"Chuuya...san...? Maaf, sudah pagi..." Seorang eksekutif muda berparas tinggi berdiri di sebelah selimut yang menyelimuti tubuh kecil si surai senja yang tengah terlelap itu. Ia tidak berani menyentuhnya.
Perlahan Chuuya membuka manik birunya, menatap Akutagawa yang masih berada di sebelahnya, sambil melipat mantel hitamnya itu.
"Hmm... ha'i, ha'i, kau mau mandi dulu sebelum berangkat?"
Akutagawa langsung menggeleng, "I'ie-"
"Matakku..."
*
*
*
Jam sudah menunjukkan pukul 2, meskipun tempatnya tidak jauh, tugas yang mereka harus lakukan jelas sangat banyak. Mulai dari menyelidiki, hingga akhirnya memutus tali penyelundupan narkoba dengan cara membunuh pimpinan di balik semua ini.
"Akutagawa-kun," Panggil si surai senja lagi, membuat pemilik marga tersebut langsung menoleh.
"Ha'i?"
"Yoroshiku onegaishimasu,"
*
*
*
"Barang yang kauperlukan? Sudah?" Tanya Chuuya kembali memastikan sebelum keluar dari markas Port Mafia. "Ha'i, sudah,"
Selangkah terakhir mereka keluar dari markas Port Mafia untuk beberapa hari ke depan. Entah apa yang akan terjadi, namun apapun itu, sekarang mereka harus menjalankan suatu misi bersama.
Entah apakah akan canggung, mereka juga tidak tahu.
"Moshi-moshi, Chuuya di sini, kami sudah keluar dari daerah Port Mafia," Chuuya menekan alat komunikasi yang terpasang di telinganya. "Ha'i, jarak kalian sekarang dengan lokasi adalah sekitar 56 km dari Yokohama,"
"Ha'i, wakarimashitta,"
"Berjalan kaki tidak akan sampai secepat itu," Ujar Chuuya memutar-mutar kunci mobilnya menggunakan abilitynya. Akutagawa hanya mengikuti dari belakang dengan kedua tangannya yang ia masukkan ke dalam saku coat hitamnya tersebut.
*
*
*
Selama perjalanan, keadaan ternyata sangat canggung. Tak satupun dari mereka membuka percakapan. Suara dari radio mobil Chuuya saja yang menjaga suara tetap ada di mobil. Yah, lebih baik begini daripada hening.
Masa kecil bisa berubah.
Perasaan bisa berubah.
Hubungan bisa berubah.
Manusia, berubah.
Tergantung bagaimana mereka menyikapinya. Cepat atau lambat, susah ataupun mudah, mau tidak mau harus bisa beradaptasi.
Teman masa lalu bisa jadi musuh masa depan.
Siapa yang tahu, kan?
Chuuya sebenarnya ingin membuka percakapan, namun dikarenakan baginya Akutagawa sangat rapuh, ia tidak jadi membuka mulutnya. Padahal, belum tentu juga si surai hitam akan menganggapnya serius dan memikirkannya terus menerus.
Yah, mungkin juga bisa merusak suasana sih.
"Aku...-" Chuuya kembali terdiam ketika melihat rekannya tersebut ternyata tertidur, bersandar dengan tenangnya pada kursi mobilnya. Si surai senja hanya tersenyum kecil menggelengkan kepalanya. "Dasar..."
Suara lagu dengan tempo yang lambat berhasil membuat si surai hitam tertidur. Heh, ini cerita baru.
Chuuya bolak-balik mengecek handphonenya, melihat lokasi yang dikirim secara online dari bosnya.
"Hah... jauh juga-" Gumam si surai senja, mulai merasa jenuh. Ia mengistirahatkan dagunya ke setir mobil di depannya.
"Seandainya aku bisa terbang saja... hmm... tapi bagaimana dengan Akutagawa... kubawa terbang saja... ah jangan, kau ini memikirkan apa, sih, Chuuya?" Batinnya berbicara sendiri. Baginya, menerbangkan diri jauh lebih mudah dan efektif, serta lebih cepat sampai.
Untungnya, selama perjalanan tidak ada mata-mata atau hal aneh yang mengawasi mereka. Chuuya merupakan salah satu eksekutif yang cukup menggunakan insting dengan baik, melahirkan kecepatan refleks yang sangat baik pula.
"Nee, Akutagawa-kun?" Chuuya menepuk pundak si surai hitam yang tengah terlelap itu, dan Akutagawa segera terbangun, "Ah...-Ha'i?"
"Kau sudah sarapan belum tadi?" Tanya si surai senja lagi. Akutagawa hanya menggeleng, "Aku... tak pernah sarapan,"
"Heeh??? Mana boleh begitu- tadi sempat kubuatkan onigiri, sebaiknya kamu makan saja dulu. Perjalanan masih agak jauh," Chuuya melayangkan sebuah kotak dari kursi belakang mobilnya ke pangkuan si surai hitam. "Ah-Aku jadi merepotkan Chuuya-san," Ujar Akutagawa segan. Si surai senja menoleh ke arah Akutagawa dengan manik birunya, "I'yo, makan saja,"
Si surai hitam membuka kotak yang disuguhkan oleh Chuuya, harum onigiri yang masih hangat tercium dan sangat menggoda selera.
"Ittadakimasu-" Akutagawa menggigit onigirinya. Ia tidak tahu Chuuya bisa memasak makanan enak seperti ini. Selama ini Si surai hitam selalu membeli makanan jadi. Atau mungkin Gin yang membawakannya makanan ringan seperti manisan buah ara dan salad buah.
"Bagaimana?" Tanya Chuuya menoleh ke arahnya. "Oishi... arigatou, nee," Ucapnya terus memakannya. Sepertinya ia menyukainya.
Chuuya tersenyum ke arahnya, "Enak, ya? Kau tak pernah sarapan sih... jadi kupikir onigiri adalah sarapan yang mudah dibuat dan cocok untukmu,"
Bau harum dari onigiri tersebut meliputi mobil yang dinaiki kedua eksekutif tersebut. Akutagawa juga tidak bisa menyangkal, onigiri buatan Chuuya sangat enak. Rasanya sesuai dengan lidahnya.
"Aku masih punya buah ara, mungkin itu kesukaanmu," Tambah si surai senja tersenyum. Akutagawa yang mendengar itu langsung tertarik, "Buah ara?"
"Ada di belakang, sebentar kucari..." Chuuya menyingkirkan satu persatu barang yang tertumpuk di belakang, dan berhasil menerbangkan stok buah ara yang ia bawa sekitar 4 sampai 5 buah.
Baru kali ini Chuuya melihat manik abu-abu milik si surai hitam berbinar puas. Ia tersenyum geli melihatnya.
"Bolehkah-?"
"Boleh, memang sengaja kubawakan untukmu kok," Chuuya tersenyum manis menatapnya.
Rona merah di pipi si surai hitam mulai muncul. Ah, pemandangan yang sangat langka. Akutagawa memang paling suka buah ara, makanan kesukaannya sejak kecil.
"Kau sangat suka ya?"
Eksekutif bersurai hitam tersebut mengangguk dan perlahan memakan pencuci mulutnya setelah onigiri tadi.
Manis sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfiction
FanfictionAkhir dari sebuah cerita adalah ketika orang yang dulunya membuat kenangan denganmu, justru menjadi sebuah kenangan belaka. ©️Characters owned by Kafuka Asagiri Warning : OOC, BL fluff, angst, profanities