratu hanya pangkat belaka, tidak ada rasa cinta dari raja.

Cukup mudah bagi Helena memahaminya, karena ia yang menentukan alur cerita, dan sesuai jarapan pangeran Caesar terlihat mengagumi seorang Helena.

"Terima kasih Pangeran," ucap Helena denga malu-malu, atau lebih tepatnya bersandiwara.

"Siapa namamu Putri?" tanya pangeran Caesar. Inilah saat yang ditunggu-tunggu Helena, dimana saat itu Melody ingin memperkenalkan dirinya namun didahului oleh dorongan Helena.

Helena menunggu beberapa saat... namun apa yang ditunggu Helena tidak terjadi, tak ada Melody yang mendorongnya. Helena menepuk jidatnya, bagaimana ia bisa lupa bahwa Melody yang protagonis adalah gadis yang berhati baik.

"Ada apa putri?" tanya pangeran Caesar bingung.

"Ah tidak mengapa... emm namaku Helena...."

Setelah hari itu hubungan diantara Helena dan pangeran Caesar berangsur baik. Namun ada yang mengganjal di pikiran Helena, dimana Melody?

"Apa aku merubah alur terlalu jauh? Aku hanya mengubah saat dimana pertemuan pertama." Saat Helena sedang asiknya bermonolog, tiba-tiba sebuah bayangan hitam lewat sekilas dihadapannya.

"Apa itu!?" kaget Helena. Gadis itu melihat kesegala arah namun tak menemukan sesuatu apapun, saat Helena ingin berbalik tiba-tiba sebuah belati sudah berada tepat dilehernya, sedikit bergerak saja maka leher itu akan terlepas dari tempatnya.

"Tempatmu bukan berada disini Nadia," ucap orang itu dengan geram. Helena tentu saja kaget, siapa dia yang mengetahui bahwa sebenarnya Helena adalah Nadia.

"S-siapa k-ka-kamu?" tanya Helena gugup karena merasa hidupnya sudah di ujung tanduk.

"Aku adalah Melody... yang seharusnya menjadi protagonis, namun kamu mengubah segalanya!" geram Melody. Nadia sama sekali tidak membuat sosok protagonis wanita memiliki sifat yang buruk.

"Aku hanya tak ingin mati," jawab Helena hati-hati.

"Namun kamu akan mati detik ini juga, karena ini bukan tempatmu."

Blass....

Belum sempat Helena menjawabnya, pisau itu sudah mengiris kulit lehernya.

"Tidak!" Teriak wanita yang baru terbangun dari tidurnya.

"Hah... apa aku belum mati?" tanya Helena... ah ralat Nadia.

"Ini apartemenku? Ba-bagaimana bisa?" Dengan kasar Nadia menjambak rambutnya.

"Jika ini mimpi... bagaimana mimpi bisa senyata itu, oh astaga!" Nadia melangkah kebalkon apartemennya dan melihat kemacetan muda-mudi di Jakarta....

"Rasanya aku rindu suasana ini. Melody keparat itu akan kubuat menjadi Helena... astaga ini tanggal berapa!" seru Nadia heboh dengan masuk kembali dan melihat tanggal yang tertera.

"Emm... ini masih tanggal yang sama seprti aku terbangun di dunia novel, tapi bagaimana bisa? Apa ini mukjizat Tuhan?" monolog Nadia dengan bertopang dagu.

"Yah anggap saja itu mimpi... mari kita buat Melody menjadi antagonisnya dan mati dengan cara lebih tragis dari Helena. Hahah!"

Setelah hari itu, Nadia mengubah alur cerita... dimana harusnya Helena yang mati dengan mengenaskan, berubah alur menjadi Melody yang mati dengan lebih mengenaskan... dan Caesar dan Helena pun hidup bahagia....


End

Fant's AntologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang