(12) Wonderland

11 7 0
                                    

By: Ajeng

**


Nadine Alina Megantara, sangat menyukai cerita-cerita yang berbau fantasi, seperti dongeng. Entah mengapa sejak kecil sampai usinya yang telah menginjak 16 tahun ini, dia masih saja menyukai dongeng. Bahkan ibunya sampai heran mengapa putrinya ini masih saja menyukai dongeng, padahal dongeng adalah khayalan semata. Tetapi ketika ibunya berbicara seperti itu, Nadine selalu menyangkal.

Pada suatu hari, Nadine baru saja membeli buku dongeng keluaran terbaru yang berjudul "Wonderland". Nadine mulai membacanya dengan serius bahkan kadang-kadang senyumnya mengembang ketika ada adegan menarik dan dia membayangkan bisa berada disana.

Katika sampai dihalaman akhir ada sebuah tulisan yang membuat Nadine tertarik untuk membacanya, tulisan itu berbunyi "Tutuplah matamu dan rasakanlah kau berada di dunia dongeng". Senyum Nadine mengembang, dia iseng-iseng melakukan apa yang diintruksikan buku itu. Ketika Nadine membuka matanya alangkah terkejutnya Nadine ketika dia melihat pemandangan yang sangat indah seperti yang dia lihat di negeri dongeng.

Dia mencoba menyakinkan dirinya bahwa dia benar-benar tidak bermimpi. Dan ternyata dia benar-benar tidak bermimpi. Nadine bangkit dan mulai mengelilingi negeri dongeng ini. Sesekali senyumnya mengembang ketika melihat ada beberapa hewan yang menyapanya.

Karena lelah berkeliling akhirnya Nadine memutuskan untuk beristirahat sebentar di sebuah danau yang sangat indah. Nadine merebahkan tubuhnya di tepi danau yang sangat sejuk ini. Dia memejamkan matanya, dia masih tidak menyangka dia bisa berada disini.

Tiba-tiba saja dia mendengar sebuah suara. Nadine segera bangkit dan segera mencari sumber suara itu. Sesekali dia terkejut ketika mendengar suara tembakan, tembakan itu tidak terjadi sekali dua kali, bahkan berulang kali. Nadine semakin penasaran sebenarnya apa yang sedang terjadi.

Ketika tubuhnya semakin dekat dengan sumber suara, alangkah terkejutnya dia. Bahkan tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan dan mulutnya terbuka sangat lebar. Nadine tidak menyangka dia akan melihat langsung pertempuran yang ada di negeri dongeng. Biasanya dia hanya bisa membayangkannya saja. Tetapi sekarang dia dengan langsung bisa melihatnya.

Di depan Nadine sekarang sedang ada pertempuran hebat antara pangeran Antonio dan juga penyihir. Mereka bertarung karena penyihir tidak terima pangeran Antonio diangkat menjadi pangeran di negeri dongeng. Dia menyangka bahwa pangeran Antonio tidak pantas untuk menjadi pangeran dongeng karena posisi itu hanya pantas untuk puteranya.

Pertempuran hebat terus saja dilakukan. Nadine yang sedang bersembunyi dibalik pohon yang sangat besar hanya bisa berdoa semoga pertempuran itu segera berakhir dan dunia dongeng kembali seperti semula.

Nadine mulai was-was ketika pangeran Antonio mulai kewalahan dengan serangan-serangan yang dilontarkan penyihir.

"Menyerahlah kau Antonio dan biarkanlah puteraku menjadi pangeran di negeri dongeng ini," kata penyihir.

"Tidak akan, aku tidak akan membiarkan negeri dongeng diambil alih oleh orang-orang licik seperti kau dan puteramu," jawab pangeran Antonio.

"Apa kau bilang? Aku licik? Hahahaha, aku memang licik, oleh sebab itu aku tidak akan membiarkanmu menang Antonio," sarkas penyihir.

"Kalau kau tidak membiarkanku menang, maka aku akan membuatmu kalah dan tunduk padaku," kata pangeran Antonio tidak kalah sarkas.

Fant's AntologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang