"Akutagawa-senpai, ada panggilan dari bos!" Seorang wanita berlari membawa amplop resmi yang dititipkan padanya untuk diberikan pada Akutagawa dari bosnya.
"Panggilan?" Gumam Akutagawa, "Nanti saya ke sana. Higuchi, beritahukan bos saya segera datang,"
"Ha'i, dimengerti,"
Kuharap bukan suatu masalah. Gumam Akutagawa. Ia membawa amplop tersebut ke lorong kosong yang biasanya ia lewati jika ingin menyendiri.
Tangannya menyobek amplop tersebut secara perlahan, dan mengeluarkan kertas yang bertanda tangan resmi dari Port Mafia.
Surat panggilan biasa. Untunglah. Tidak ada perihal yang terlalu berarti.
*
*
*
Tok tok tok
"Masuklah!" Sebuah suara mengizinkan si surai hitam untuk masuk.
"Horaaa!!! Rintarou!!! Kenapa kamu memanggil dia???" Seorang gadis kecil terlihat sangat terganggu dengan kehadiran Akutagawa. Si surai hitam yang melihatnya hanya menghela napas, menahan sifat tempramennya tersebut.
"Sabar, Elise-chan, aku harus bekerja jadi maafkan aku ya...! Nanti kubelikan kue-kue dan permen yang kamu inginkan!" Pria di hadapan Akutagawa menenangkan gadis kecil tersebut.
"Hmph, ya sudahlah!" Elise beranjak membawa krayon serta kertas-kertas gambarnya, "Aku main sama Kyuu saja!"
"Baik, maafkan soal tadi, kau boleh duduk," Pria bernama Mori tersebut menaruh dagunya di punggung tangannya yang beristirahat di meja.
Akutagawa hanya mematuhinya dan duduk di sofa empuk di ruangan yang cukup elegan itu.
"Hm... laporan?" Tagih pria tersebut seperti biasanya.
"Target penyelundup informasi Port Mafia terbunuh, tiga mata-mata terbunuh, dua di antara petugas Port Mafia mati kehabisan darah akibat tusukan pisau lipat milik mata-mata tersebut,"
"Hmm... soukka... jaa kalau begitu tugasmu selanjutnya adalah untuk mencaritahu posisi tangan kanan satu kelompok penyelundup senjata api belakangan ini. Karena mereka banyak membunuh petugas kubu tembak Port Mafia, lalu membunuhnya. Yah, kau boleh membunuh siapapun yang menghalangi jalanmu," Ujar pria tersebut tersenyum santai memberi arahan selanjutnya.
"Ha'i, wakarimashitta,"
"Ah, ya, Akutagawa-kun?" Panggilnya sekali lagi. "Ha'i?", "Mengapa kau sangat jarang berbicara pada yang seumuran denganmu? Bukankah lebih nyaman?"
Akutagawa hanya melirik sekilas dan tetap tidak berbicara. Mori akhirnya terkekeh, "Tidak perlu dijawab. Saya hanya penasaran. Kau boleh pergi,"
Si surai hitam bangkit dari tempat duduknya, lalu membungkuk memberi hormat dan langsung keluar dari ruangan tersebut.
"Hmm... Nee Kouyou-san?"
"Ha'i?"
"Bagaimana kalau kita mengatur rencana untuknya?"
"Hmm rencana apa itu?"
"Lihat saja nanti..."
*
*
*
Si surai hitam menggaruk kepalanya yang tidak gatal tersebut. Ia sudah menyelesaikan tugas hari ini. Entah apakah misi ini bisa berjalan lancar seperti yang diharapkannya.
"Oi... konnichiwa, Akutagawa," Seorang pria bertubuh lebih pendek darinya berpapasan dengan Akutagawa yang tengah merenung sendiri. Akutagawa hanya membungkuk kecil memberi hormat pada eksekutif Port Mafia bernama Chuuya tersebut.
"Diam sekali... seperti biasa," Komentar eksekutif tersebut membetulkan letak topinya, "Kau baik-baik saja? Kau sudah diberitahu soal tugasnya belum?"
Karena Akutagawa merasa Chuuya dulunya rekan kerja Dazai, ia sama sekali tidak berkutik. Si surai hitam hanya menggeleng pelan, menandakan bahwa ia baik-baik saja.
Mungkin.
Chuuya hanya melirik sekilas, lalu lanjut berjalan menuju ruangan bos, "Mungkin belum..." Batinnya menghela napas.
Bisa dikatakan kedua eksekutif ini sama sekali belum melakukan interaksi yang berarti. Nyatanya, malah belum pernah berbicara.
Akutagawa menghela napas lega. Ia memang tidak biasa dengan atasannya itu. Meskipun derajat mereka sama-sama eksekutif, umur Chuuya jelas lebih tua dua tahun darinya.
"Oi, Akutagawa," Panggil Chuuya lagi, membuat pemilik nama tersebut berbalik badan. "Kemarin kaubuat masalah lagi ya? Kaubunuh tiga orang yang tidak seharusnya terlibat masalah,"
Akutagawa seketika diam membeku di tempatnya berdiri.
"Naa? Jawab dulu pertanyaanku,"
"Ha'i... tujuannya adalah untuk menyingkirkan penghalang..." Jelas Akutagawa singkat. Chuuya hanya geleng-geleng kepala dibuatnya.
"Cih... bisakah lain kali jangan menambah data?" Tambah Chuuya dengan nada agak sinis, "Bisa-bisa data korban meningkat lho,"
"Su... sumimasen..." Si surai hitam meminta maaf dengan ragu.
Kenapa semua orang bersikap dingin padanya? Ia sendiri mengerti bahwa memang apa yang ditanamkan oleh Dazai sejak ia kecil di benaknya.
"Kau tak lebih dari anjing Port Mafia"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfiction
FanficAkhir dari sebuah cerita adalah ketika orang yang dulunya membuat kenangan denganmu, justru menjadi sebuah kenangan belaka. ©️Characters owned by Kafuka Asagiri Warning : OOC, BL fluff, angst, profanities