Not a Truth, nor Lie

61 10 0
                                    

"Sedang apa kalian di atas sana?" Sebuah suara membuat kedua orang tersebut menoleh terkejut.

Mereka terlalu dekat dengan salah satu atap gedung pencakar langit, sampai-sampai ada orang yang menyadari kedua mafia pelabuhan tengah melayang di udara.

Dengan cepat Chuuya langsung menarik lengan si surai hitam.

"Pria aneh, untuk apa ia berkeliaran di atap? Ini sudah dini hari," Gerutu si surai senja, ia membawa Akutagawa ke tempat yang jauh.

Yah, tidak seharusnya ada orang yang masih berkeliaran di malam hari. Kota ini bukan kota kelelawar. Menurut fakta, penduduk kota ini dipastikan sudah memiliki kebiasaan untuk tidur pukul sembilan atau paling lambat pukul sepuluh.

Ah mungkin hanya orang aneh, atau mungkin orang mabuk.

"Chuuya-san, sepertinya kita harus kembali," Ujar Akutagawa, "Aku merasa saat ini bukan waktu yang baik untuk berkeliaran, kita sudah ketahuan oleh satu o-"

"Ha'i, aku paham, kok," Chuuya mengangguk perlahan. Wajahnya terlihat agak kecewa, namun apa yang dikatakan Akutagawa memang benar.

Perlahan Chuuya menurunkan Akutagawa di dalam sisi gang yang gelap agar tidak ada orang yang melihat, lalu tersenyum padanya.

"Sebaiknya kau cepat tidur. Kau ini selalu memotong jam tidurmu," Komentar si surai senja. Akutagawa hanya mengangguk.

***

"Hora, Akutagawa-kun," 

Tangan berbalut sarung tangan hitam menyentuh selimut si surai hitam yang masih terlelap dalam tidurnya.

Perlahan Akutagawa terbangun, ia mengerjapkan matanya. Rambutnya yang masih berantakan membuat Chuuya tidak dapat menahan tawanya.

"Kau ini, tidurmu lelap sekali," Chuuya tertawa kecil, "Sudah pagi. Kita harus segera melanjutkan tugas,"

* * *

"Kau mau sarapan dulu?"

"Tidak perl-"

"Itu adalah perintah,"

"Tapi Chuuya-san tadi berta-"

"Itu adalah perintah, jadi kau harus lakukan,"

"Ah... ha'i,"

* * *

Sepanjang perjalanan, si surai hitam hanya mengikuti Chuuya dari belakang. Ia menunggu perintah selanjutnya.

Langit cerah menyinari kota kecil tersebut. Banyak orang berjalan, berangkat kerja, dan lainnya.

Kedua eksekutif ini berusaha agar tidak menampakkan wajah mereka di depan umum. Salah-salah bisa ada orang yang mengenali wajah mereka. Akan mempersulit segalanya.

"Ah, Akutagawa-kun, kau bisa urus daerah sana, kan?" Chuuya menunjukkan arah yang berlawanan dari langkah kakinya pada si surai hitam. Akutagawa mengangguk, "Ha'i,"

"Kalau begitu, kau urus daerah sana. Jangan lupa kau harus tetap mengontakku, mengerti?"

"Ha'i,"

***

"Ahh... bosannya," Gumam Chuuya yang berjalan sendirian menyusuri gang gelap di kota tersebut.

Ia belum menemukan musuh sama sekali. Sekarang ia terlihat seperti itik yang kehilangan induknya. Ia tidak mengerti.

Derap langkah kaki menggema di sekeliling eksekutif tersebut. 

"Tahan di tempat! Kau pelaku pembunuhan paling dicari di kota ini," Sejumlah orang menodongkan senjatanya pada Chuuya yang masih tidak berkutik.

"Pembunuhan?" Tanya si surai senja, "Pembunuhan apa yang kulakukan?"

"Jangan berpura-pura bodoh, tembak dia!" Perintah seorang pria yang sepertinya adalah kepala mereka.

DOR DOR DOR!

BRAK!

"Kalau kau mau menembak... tembaklah yang benar, jangan buat aku buang-buang waktu dong," Hardik Chuuya, menyunggingkan senyum miringnya yang khas tersebut. Ia berhasil membanting tiga orang sekaligus. Hanya sisa beberapa orang lagi.

"Dari organisasi mana kah kalian?" Chuuya mengeluarkan belatinya yang mengkilap tajam, dengan kecepatan tinggi, ia berhasil menumbangkan dua orang yang menghalangi jalannya.

"Kalau... tidak mau bilang?" Pria tersebut tersenyum miring.

Darah bertumpahan di mana-mana, menghiasi jalan gang hitam tersebut. "Aku tidak begitu suka pertumpahan darah. Tapi sayang sekali aku suka bertarung. Ah, kalian juga bukan lawan yang setara denganku,"

Manik biru si surai senja menatap tajam kepala kelompok tersebut.

"Pemilik manipulasi gravitasi memang tidak ada bandingannya, ya?" Pria tersebut mengangkat tangannya, "Bagaimana kalau kau yang bermain dengan gravitasimu sendiri?"

Kemampuan gravitasi milik Chuuya seketika berbalik pada dirinya sendiri. Ia tidak bisa bergerak dengan leluasa.

"Hei, hei, kudengar lawan yang paling sulit itu bukan orang lain, lho!" Pria tak dikenal tersebut tidak henti-hentinya menyunggingkan senyum, "Tapi dirimu sendiri,"

"Sejak kapan aku tidak bisa mengalahkan diri sendiri?" Chuuya memberontak kencang, dia berhasil mundur sekitar 80 meter dari jangkauan pria tersebut. Sepertinya kemampuannya tidak akan manjur jika lewat batas jarak tertentu.

"Ah tentu saja. Menghindari pertarungan yang kaudambakan?"

"Hentikan omong kosongmu itu, sedaritadi kudengarkan tidak ada satupun hal yang kaukatakan itu ada maknanya," Hardik Chuuya mengaktifkan kembali kemampuannya.

"Yah... aku baru ingat kau bukan orang yang mendengar," Pria tersebut menghela napas, "Sayangnya aku adalah seorang pendengar dan pembawa berita. Kau mau tahu suatu hal yang tidak kamu ketahui?"

"Aku tahu semuanya. Untuk apa aku mendengarkanmu?" Chuuya melesat di belakang pria tersebut dengan cepat mengerahkan belatinya, hendak menyayat leher lawannya, namun pria tersebut tidak kalah cepat. Ia berhasil menjauh sebelum diserang.

"Yakinkah kamu? Dari mana kau bisa seyakin itu?"

"Seperti yang kukatakan, ucapanmu semua omong kosong," Ujar si surai senja mengerahkan tenaga untuk membunuh pria tersebut.

"Bahkan berita mengenai eksekutif muda tersebut?"

Tiba-tiba semua terasa terhenti. Pria ini... ia tahu bahwa apapun mengenai Akutagawa, pasti Chuuya dengar.

Fokus, jangan dengarkan pria tidak bermoral ini.

"Sebegitu yakinnya kamu tidak ingin mendengarkan berita panas ini?"

"Apa yang kaubicarakan bodoh?"

"Yah... kau bilang aku selalu berbicara omong kosong," Pria tersebut mengayun-ayunkan pistolnya, "Tapi kau sendiri terlihat penasaran terhadap eksekutif bernama Aku... Akugawa?"

"Menyebut namanya saja kau tidak becus," Ujar si surai senja sinis.

"Ah hal itu tidak begitu penting," Pria tersebut melanjutkan kalimatnya, "Siapapun dia, ia telah berbuat sesuatu yang kau tidak tahu,"

"Mana mungkin ia bertindak gegabah seperti itu? Kau hanya menyebarkan rumor,"

"Rumor? Apakah aku terlihat seperti orang yang suka berbohong?" Pria tersebut mengisi peluru pistolnya dengan perlahan, membuat Chuuya semakin waspada.

"Mari kita berbicara melalui fakta, ya? Pasti kau kenal salah satu kepala organisasi targetmu, kan?"

"Tentu saja, kaupikir aku bodoh?"

"Kau tidak dengar kabarnya?"

"Kabar apa? Jangan membuatku menunggu, sialan,"

"Kematiannya, yang tidak pernah kau ketahui,"

Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang