Hiraeth #2

63 13 0
                                    

Ke mana lagi Chuuya harus mencari eksekutif muda tersebut?

Angin dingin menembus kulit si surai senja. Ia hanya bisa duduk diam. Satu sisi dirinya masih memendam emosi, namun di sisi yang lain ia merasa bersalah.

Ah! Untuk apa merasa bersalah? Toh, yang salah kan dia!

Chuuya menggeram sendiri. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi.

"Jika aku adalah Akutagawa... ke mana aku akan pergi?" Si surai senja terkindap-kindap sendiri. 

Gelap... misterius...

Ia mengingat saat di mana Akutagawa keluar kamar untuk duduk di tepi balkon, menatap bintang yang bersinar terang.

Ah! Mungkin... tepi atap gedung?

Tidak, tidak mungkin. Chuuya sudah mencari dari atap ke atap. Lagipula, Akutagawa tidak suka basah terkena air hujan. 

Si surai senja memaksakan diri untuk tetap bangkit lalu kembali berjalan. Ia memegangi lengan kirinya yang tadi sempat terluka karena serangan Akutagawa. Ia tidak menyangka juga Akutagawa berhasil mengenainya. Yah, mungkin karena ia sering melihat cara bertarung Chuuya.

Hujan yang turun semakin deras tidak menghentikan langkah Chuuya yang berambisi untuk menemukan Akutagawa, di mana pun ia berada.

Setelah apa yang ia lakukan padanya?

Semoga saja Akutagawa mau mendengar.

***

Si surai senja membalut lukanya dengan sapu tangan yang ia bawa. Meskipun masih terasa menyakitkan, ia tetap bertekad untuk mencari Akutagawa.

BRAK!

PRANG!

Terdengar suara hantaman dan bantingan. Pecahan kaca bertebaran di jalan depan si surai senja tiba-tiba.

Dengan cepat si surai senja langsung mencari posisi aman untuk tidak ketahuan siapapun yang ada di dalam gudang tua sebelahnya.

Chuuya mengangkat dirinya untuk mencapai kaca yang agak tinggi untuk mengintip. Gelap. Tidak ada yang bisa ia lihat.

"Ah- jangan-jangan..." Si surai senja memberanikan diri untuk menerjang masuk, ia sudah siap siaga apabila ada yang mendadak menyerangnya.

BRAK!

Chuuya dengan cepat menyingkir dengan melayang di udara secepat mungkin ketika ia melihat benda hitam panjang yang melesat dengan kecepatan tinggi ke arahnya.

"Akutagawa?!" Seru Chuuya memanggil nama eksekutif muda tersebut sambil berharap dugaannya benar.

Perlahan benda hitam tersebut kembali memendek, dan kembali ke pemiliknya yang berjubah hitam.

"Kenapa kau mencariku?" Akutagawa yang tengah terduduk sambil bersandar pada peti kosong tersebut berhenti menyerang. Lukanya cukup parah, ia tidak bisa bergerak banyak atau luka yang dideritanya akan semakin melebar.

"Kenapa? Kau ini bodoh ya? Tentu saja untuk membawamu kembali. Dengar, aku..." Chuuya membiarkan kalimatnya menggantung untuk beberapa saat sebelum ia menggigit bibir bawahnya, ia merasa ragu.

"Aku salah. Tidak seharusnya aku melakukan itu,"

Akutagawa yang mendengar hal itu tidak merespon. Ia hanya menghela napas.

"Jadi... ayo kita pulang...?" Bujuk si surai senja, berharap ajakannya dapat diterima dengan baik. Namun...

Si surai hitam menggeleng. Ia memalingkan pandangannya dari Chuuya yang terhenyak tanpa mengatakan apapun.

"Akuta-"

"Chuuya-san... bisa pulang sendiri," Akutagawa berujar seolah ia tidak ingin berbicara lebih jauh lagi. Ia berusaha berdiri untuk berpindah tempat, namun lansgung mengurungkan niatnya ketika Chuuya datang mendekatinya.

"Jangan mendekat-"

Si surai senja berhenti melangkah. Ia tidak mendengar kata-kata hardikan dari Akutagawa. Yang ia dengar adalah ucapan dari seorang mangsa yang ketakutan ketika melihat predatornya.

"Akutagawa- aku takkan-"

"Kubilang jangan maju selangkah lagi," Akutagawa menarik dirinya untuk mundur lebih jauh, "Sudah, cukup,"

"Dengarkan aku dulu, Ry-"

"Jangan panggil aku begitu," Akutagawa mengeluarkan Rashomonnya dan langsung menyerang Chuuya di depannya secara asal-asalan tanpa maksud mengenainya sama sekali, bertujuan untuk membuat Chuuya segera pergi.

Namun, Chuuya tidak menggubris serangan barusan. Ia tahu itu adalah serangan asal.

"Sudah kubilang, aku yang salah," Chuuya masih berusaha menjelaskan, "Kenapa kau tidak pernah mendengar?"

"Tidak pernah mendengar? Selama ini aku selalu mendengarkan perkataan Chuuya-san," Akutagawa menghela napas kasar, "Selama ini aku berupaya untuk tidak mengacaukan rencana,"

"Lalu mengapa kau membunu-"

"Sudah kuduga Chuuya-san akan tetap menanyakan hal itu. Aku tidak bisa menjawabnya. Karena aku tahu..." Si surai hitam terdiam, ia merasa dirinya terlalu banyak bicara.

"Ah, sudahlah," Akutagawa memegang sisi kiri tubuhnya yang terluka itu, lalu segera berjalan menjauh.

"Mau sampai kapan kau menghindariku, hah?!" Hardik Chuuya yang semakin tidak sabar, "Aku sudah bilang, aku yang salah!"

"Lalu jika memang Chuuya-san yang salah, apa semuanya akan kembali normal?!" Akutagawa membalas bentakan si surai senja, "Kalau Chuuya-san yang salah, apa kejadian tadi bisa kulupakan dengan mudah? Apa semua bisa normal kembali seperti semula?"

"Akutagawa... aku hanya ingin semuanya kembali seperti semula. Tidak seharusnya ini berakhir begitu saja," Chuuya memalingkan wajahnya, ia tak sampai hati melihat eksekutif muda tersebut memiliki luka gores dan sayat di wajahnya, karena ia sendiri.

"Jika Chuuya-san memang berharap begitu... aku tidak bisa janji semua akan kembali seperti semula," 

"Setiap ada pertemuan... akan selalu ada perpisahan"

Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang