"Akutagawa-kun, bagaimana?" Tiba-tiba alat komunikasi yang terhubung di telinga si surai hitam bersuara. Ternyata panggilan dari bos.
"Semua lancar, saya dan Chuuya-san sedang berjalan ke lokasi interogasi Port Mafia,"
"Bagus. Saya tunggu laporan selanjutnya setelah data dokumentasi sudah terkumpul," Demikian setelah itu alat komunikasi yang dipasang di telinga si surai hitam dimatikan.
"Apa kata bos?"
"Bos menanyakan keadaan pekerjaan kita," Jelas Akutagawa pendek namun lengkap, direspon oleh anggukan Chuuya yang kembali menghadap depan.
Selangkah setelah memasuki ruang interogasi, Chuuya menyerahkan pria tersebut kepada beberapa petugas yang berjaga di pos tersebut. Pria tersebut langsung dibawa ke ruang interogasi yang dibatasi oleh sekat kaca.
Kedua eksekutif tersebut berpisah arah. Chuuya masuk ke ruang interogasi, dan Akutagawa masuk ke ruang uji coba senjata api tersebut.
"Baik, jangan berbuat macam-macam daripada kau kami siksa. Jawab pertanyaan nanti dengan jelas dan lengkap," Tegas Chuuya berbicara di depan orang tersebut.
Ia mengeluarkan beberapa sampel bensin dan mesiu di dalam plastik kecilnya, meletakkannya di meja, serta mengeluarkan pistol yang ia temukan di gudang tadi.
"Nama lengkap?"
"Tanaka... Toshio..."
"Kau mau menjelaskan yang mana terlebih dahulu, Toshio?" Tawar si surai senja berusaha tenang. Ternyata orang ini adalah kliennya dulu. Tentu saja Chuuya tidak ingin orang ini mati, apalagi kalau ternyata orang ini menyimpan banyak informasi yang ia butuhkan
Tiga buah benda di meja terpampang di mata pria tersebut. Permainan ini hanya masalah waktu dan kecepatan menjawab saja.
Pria tersebut menjelaskan bahwa bensin tersebut terbentuk seperti spirtus yang mudah terbakar apabila terkena percikan api sedikitpun. Maka itulah ia menggunakan pistol mesiu untuk mereaksikan api tersebut menjadi ledakan.
Gudang yang penuh mesiu tersebut bisa menjadi bahan peledak. Cukup untuk meledakkan daerah pelabuhan.
Akutagawa yang berada di ruang uji coba tersebut mencoba meledakkan mesiu tersebut, dan hasilnya memang dapat meledakkan seluruh gedung.
Ledakan cukup besar terjadi. Untungnya si surai hitam berada di luar jangkauan ledakan tersebut.
"Baik, Akutagawa, kau bisa keluar," Chuuya berbicara melalui alat komunikasi di telinganya, "Dan kamu, akan kuserahkan pada kantor polisi, hanya karena kau menyimpan data lebih dari yang kuharapkan nantinya,"
*
*
*
Seusai merapikan kembali bahan-bahan peledak tersebut, Chuuya menyimpan semuanya ke map plastik untuk hasil dokumentasinya, lalu menyimpannya di dalam brankas khusus anti ability.
"Haah... orang itu ternyata klien lamaku," Chuuya menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk yang berada di tengah ruangan tersebut.
"Klien?"
"Yah, sayang sekali dia menyimpan banyak informasi lama yang bisa kubutuhkan untuk menyadap klien lain. Bisa juga kugunakan sebagai informasi tambahan," Jelasnya, "Kau tahu siapa dia?"
"Tidak..." Akutagawa menggeleng. "Dia dulu yang sempat mengintai... ehem, komplotan lamaku,"
Akutagawa hanya mengangguk sekali, ia tahu komplotan masa lalunya Chuuya bukanlah hal baik untuk diungkit juga.
"Akutagawa-kun?" Chuuya memanggil namanya lagi. Si surai hitam menoleh, "Ha'i?"
Tiba-tiba saja si surai senja tersenyum padanya, "Omong-omong, kali ini kau tidak membunuh korban yang tak perlu," Akutagawa hanya menatap sekilas eksekutif tersebut dengan manik abu-abunya, lalu mengalihkan pandangannya, "Arigatou..."
"Kau tahu, ini pertama kalinya lagi kita berbicara tatap muka sejak... yah..."
"Sejak Dazai-san masih menjadi mentorku..." Si surai hitam mengalihkan pandangannya ke kaca jendela yang menghadap ke pemandangan sore hari itu. Daun-daun berguguran melambai tertiup angin. Cahaya menyusup masuk menerangi bagian dalam apartemen tempat mereka berdiri sekarang.
"Entah apa yang akan terjadi jika Dazai-san masih ada di Port Mafia..." Ucap si surai hitam, tidak memalingkan pandangannya sedikitpun, memperhatikan burung beterbangan dan daun berguguran, seperti menenangkan hati.
"Yah, kau bisa bilang begitu," Chuuya meletakkan kunci mobilnya di meja dapur, lalu mengistirahatkan dirinya di sofa yang empuk, "Kuharap kau tidak tersinggung...-"
"Tidak apa-apa," Tukas si surai hitam mengalihkan pandangannya, "Lagipula... itu kejadian yang tak akan pernah kulupakan,"
Chuuya menundukkan kepalanya, "Soukka... yah, aku juga tak berharap kau melupakannya, karena aku sendiri juga bisa merasakan rasanya ditinggal oleh orang yang menurutku satu-satunya yang kumiliki,"
Si surai hitam menoleh ke arah eksekutif tersebut. Tatapannya seperti kebingungan, baru kali ini Chuuya berbicara tentang masa lalunya.
"Tak seorangpun di mafia memiliki masa lalu yang cerah, Akutagawa," Lanjutnya, "Itu semua tergantung bagaimana orang tersebut beradaptasi, itu yang disebut mafia,"
Si surai hitam hanya menoleh sejenak, lalu kembali menatap keadaan luar.
Rasanya janggal, sangat janggal.
Namun, sebuah paku yang sudah dilepas dari pagar tidak akan memperbaiki pagar tersebut secara utuh, bukan?
"Sudahlah," Si surai senja menepuk pundaknya tiba-tiba, "Sebentar lagi malam. Kau mau makan?"
"Aku tidak biasa makan malam..."
"Kau memang tak biasa makan," Ujar Chuuya mengeluarkan beberapa kotak berisi berbagai jenis lauk. Ia mengeluarkan sekotak besar beras siap masak.
"Biar aku yang masak nasinya, pokoknya kau harus makan malam ini," Tukas si surai senja setengah memaksa, membuat Akutagawa tidak bisa menolak lagi selain mengangguk.
Semenit setelah itu, ponsel si surai hitam berdering, "Saya permisi dulu-" Izinnya keluar kamar.
*
*
*
"Ha'i?"
"Ah, Akutagawa-kun. Untung kau mengangkatnya. Saya sudah mencoba untuk menghubungi Chuuya-san, tapi tidak ada jawaban,"
"Ehmn... sumimasen, apa Anda mau bicara dengannya?"
"I'ie, tidak perlu. Saya hanya mau mengabarkan, rekaman suara penyadap di gudang tadi siang sudah saya rekapitulasi, jadi dokumentasi untuk hari pertama sukses besar. Dua orang bisa dieksekusi, termasuk Toshio,"
"Eksekusi? Toshio? Tapi-"
"Eksekusi saja. Kita takkan membutuhkan mereka lagi. Malahan bisa jadi bahaya karena jika dua orang tersebut lolos, mereka akan melapor dan mengirim mata-mata pada kalian,"
"Ha'i, wakarimashitta,"
"Ah, ya, Akutagawa-kun? Berita dari mata-mata Port Mafia, salah satu mata-mata Port Mafia mengatakan, pemilik agen penyelundupan tersebut memiliki ability. Saya kurang tahu apa abilitynya, namun ada baiknya Chuuya yang maju, dikarenakan Gravity Manipulationnya adalah ability yg netral dan mungkin masih bisa melawan orang dengan ability tak dikenal,"
"Chuuya-san? Tapi-"
"Sudahlah, dengarkan saja apa kata saya,"
"Bukankah terlalu berbahaya melawan musuh yang tidak diketahui?"
"Tidak masalah, Chuuya bukan orang yang akan mengacaukannya. Saya ada tugas, jadi saya harap kau mendengarkan saya, Akutagawa-kun. Jika Chuuya-san terluka atau bahkan ada sesuatu yang menimpanya, maka barulah kamu yang maju,"
Demikian telepon langsung diputus oleh Mori.
Nanti saja kubunuh... aku harus tetap bilang pada Chuuya-san dulu...
Batin si surai hitam, kembali ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfiction
FanfictionAkhir dari sebuah cerita adalah ketika orang yang dulunya membuat kenangan denganmu, justru menjadi sebuah kenangan belaka. ©️Characters owned by Kafuka Asagiri Warning : OOC, BL fluff, angst, profanities