Off the Track #2

75 14 0
                                    

"Chuuy-" Eksekutif muda tersebut tidak jadi melontarkan kalimatnya.

Ia masih diliputi perasaan tidak bisa apa-apa di misi ini. Ia bahkan hampir membuat dirinya dan Chuuya celaka hanya karena dirinya kurang gesit menghancurkan tembok atau semacamnya untuk jalan keluar.

Sebenarnya bukan maksud pikiran Akutagawa yang tidak gesit, namun... ah sudahlah...

Akutagawa tidak ingin memanjangkan perkara. Ia sudah cukup ditolong oleh Chuuya dan ia harus berterima kasih soal itu.

"Hah... Agensi Detektif Bersenjata tersebut ada di sekitar sini," Keluh eksekutif bersurai senja tersebut memijat dahinya, "Bagaimana cara menyingkirkan mereka..."

"Chuuya-sa-"

"Oi, Akutagawa, ayo, aku ada rencana," Chuuya yang tidak sempat mendengar panggilan Akutagawa langsung mengisyaratkan eksekutif bawahannya tersebut untuk cepat-cepat mengikutinya.

Lagi-lagi Akutagawa mengurungkan niat untuk berbicara padanya.

BRAKK!!!

Tiba-tiba pintu gudang yang sedang digeledah oleh tiga anggota ADA tersebut ditutup secara paksa oleh Chuuya yang sudah tak sabar lagi. Bagaimanapun itu mereka tidak bisa menggagalkan misinya.

"Ah... matakku na..." Keluh pria bersurai cokelat tersebut ketika mengetahui pintu gudangnya terkunci secara paksa. Bahkan usaha Atsushi yang tengah berusaha mendobrak pintu gudang tersebut gagal karena ternyata Akutagawa sudah diberi strategi untuk menahan pintu tersebut. 

Chuuya sendiri sudah masuk terlebih dahulu dan menghancurkan atap gudang tersebut, menumpaskan semua yang ada di dalam gudang itu.

BRAKKK!!!

"Hah... kuharap sudah selesai," Tukas Chuuya, meskipun ia tahu ADA bukanlah organisasi bodoh.

Benar saja, Kunikida menggunakan Doppo Ginkaku-nya untuk meledakkan puing-puing gedung tersebut. "Kita takkan semudah itu kalah dengan Port Mafia," Ungkapnya bersiap sedia dengan pistolnya.

Dazai yang sedaritadi tidak berkutik, hanya menoleh perlahan ke arah Chuuya serta Akutagawa secara bergantian, membuat si surai hitam yang ditatap tersebut terperanjat, apalagi ketika ia melihat senyuman mantan mentornya tersebut yang sudah lama meninggalkannya begitu saja di Port Mafia dengan label "Anjing" yang sebenarnya merupakan hinaan.

Sambil tetap menjaga fokusnya, Akutagawa tetap berusaha diam dalam pengaturan Chuuya. Ada berkas pikirannya yang berkata ia tidak boleh mengacaukan apa-apa lagi.

"Akutagawa,"

Chuuya memanggil namanya, melemparkan sebuah benda seukuran genggaman tangannya. Itu sebuah granat kejut. "Lemparkan benda itu saat kuberi aba-aba," Pesannya dari alat komunikasi kecil yang terpasang di telinga si surai senja dan Akutagawa tersebut.

Mereka memastikan langkah mereka tidak ketahuan oleh ADA, sebisa mungkin.

Si surai senja denggan cekatan mengalihkan pandangan Kunikida, karena menurutnya abilitynya bisa sangat merepotkan.

Satu-satunya jalan aman adalah tidak membiarkan Dazai menyentuh dan menetralkan ability mereka.

"Oi, teme...! Minggir kau!" Chuuya menghentakkan kakinya ke arah pria tinggi tersebut yang berhasil mengelak dari serangannya.

"Inoriyoku, Doppo Ginkaku!" Sebuah granat kejut kembali dibuat oleh Kunikida yang dibantu oleh Atsushi untuk mencabut kunci pengamannya.

Melihat itu Chuuya langsung memberi perintah pada si surai hitam untuk melemparkan granat kejut tersebut, "Akutagawa, sekarang!" 

Baru saja ia akan mencabut kunci pengamannya, tiba-tiba ia ditatap secara sinis dan seringaian yang tidak asing di matanya lagi oleh mentornya dulu di Port Mafia itu, membuat darahnya terkesiap.

"Kau tidak lebih dari anjing Port Mafia, Akutagawa,"

"Akutagawa-!" 

Seruan eksekutif tersebut tidak terdengar lagi, ledakan cahaya dua granat kejut dari dua organisasi tersebut sudah terlanjur meledak dan mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan bahkan hampir membutakan mata mereka.

*

*

*

"Chikuso-" Derap langkah kaki terdengar samar-samar di gudang tersebut. Chuuya tidak bisa melihat apa-apa. Sialnya, ia tak sengaja menatap langsung ke arah cahaya tadi, membuatnya buta sesaat.

"Kalau begini terus bisa-bisa aku kehilangan jejak," Chuuya terus menerus mengucek matanya, setidaknya berharap ia bisa melihat sesuatu.

"Oi Akutagawa!" Serunya berusaha mencari di mana rekannya tersebut.

"Ha'i," Sebuah suara pemilik marga Akutagawa tersebut menghampiri Chuuya yang mulai jelas penglihatannya tersebut.

Setelah itu ia langsung mendaratkan diri di langit-langit gedung secara terbalik, "Ke mana mereka? Kau biarkan pergi?!"

"I'ie..." Akutagawa menggeleng perlahan.

Chuuya terlihat agak kesal, namun ia menarik napas dalam-dalam dan menghela napas perlahan, "Ke mana mereka?"

"Mereka pergi," Ucapnya, "Aku tidak begitu melihatnya,"

"Pergi? Itu saja?" Chuuya ternganga tidak percaya, "Kau benar-benar membiarkan manusia brengsek itu pergi?"

"I'ie... Chuuya-san-"

"Sudahlah, lebih baik kau cepat-cepat angkat kaki dari sini, tugas kita lebih banyak," Chuuya mendarat kembali ke bawah, dan langsung pergi cepat-cepat dari situ.

Akutagawa yang hendak berbicara tadi lagi-lagi tidak jadi. Ia tidak ingin menambah panasnya hati eksekutif atasannya saat ini.

Mau bagaimana lagi, daripada semakin runyam. Terpaksa Akutagawa diam saja, melihat langkah kaki Chuuya yang terlihat berat.

Sejujurnya sih, Chuuya bukan orang yang memiliki dendam atau apapun itu yang membuatnya berpikir terlalu jauh, selama masalahnya selesai, maka ia bisa beralih ke masalah lain. Baginya, tidaklah penting untuk bergumul di suatu masalah, apalagi membesarkannya.

Bagaimanapun, Akutagawa di kepala si surai senja sekarang adalah salah satu bawahannya yang mungkin harus ia perhatikan lebih lanjut.

Si surai senja menghela napas mengingat kejadian tadi, berusaha menenangkan diri.

"Yah, kuharap ini hanya terjadi sekali," Batin si surai senja menatap Akutagawa dengan tatapan agak sinis.

Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang