"Ditarget...?" Tanya Akutagawa, "Maaf, saya tidak mengerti-"
"Ah, baiklah akan saya perjelas," Mori mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja kerjanya, "Chuuya-san adalah pria yang hidup dengan tugas yang terselesaikan dengan sempurna. Tentu saja ratusan misi sudah ia selesaikan dengan sempurna,"
"Tapi tidak ada manusia yang sempurna tanpa tantangan hidup," Lanjutnya, "Itu kenyataan dunia. Dan kali ini nyawanya ditarget oleh organisasi penyelundup ini,"
Darah si surai hitam terkesiap, ia tidak ingin membiarkan nyawanya dalam celaka, namun Mori menyuruhnya untuk memberitahukan hal ini padanya dengan asumsi ia akan lebih waspada.
Yang menjadi masalah adalah organisasi ini bukan organisasi sembarangan. Mereka memiliki pasukan baris depan yang salah satu dai mereka memiliki ability.
"Yah, mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan untuk sekarang. Kami sedang mencari info lainnya seperti ability mereka dan motifnya," Ujar Mori di seberang, "Kalau begitu... selamat malam,"
Suara ponsel Akutagawa terputus.
"Akutagawa-kun? Telepon dari siapa?" Tanya Chuuya tiba-tiba dengan dua kantung roti di tangannya. Tatapan manik biru terlihat sangat penasaran, namun di sisi lain berita yang harus disampaikan oleh Akutagawa juga bukan berita bagus.
"Bos... menelepon," Ujar si surai hitam, "Katanya Chuuya-san ditarget oleh organisasi musuh..."
Chuuya hanya menatapnya kebingungan, "Bukankah itu selalu terjadi? Aku ini target dari banyak musuh yang ingin menangkap bahkan membunuhku lho," Ia tersenyum kecil, "Itu sudah bukan masalah besar, aku bisa mengatasinya. Oh, iya, ini rotimu," Ia memberikan sekantung roti hangat ke tangan Akutagawa yang masih memikirkan soal telepon tadi. "Ah, arigatou, maaf merepotkan,"
*
*
*
Purnama pertama bulan ini bersinar terang dan indah menerangi jalanan kota yang masih ramai pengunjung. Benar-benar jantung kota yang mempesona.
Chuuya tak henti-hentinya melihat keadaan sekitar, selayaknya anak-anak yang penasaran, ia terus memandangi semak bunga yang indah tersebut.
"Hoi, Akutagawa! Lihat ini!" Panggil si surai senja tersenyum lebar, membuat Akutagawa terheran-heran, "Ada apa?"
Sepetik kumpulan bunga biru yang indah terpampang depan manik abu-abu si surai hitam. "Ada apa dengan ini?"
Chuuya hanya tersenyum menggelengkan kepalanya, "Kau tahu bunga ini, kan?"
Akutagawa ikut berjongkok depan semak tersebut, memandangi bunga biru bermotif indah dan berkelopak tiga tumpuk di hadapannya.
"Itu hortensia, atau yang lebih dikenal dengan hydrangea," Jelas si surai senja menepuk lembut kepala eksekutif bersurai hitam tersebut, "Bunganya agak langka di daerah seperti ini, namun entah kenapa bisa tumbuh lebat. Padahal tanah ini tidak cocok untuk pertumbuhannya. Mataharinya juga terlalu terik untuknya hidup,"
Si surai hitam hanya menatap sekilas manik biru yang tersenyum melihat bunga-bunga itu.
"Kalau kau mau tahu, ini salah satu bunga kesukaanku," Ucapnya menyentuh kelopak bunga yang lembut tersebut, "Bunganya indah... dan hebatnya bisa tumbuh di daerah seperti ini, daerah yang tidak cocok untuk habitatnya,"
"Soukka..." Akutagawa terduduk di jalanan yang sepi tersebut, ditemani dengan cahaya dari lampu jalan yang ada di tepinya.
"Kau juga suka?" Chuuya terduduk di sebelahnya, sebuah senyum lembut terukir di wajahnya.
"Iya..."
Chuuya memetik satu kelopak dari bunga itu, dan meletakkan bunga tersebut di atas kepala si surai hitam yang refleks mendongakkan kepalanya, membuat bunga itu terjatuh ke belakang.
"Astaga..." Chuuya tertawa kecil, "Yah sudahlah,"
Sebuah tepukan lembut yang diberikan oleh Chuuya ke atas kepalanya membuatnya merasa hatinya tentram. Manik biru Chuuya menatap Akutagawa tersenyum, "Aku tahu kau diam-diam menyukainya, lihatlah, kau terlihat sangat tenang,"
Rona merah hangat terlihat di pipi Akutagawa. Lagi-lagi ia tidak berani melihat secara langsung sepasang netra yang memandangnya.
"Akutagawa-kun? Ada apa?" Tanyanya seraya mengusap kepala si surai hitam dengan perlahan, "Ada masalah?"
"Tidak, tidak ada," Si surai hitam menggelengkan kepalanya, ia merasa takut untuk tertangkap basah memiliki perasaan seperti ini. Mau diapakan nanti kalau ketahuan?
"Kalau ada masalah cepat bilang lho," Chuuya mengusap kepalanya, diam-diam memperhatikan ujung surai Akutagawa yang putih tersebut.
Perlahan tangannya meraih ujung surai putih di sisi kanan Akutagawa, membuat pemilik rambut tersebut tersentak kaget, "Chuuya-san-?!"
"Maaf, maaf! Kau tidak nyaman?" Chuuya melepaskan rambutnya itu, "Maaf, kukira kau takkan merasa terganggu-"
"Tidak- bukan itu-" Si surai hitam memalingkan wajahnya, ia tidak menyangka Chuuya akan menyentuh rambutnya seperti itu. Rasanya... nyaman.
"Rambutmu terlihat sangat halus... jadi..." Chuuya mengalihkan pandangannya, "Kalau kau tak suka, tidak apa-apa..."
Melihat Akutagawa yang tidak bereaksi itu, si surai senja diam-diam memandangi kembali ujung rambutnya yang terlihat halus itu. Ia tidak ingin membuatnya merasa tak nyaman.
"Chuuya-san...- kalau kau ingin menyentuhnya lagi saya tak keberatan... tadi saya hanya terkejut-"
"Soukka?" Tanyanya ragu, "Kau yakin-?"
"Iya, tak masalah..."
Tangan si surai senja perlahan menyentuh ujung rambutnya kembali, mengusapnya perlahan.
Tepat sesuai dugaannya, rambutnya sangatlah halus, nyaman untuk dielus. Jari jemari si manik biru terus mengusap ujung rambutnya tersebut.
Semburat merah tipis merona di pipi Akutagawa. Ia menyukainya, namun tentu saja ia tidak pernah berani untuk mengutarakan hal itu.
"Akutagawa-kun..." Panggilnya dengan suara direndahkan. Jarang-jarang Chuuya menggunakan nada rendah saat berbicara.
"Ada apa?"
"Bolehkah... kupanggil kau 'Ryu' saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfiction
FanficAkhir dari sebuah cerita adalah ketika orang yang dulunya membuat kenangan denganmu, justru menjadi sebuah kenangan belaka. ©️Characters owned by Kafuka Asagiri Warning : OOC, BL fluff, angst, profanities