"Chuuya-san?"
"Bisakah kau kemari dan segera jelaskan semuanya?"
"Apa maks-"
"Lakukan saja yang kukatakan,"
Tuut
Telepon dimatikan begitu saja. Si surai hitam terdiam, ia tidak mengerti mengapa tiba-tiba Chuuya terdengar kesal dan frustasi.
Langkah kaki si surai hitam segera berbalik arah ke tempat di mana mereka berpisah awalnya. Namun kali ini, ia ditemani oleh perasaan tidak enak, perasaan janggal. Ada apa gerangan?
*** Time skip
Langit yang awalnya cerah mulai tertutup awan. Sepertinya mau hujan. Akutagawa mempercepat langkah kakinya, setengah berlari.
Dari kejauhan, Akutagawa melihat pria berjubah hitam yang dipautkan di bahunya, tengah berjalan.
"Hah- Chuuya-san!" Si surai hitam memanggil, seraya mengejar langkah Chuuya yang berada di depannya, "Maaf, apakah aku terlam-"
"Tidak masalah, kok," Potong si surai senja, ia berhenti melangkah, namun ia tidak berbalik badan untuk melihat Akutagawa yang terengah-engah, terbatuk kecil sambil menarik napas dalam-dalam.
"Chuuya-san... sudah selesai?"
"Itu tidak penting. Aku melepaskannya,"
"Apa-? Mengapa Anda lepa-"
"Kurasa pertanyaan yang penting saat ini bukanlah mengapa aku tidak membunuhnya. Pertanyaan yang penting bagiku saat ini, mengapa, mengapa kau membunuhnya?" Chuuya memandang sebelah mata Akutagawa yang terlihat kebingungan, namun juga gelisah.
"Apa... maksudmu-?"
"Aku tidak suka orang yang berbelit-belit. Jawab saja pertanyaanku, mengapa kau membunuh orang yang sudah kuperintahkan agar tidak kaubunuh?" Suara si surai sennja mulai terdengar kasar dan tidak sabar.
"Aku diperintahkan o-"
"Apa? Suara hatimu?" Chuuya memotongnya dengan gusar, "Suara hati? Perasaan pribadi? Amarah? Ayo, jawab! Emosi? Dendam? Benci?"
"Bukan begi-"
"Lalu apa? Kehendakmu sendiri? Pikirmu itu akan menenangkan hatiku jika kau membunuh orang yang sudah sengaja kuperintahkan agar tidak kaubunuh?"
"Dengarkan aku, Chuuya-san, ini bukan berdasarkan kehendakku sendi-"
"Lalu apa?!"
PRANG!!!
"AGH-!" Tubuh si surai hitam terhempas jauh sampai memecahkan salah satu pintu kaca sebuah gedung perusahaan. Ia terjatuh dan langsung terbatuk darah.
Suara teriakan ketakutan dari para karyawan perusahaan tersebut terdengar bersamaan dengan derap langkah kaki yang terburu-buru. Semua orang segera melarikan diri dari tempat tersebut.
Tenaga Chuuya sendiri berhasil menghancurkan pintu kaca serta dinding yang ditabrak si surai hitam barusan.
"Bagaimana? Apa alasanmu kali ini, hah, Akutagawa?" Si surai senja melangkah maju, memasuki ruangan utama gedung tersebut, "Selama ini kau terlalu banyak beralasan, ya?"
"Chuuya-san- aku tidak ingin memulai pertarungan," Si surai hitam terbatuk dan memuntahkan darah.
"Begitu, ya? Kenapa? Kau takut?" Chuuya membantingkan kursi serta meja ke arah si surai hitam.
BRAK! PRAK!
Dipatahkannya meja dan kursi tersebut oleh Akutagawa dengan Rashomonnya. Bagaimanapun ia masih tidak ingin membalas.
"Ayo! Kau suka pertumpahan darah, kan? Ada apa denganmu?" Chuuya menodongkan pistol yang ia temui di salah satu laci meja counter milik perusahaan tersebut pada Akutagawa yang terkejut.
Tatapan mata si surai hitam melebar, ia tahu posisinya sangat tidak menguntungkan. Rashomonnya hanya dapat berfungsi jika lawannya berada sekitar 50 meter di sekitarnya. Banyak benda di sekitarnya yang membuat serangannya semakin tidak efektif.
DOR DOR DOR!
CLING!
Dengan bantuan Rashomon, Akutagawa berhasil menahan peluru dari pistol Chuuya yang melesat cepat ke arahnya.
"Kau tidak mau bangkit? Atau aku saja yang selesaikan?" Si surai senja benar-benar terbutakan oleh amarah seta emosi, ia tidak dapat mengontrol dirinya.
Jika tidak berhenti maka Akutagawa dalam bahaya.
"Hentikan, Chuuya-san-! Aku benar-benar tidak ingin bertarung denganmu-"
"Mengapa?" Si surai senja mencengkram erat leher Akutagawa yang terkejut, meronta dengan hebat.
"Katakan, kenapa? Mengapa kau tidak bisa mendengarkan perintah semudah itu?" Ia mempererat cengkraman tangannya, membuat Akutagawa tidak memiliki pilihan lain.
"Aku... membunuhnya..." Si surai hitam terbatuk, suaranya sayu, namun tenaganya masih cukup untuk meronta, "Karena aku tahu apa yang akan ia perbuat-!"
BRUAK!!!
Satu tendangan keras menghempaskan Chuuya hingga menabrak meja granit di dekatnya.
Akutagawa bangkit dan langsung melangkahkan kakinya, berlari keluar dari gedung tersebut, berusaha menghindari pertarungan dengan orang yang ia cintai. Ia tidak ingin menyakitinya.
BRAK!!
Sekali lagi Chuuya melesat dengan kemampuan gravitasinya, menendang kepala si surai hitam yang sama sekali tidak sadar.
Lagi-lagi si surai hitam berhasil ditumbangkan. Tendangannya benar-benar bertenaga, diliputi rasa amarah.
"Kgh-" Darah Akutagawa mengalir dari pipi serta mulutnya. Ia tidak berhenti memuntahkan darah. Jelas luka yang dideritanya kali ini benar-benar di luar batas.
"Kau ingin kembali ke masa lalu ya, Akutagawa? Jawab aku," Chuuya memojokkannya tanpa ampun. Langkah kakinya sekarang merupakan sebuah ancaman bagi Akutagawa.
Tidak ada lagi rasa aman, semua itu tergantikan dengan rasa ancaman.
Si surai hitam menundukkan kepala, ia memutuskan untuk akhirnya ikut melawan.
"Rashomon..."
"SAWARABI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfiction
FanfictionAkhir dari sebuah cerita adalah ketika orang yang dulunya membuat kenangan denganmu, justru menjadi sebuah kenangan belaka. ©️Characters owned by Kafuka Asagiri Warning : OOC, BL fluff, angst, profanities