Retaliation #3

60 10 0
                                    

"Kenapa... aku merasa semarah ini?"

"Bukankah hal ini tidak penting?"

"Bagaimana dengan anak yang aku didik? Yang kujanjikan kebahagiaan?"

"Bagaimana dengan orang yang kucintai? Yang kujanjikan kebebasan?"

"Di manakah perasaan itu?"

"Padamkah ia?"

***

Sebuah batin terdengar dari lubuk hati seorang eksekutif mafia yang mengepalkan tangannya yang dibalut sarung tangan hitam.

DRAK DRAK DRAK!

Pecahan benda hitam yang tajam milik Akutagawa menghujani daerah sekitarnya, ia menggunakan Rashomon untuk melindungi kepalanya dari serpihan tajam tersebut.

Sawarabi, salah satu triknya yang sangat berguna untuk serangan mendadak, digunakan oleh si surai hitam dengan tujuan mengacaukan fokus Chuuya yang masih diliputi amarah.

"Agh-!! Sial... brengsek..." Manik biru si surai senja melirik ke arah pipinya yang mengalirkan darah segar. Ia lengah, dan rencana si surai hitam berhasil.

"Akhirnya kau mau bertarung, Akutagawa?" Chuuya menyeringai lebar, membuat Akutagawa merinding dibuatnya. Manik biru Chuuya menatap tajam Akutagawa seperti seekor predator yang siap menyerang dan membunuh mangsanya.

"Aku tidak pernah ingin melawanmu," Si surai hitam berdiri sambil menutup mulutnya yang masih terbatuk-batuk kecil, "Jika Chuuya-san mau, aku tidak akan menolak,"

"BAGUS, KAU SUDAH BERANI TERNYATA, HAAAH?" 

BRAK!

PRANG!!!

"TUNJUKKAN BAHWA KAU BUKAN ORANG LEMAH!" Si surai senja menahan Akutagawa dengan kemampuan gravitasinya di puing-puing gedung yang runtuh.

"Kukira kau akan bangga padaku, namun sepertinya kau sama saja... dengan DAZAI-SAN!" Akutagawa melepaskan Rashomon yang dengan cepat melesat serta menyerang Chuuya dari bawah. "Aku tidak pernah merasa kesepian, karena selama ini kau tetap menemaniku,"

Akutagawa membanting serta menghempaskan Chuuya jauh dari jangkauannya, lalu menarik Rashomonnya kembali. "Aku tidak pernah merasa berada di tengah bahaya, karena aku percaya kau akan ada di sini,"

"Tapi..."

"Mengapa, Chuuya-san?"

"Mengapa? Mengapa? Mengapa kau kini merupakan sebuah ancaman bagiku? Kupikir tidak seharusnya semua berakhir begini," 

Akutagawa melepas Rashomonnya sekali lagi.

"Rashomon, AGITO!"

Serangan bertubi-tubi melesat ke satu target, yaitu Chuuya. Akutagawa pun mulai kehilangan kendali. Ia tidak percaya semuanya akan berujung seperti ini.

"Brengsek...!" Chuuya berhasil menghindari itu semua, namun beberapa serangan Akutagawa yang terlihat sembarangan itu justru mengenai lengan serta kaki si surai senja.

BRUAK!!!

"Aku tidak ingin... tidak ingin membunuh," Akutagawa menghempaskan Chuuya lebih jauh lagi, lantas mendekatinya secara perlahan.

Langkahnya terasa begitu berat.

"Apa yang telah kuperbuat?"

"Aku telah menyakiti orang yang kucintai?"

"Manusia macam apa aku ini?"

"Kalian, HENTIKAN SEMUANYA SEKARANG JUGA!" Perintah seorang polisi yang menodongkan pistolnya pada Akutagawa dan Chuuya di tengah jalan.

Para polisi dan salah satu agensi detektif bersenjata sudah mengepung mereka.

"Kerja bagus, pak polisi," Sebuah suara yang dikenal baik oleh Akutagawa, membuatnya menoleh dengan cepat.

"Da...-"

"Ada apa ini? Bukankah kalian merupakan mentor dan anak didik yang seharusnya cocok bekerjasama?" Pria tinggi dengan trench-coat cokelat tersebut memasuki daerah jangkauan Akutagawa, "Kenapa? Ada masalah, ya?"

"Dazai-san, aku-"

"Aku paham, Akutagawa," Dazai menghela napas seolah-olah ia sudah tahu hal ini akan terjadi.

"Oi, Chuuya, bagaimana? Bukankah kau sendiri yang berjanji akan mengatur Akutagawa-kun?" Dazai bertanya dengan suara keras pada Chuuya yang masih meringis karena luka tusuk dan lecet di kaki tangannya.

"Kuso Dazai... sedang apa kau di sini, hah? Brengsek, kau tidak ada urusan denganku," Jawab Chuuya semakin tersulut emosi.

"Bukan urusanku? Ah, ya, memang bukan," Pria bersurai cokelat tersebut menaikkan bahunya, "Aku tidak akan ikut campur. Aku hanya minta pertanggungjawaban. Tahukah kalian, kota ini hampir hancur karena kalian?"

"Tentu saja, bodoh, pergi sana! Aku tidak butuh ocehan tidak bergunamu. Pergi sebelum aku membunuhmu!" Hardik Chuuya dengan keras. Ia sangat membenci saat ini. Terbakar emosi, ditambah ada musuh bebuyutannya sejak dulu.

"Kalian yang harus pergi. Agen kepolisian akan mendenda kalian sebesar 30 juta yen karena kerusakan yang kalian buat. Untung saja tidak ada korban jiwa,"

"Dazai-san-!" Akutagawa menundukkan kepalanya seraya mengusap mulutnya yang berdarah tersebut,"

Dazai menoleh dengan tatapan rendah di matanya, "Ada apa?"

"Aku...-"

"Kau 'menyesal'?" Dazai memalingkan wajahnya dari Akutagawa.

"Sejak dulu kau menyesal, namun tidak ada perubahan. Kau selalu bertingkah seperti anjing yang tidak tahu aturan,"

Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang