"Sudah kembali?" Sapa Chuuya membawa dua mangkuk nasi serta lauk teriyaki sebagai makan malam mereka hari itu.
"Sudah..."
"Kalau begitu, sini, aku sudah memasak makan malam untuk kita," Chuuya mengisyaratkan tangannya, menyuruh si surai hitam untuk duduk dan bersiap makan.
Di situ juga sudah disiapkan teh panas kesukaan Akutagawa, sejenis chamomile. Katanya sih, bisa membuat perasaan dan pikiran menjadi tenang. Untuknya sendiri, ia menyiapkan segelas wine bermerek terkenal yang tentunya merupakan seleranya.
"Hah..." Si surai senja menghela napas bangga, baru kali ini ia memasakkan makan malam untuk dirinya dan Akutagawa. Biasanya, Akutagawa selalu membeli makanan jadi dari luar. Tentu saja mereka jadi jarang memakan makanan masak sendiri.
"Akutagawa-kun, makanlah, sudah malam dan kau ini jarang makan," Ujar Chuuya terus-menerus menarik si surai hitam untuk makan bersama.
"Ha'i, arigatou," Akutagawa akhirnya menurut dan duduk di kursi dapurnya, mengambil mangkuk nasi yang sudah disediakan Chuuya untuknya.
"Ittadakimasu," Ucap Chuuya mengambil lauk serta nasi di mangkuk miliknya.
Akutagawa yang melamun sendiri di depan mangkuk nasinya masih memikirkan perkataan Mori tadi. Kapan waktu yang tepat untuk memberitahu Chuuya?
Ia merasa khawatir, namun apa boleh buat, perintah adalah perintah.
"Oi, jangan melamun," Chuuya melambaikan tangannya depan si surai hitam, "Kau tidak makan? Kau bisa sakit jika terus-menerus melewati jam makan, lho,"
"Ha'i, maaf," Akutagawa mengambil sumpitnya dan meletakkan teriyaki tersebut di mangkuknya, lalu menggigitnya.
Seperti tersadarkan dari bayangannya, Akutagawa ternyata menyukainya. Rasanya pas, apalagi bumbunya yang sesuai dengan lidah si surai hitam.
"Bagaimana?"
"Oishi..." Ucap si surai hitam memakan nasinya. Chuuya tersenyum lega, "Syukurlah kau menyukainya,"
Siapa sangka eksekutif Port Mafia ternyata bisa memasak? Akutagawa yang jarang makan saja sampai menyukainya. Mungkin malahan sudah menjadi daftar makanan kesukaannya setelah buah ara.
"Omong-omong soal buah ara, aku sudah buatkan sorbet buah ara sebagai pencuci mulut, kusimpan dalam kulkas kecil di sana. Jika kau mau, kau bisa tinggal mengambilnya," Ujar si surai senja tersenyum senang melihat eksekutif muda bersurai hitam tersebut makan dengan lahap untuk pertama kalinya.
Chuuya termasuk orang yang peka akan keadaan sekitarnya. Ia bisa mengetahui makanan kesukaan Akutagawa adalah buah ara dan minuman kesukaannya yang simpel namun klasik, teh. Hal itulah yang membuat Chuuya disegani oleh semua anggota Port mafia. Yah, mungkin kecuali Dazai. Apalagi Chuuya dan Dazai bukanlah dua orang yang sangat ramah satu sama lain jika sudah berdua saja.
*
*
*
"Terimakasih makanannya," Ucap Akutagawa membantu si surai senja membereskan mangkuk serta piring-piring kotornya.
Ini lucu bagaimana eksekutif mafia-pun bisa memiliki sifat mengurus rumah.
"Biar aku yang urus, kau boleh memakan sorbet buah aramu, ada di kulkas tuh," Chuuya membawa semua piring-piringnya ke dapur. "Eh... saya jadi merepotkan..." Ujar Akutagawa segan, namun Chuuya tetap memaksa untuk dirinya mengerjakan sendiri pekerjaan dapur tersebut.
Akutagawa akhirnya mengambil sorbet buah kesukaannya tersebut dari kulkas. Suhunya yang dingin menarik seleranya lagi. Ah, Chuuya memang sangat handal dalam masak memasak. Melihat tampilan sorbetnya saja sudah sangat menggiurkan. Apalagi rasanya.
Manis di lidah, tentu saja menenangkan Si surai hitam yang tadinya tengah kebingungan memikirkan kapan ia akan memberitahukan Chuuya soal pesan bosnya barusan.
Seusai mengerjakan pekerjaan dapur, Chuuya langsung melepas topi kesayangannya tersebut dan menggantungkannya di gantungan mantel depan pintu, lalu merebahan diri seraya bersandar di sofa empuk sebelah si surai hitam.
Ia menekan remote TV dan menayangkan berita penyelundupan tersebut.
"Hah... ternyata masih banyak ya tugas kita," Tukas Chuuya menghela napas panjang, "Lawanku juga bukannya orang yang tangguh,"
Seketika Akutagawa teringat akan pesan dari bosnya tersebut tentang pemegang pimpinan tertinggi di agen penyelundupan ilegal tersebut. "Chuuya-san...-"
"Matakku naa... kau sebaiknya cepat-cepat tidur," Potong si surai senja merebahkan dirinya di sofa. Sepertinya ia sudah terlalu pas dengan posisinya sekarang.
Akutagawa yang tadinya hendak memberitahu Chuuya pasal tugas tambahannya, jadi tidak jadi karena terpotong. Ah, besok saja lah diberitahu, begitu pikirnya.
*
*
*
Ting ting ting!
Tiba-tiba saja ponsel si surai hitam berdenting nyaring, Akutagawa cepat-cepat mematikan nada deringnya agar Chuuya tidak ikut terbangun.
Ia membaca pesan yang masuk, ternyata dari bos.
"Kabar cepat, kapal penyelundup ternyata sudah hampir berangkat, lebih baik kau cepat-cepat menyabotase kapal tersebut agar tertunda,"
Jam menunjukkan pukul dua pagi, namun bos mereka ternyata masih segar saja.
"Sekarang?"
"Iya, jika bisa kau boleh membawa Chuuya-san juga dalam misi kali ini,"
Demikian pesannya.
Akutagawa sebenarnya membutuhkan Chuuya sebagai koordinatornya, namun kali ini ia tak sampai hati membangunkan eksekutif atasannya tersebut yang tengah terlelap setelah hari yang cukup berat ini.
Akhirnya, Akutagawa memutuskan untuk berangkat sendiri.
Pagi ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfiction
FanficAkhir dari sebuah cerita adalah ketika orang yang dulunya membuat kenangan denganmu, justru menjadi sebuah kenangan belaka. ©️Characters owned by Kafuka Asagiri Warning : OOC, BL fluff, angst, profanities