Sesosok pria tinggi yang berdiri di hadapannya kini dikenal baik oleh Akutagawa, membuatnya terpana dan membatu di tempat.
"Kau tidak lelah? Butuh istirahat kah?" Tanya pria tersebut dengan nada perlahan dan santai, namun terdengar menusuk di telinga si surai hitam. Ia tetap bungkam.
"Tidak ada jawaban ya..." Pria bersurai cokelat gelap tersebut tersenyum, "Tidak ada jawaban... kenapa? Kau masih takut?"
"Tidak, aku sudah berusaha meninggalkan-"
"Meninggalkan masa lalu? Ah, sayang sekali, Akutagawa-kun..." Senyuman Dazai melebar, "Tidak ada manusia yang bisa lari dari masa lalunya,"
Akutagawa menyelipkan kotak tersebut ke rashomonnya, dan diarahkan menjauh.
"Kenapa kau lakukan itu? Aku takkan mengambilnya kok," Tukas Dazai memiringkan kepalanya, "AH! Aku baru ingat, sekarang kau ada di bawah bimbingan... Chuuya, kan?"
"Memangnya itu urusanmu?" Ucap si surai hitam menjauh, ia tidak ingin membicarakan hal ini sekarang.
"Kau tidak bisa pergi sampai menjawab pertanyaanku," Potong pria bersurai cokelat itu, menghentikan langkah kaki si surai hitam yang tidak nyaman dibuatnya.
"Pertanyaan apa?"
Sebuah senyum penuh arti terukir di wajah si surai cokelat. Sepasang netra yang berwarna sama dengan rambutnya menatap tajam Akutagawa, "Kemarin... di pusat kota, apakah itu kalian?"
Serasa jantung berhenti sejenak, si surai hitam merasakan dirinya mematung tanpa bergerak sedikitpun, "Bukan urusanmu,"
"Bukan urusanku? Ah, yah... benar juga," Dazai terkekeh, "Tapi jelas-jelas kau dan Chuuya, kan, yang kemarin ada di taman hydrangea? Kalian... kencan ya?"
"Kau bicara pada salah orang," Akutagawa terus menyanggah, "Kemarin kita hanya pergi ke pelabuhan untuk mengambil barang bukti-"
"Ah, cukup, informasi yang sangat penting," Dazai menyeringai lebar, "Ternyata kau hebat juga menjadi informan. Aku sudah punya banyak bukti. Kau bisa juga berbicara lengkap, ya?"
"Informasi-?"
"Yah... mungkin tidak adil jika hanya kau yang memberitahukan hal itu padaku," Si surai cokelat mengeluarkan sebuah alat pemancar. Diperlihatkannya benda itu ke sepasang netra abu-abu yang menatap tidak mengerti. "Coba kamu cek di sakumu. Aku yakin kau akan mengerti,"
Cepat-cepat si surai hitam meraih sakunya.
Tentu saja, penyadap.
Selama ini percakapannya dengan bos dan Chuuya terbongkar tanpa ia sadari.
"Arigatou, nee, Akutagawa-kun," Ucap Dazai berjalan pergi, namun diserang oleh Rashomon dan tentu saja dengan cepat dimatikan pula kemampuan si surai hitam, "Jangan coba-coba membunuhku, kau takkan bisa, takkan pernah, Chuuya pun pasti tahu hal itu. Hanya saja ia tidak pernah berbicara tentang hal itu padamu,"
Chuuya?
Akutagawa tahu bahwa perkataan Dazai memiliki peluang untuk benar yang tinggi.
Perlahan Dazai meninggalkan tempat itu, meninggalkan si surai hitam untuk kesekian kalinya.
"Tidak perlu berterima kasih, nanti kau tahu sendiri apa yang kumaksud,"
*
*
*
"Akutagawa-kun... habis dari mana saja kamu? Kenapa lama sekali?" Keluh Chuuya membetulkan letak topinya. Jelas sekali ia datang ke tempat yang lawannya lebih banyak. 'Tidak banyak maka tidak seru', itu yang selalu diucapkan si surai senja.
"A-Aku... ada sedikit kendala tadi..."
"Soukka... kau dapat barang yang sudah kuminta?"
"Sudah dapat," Akutagawa memberikan kotak yang ia ambil dari pelabuhan tadi.
"Hah~ arigatou," Chuuya meraih kotak tersebut, dan membukanya, "Pistol? Kupikir ada benda menarik selain pistol kuno,"
Si surai senja memasukkannya ke saku coatnya, dan mengajak Akutagawa untuk segera berpindah lokasi.
"Bagaimana kabar orang yang ditangkap saat itu?"
"Oh, maksudmu si Toshio, salah satu anggota di kasus organisasi bernama La'Vague ini? Yah, salah satu mata-mata kita bilang ia masih aman. Setidaknya ia masih ditahan. Ia juga tidak memberontak, itu sangat aneh," Tukas Chuuya memijat dahinya, "Yah, sudahlah, yang penting ia aman dan terkendali. Jangan kamu bunuh saja,"
Batin si surai hitam terputar kembali ke perintah bosnya tempo hari.
Dua perintah yang berbeda dari orang yang berbeda pula.
Ia dilema.
Bingung.
Di satu sisi, ia tidak mau mengecewakan Chuuya, namun di sisi lain, itu adalah perintah paten dan akhir dari Mori, yang tentu saja ia tidak bisa patahkan atau hukuman akan menantinya.
"Hoi, kau melamun?" Si surai senja menjentikkan jarinya berulangkali di depan wajah Akutagawa yang segera tersadar dari alam lamunannya yang buyar sejenak.
"Jangan melamun dasar..." Keluh Chuuya bercanda, namun setengah serius.
"Ha'i, gomenasai,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfiction
FanfictionAkhir dari sebuah cerita adalah ketika orang yang dulunya membuat kenangan denganmu, justru menjadi sebuah kenangan belaka. ©️Characters owned by Kafuka Asagiri Warning : OOC, BL fluff, angst, profanities