"Dazai-san! Aku menemukan-" Suara langkah kaki terhenti dengan tiba-tiba. Pemuda bersurai putih corak hitam di sisi kanannya itu menatap eksekutif bersurai hitam tersebut dengan tatapan terkejut.
"A-Akutagawa..." Tatapannya berubah seiring ia mengenal lawan dari organisasinya, Agensi Detektif Bersenjata.
Port Mafia.
"Jinko..." Gumam si surai hitam menatap tajam pemuda tersebut. Benar-benar di luar dugaan.
Mengapa Agensi Detektif Bersenjata bisa ada di sini?
Terlebih lagi, sial sekali Dazai ada di sini, membuat Akutagawa tidak bisa melawan musuh bebuyutannya itu, Nakajima Atsushi.
"Oi, brengsek, sedang apa kau di sini?" Tanya Chuuya agresif. Ia sangat terkejut dengan keberadaan mereka. Benar-benar menyebalkan, bisa-bisa Port Mafia kekurangan data akibat sebagian data yang sudah terlebih dahulu dirampas oleh organisasi lawan.
"I'iyou, aku dan rekan-rekanku ini hanya disuruh bertugas, mungkin sama seperti kalian," Tatapan Dazai beralih pada Akutagawa yang mengawasi gerak-geriknya, lalu tersenyum secara tiba-tiba, membuat Akutagawa terkesiap.
"Yah, kalau kalian mengizinkan, maka aku akan pamit duluan, ciao~" Dazai kembali berbalik badan, namun dicegat oleh Chuuya yang langsung menutup paksa pintu gudang tersebut hingga terdengan dentuman keras.
BRANG!!!
"Hmm... Kau tidak mau pakai cara damai, Chuuya-kun?" Tanya Dazai berbalik badan menghadap eksekutif tersebut.
"Damai? Cih, tidak ada kata 'damai' di kamusmu," Tegas si surai senja merasa gusar dengan keberadaannya.
"Ah... soukka, aku mengerti," Dazai menatap Chuuya datar, "Pasti karena kau ingin melindunginya kan?"
"Siapa?"
"Akutagawa-kun, tentu saja," Pria tersebut menatap licik dengan manik cokelatnya melihat Akutagawa yang tetap berusaha menahan dirinya agar tidak melepaskan rashomonnya tanpa aba-aba dari Chuuya.
Ia sudah berjanji pada dirinya, ia takkan mengacaukan rencana ini.
"Dan apakah itu salah bagimu, ha, Kuso Dazai?" Tanya si surai senja risih.
Dazai memicingkan matanya, "Tidak kok, sama sekali tidak salah, ikou, Kunikida-kun, Atsushi-kun, kita cepat per-"
SRAT!
"Brengsek... jangan pikir kau bisa pergi begitu saja tanpa menyerahkannya," Chuuya memojokkan ketiga orang tersebut dengan satu lemparan pisaunya yang hampir mengenai wajah Dazai.
"Menyerahkan... apa?" Tanya Dazai berpura-pura tidak tahu. "Tentu saja pemancarnya, kau jangan pura-pura, aku tahu kau memasangkan pemancar di jumbai mantel milik Akutagawa,"
"Ah, kukira kau takkan sadar," Dazai mengalihkan pandangannya pada Akutagawa yang langsung mencari-cari pemancar di jubah hitamnya itu.
Memang ada.
Pemancar kecil yang dimasukkan ke dalam saku mantelnya, namun sayangnya Akutagawa tidak menyadarinya.
"Bodohnya..." Batin Akutagawa, ia merasa telah menggagalkan rencana eksekutif atasannya yang sudah susah payah menghabisi orang di gudang ini dengan tenaganya.
"Aku sirik lho padamu, Akutagawa-kun," Dazai angkat suara tiba-tiba, membuat si surai hitam langsung menatap manik cokelat mentornya yang dulu mencampakkannya begitu saja di Port Mafia, bahkan memberikan label hina padanya.
"Sirik...?"
Dazai tersenyum licik, "Kau tahu... kau satu-satunya anjing Port Mafia yang bahkan adalah orang terakhir yang kupikir akan berhasil menjadi eksekutif Port Mafia," Ungkap Dazai, membuat Akutagawa teringat pada kejadian masa lalunya.
Akutagawa menatap Dazai dengan tatapan tajam ingin membunuh, namun ia tahu hal itu akan sia-sia.
"Kenapa? Tidak berani? Karena kau memang hanya sebatas aaaanjing~"
JRAK!
"Tutup mulut brengsekmu, bodoh, jika tak ingin mati sekarang lebih baik kau pergi bersama rekan-rekan bodohmu itu,"
Chuuya menancapkan pisaunya di tembok sebelah wajah Dazai, menyayat pipi Dazai yang hanya tersenyum licik padanya.
"Ha'i, ha'i~" Pria tersebut mengambil kertas catatan yang sudah ditulisi oleh Kunikida sebelumnya, mengisyaratkan Kunikida untuk segera pergi dan dalam hitungan ketiga...
"Ability, Doppo Poet!"
Sebuah granat gas dilemparkan oleh Dazai ke udara, dan meledak tepat di saat Dazai menyabotase pusat kontrol dan memblokir semua jalan keluar, lalu melarikan diri bersama Atsushi dan lainnya.
"Akutagawa- keluar!" Terlambat, gas tebal terlebih dulu menutupi seluruh ruangan tersebut.
"OI, BRENGSEK!" Chuuya menutup mulut dan hidungnya, segera mencari Akutagawa di antara kabut gas tebal yang dihasilkan oleh granat tadi.
"Kuso, oi, Akutagawa!" Serunya agak panik, mengingat Akutagawa memiliki masalah tentang pernapasannya.
"Akutagawa!"
*
*
*
Cahaya remang-remang menyelimuti heningnya ruangan tempat kedua eksekutif ini berada, membangunkan si surai hitam yang sempat kolaps sementara dari kesadarannya.
"Hah... bikin kaget saja," Keluh si surai senja beranjak dari tempatnya duduk, di sebelah Akutagawa, "Kupikir kau semaput tadi,"
"Maaf..." Si surai hitam berusaha duduk sambil terbatuk-batuk. Gas tadi tentu saja menimbulkan efek bagi paru-parunya.
"Sudahlah, tak apa," Chuuya menghela napas seraya menaruh sapu tangan di atas kepala si surai hitam, "Ambil itu,"
"Arigatou..." Akutagawa menerima sapu tangannya, menutup mulutnya yang masih terbatuk kecil itu. "Benar-benar... Kuso Dazai... merusuh saja kerjaannya," Gerutu si surai senja dengan maniknya yang membara dan panas hati.
Akutagawa pun bisa merasakan demikian. Keberadaan Atsushi baginya adalah sebuah ancaman. Entah, mungkin karena ia sangat sulit mendapatkan pengakuan dari mentornya dulu.
Namun apa boleh buat...
Inilah keadaannya sekarang...
"Kau bisa jalan, kan?"
"Ha'i,"
"Kita harus pergi dari sini. Ada baiknya kita langsung berangkat ke gudang selanjutnya," Chuuya nampak sangat menggebu-gebu, membuat Akutagawa ikut terburu-buru mengejar langkah kakinya yang cepat tiba-tiba.
"Kali ini kuharap kau cepat tanggap mendengarku, Akutagawa,"
"Ha'i..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfiction
FanfictionAkhir dari sebuah cerita adalah ketika orang yang dulunya membuat kenangan denganmu, justru menjadi sebuah kenangan belaka. ©️Characters owned by Kafuka Asagiri Warning : OOC, BL fluff, angst, profanities