"Ah, Akutagawa-kun, kita hampir sampai, bisa tolong ambilkan kunci apartemen kita? Bos sudah menitipkan sebuah tempat menginap bagi kita, yang tentunya khusus Port Mafia," Ujar Chuuya mengisyaratkan jarinya ke belakang mobil.
Akutagawa dengan cepat mengangguk dan meraih kunci yang digantung di gantungan belakang mobil, lantas menyerahkannya pada si surai senja.
"Hah... setidaknya kita akan berada di sini selama tiga sampai lima hari," Keluh Chuuya memarkirkan mobilnya ke gang tersembunyi yang hanya bisa dibuka oleh voice recognition milik eksekutif Port Mafia yang tak lain adalah mereka berdua.
"Silakan masuk," Seorang petugas Port Mafia yang memiliki jabatan sebagai mata-mata serta penjaga antara pintu masuk mempersilakan kedua eksekutif tersebut melewati lorong khususnya.
Tak heran, Port Mafia memiliki beberapa rute jalan yang bisa mereka manfaatkan ketika menjalankan tugas, mempermudah pemakainya dalam bergerak secara tersembunyi di kota.
Kali pertama mereka menapakkan kaki di basement luas tersebut, tempatnya sangat tersembunyi. Cocok untuk mafia seperti mereka. Seorang petugas membukakan pintu mobil bagi Chuuya dan Akutagawa, membawakan barang-barang serta perlengkapan mereka dari mobil, dan mengantar mereka ke apartemen khususnya.
Di dalam, ternyata masih ada dua orang penjaga keamanan, menanyakan kepentingan serta tujuan mereka, dan akhirnya mempersilakan mereka masuk.
Disebut apartemen juga tidak. Kamarnya terlihat sangat memikat.
Tatanannya rapi.
Tempatnya juga cukup luas untuk mereka berdua.
Satu ruangan tersebut sudah dilengkapi dua kamar terpisah untuk kedua eksekutif ini. Yah, pokoknya sangat menarik hati.
"Kita sudah sampai di apartemen khusus. Kapan operasi akan dimulai?" Chuuya mengangkat teleponnya dan melepas alat komunikasi di telinganya, menelepon Mori.
"Kalian dapat bertindak hari ini juga. Saya sudah menyuplai alat pemantau dan GPS pelacak untuk mencari jejak penyelundupan tersebut," Jelas bos Port Mafia tersebut dari Yokohama, kota asalnya yang dicintainya. Eksekutif bersurai senja tersebut sedikit melirik ke arah Akutagawa yang tengah berkeliling kamar, entah penasaran, karena ia sebetulnya tidak pernah ke sini. Chuuya yang sering bertugas keluar lebih sering tinggal di luar kota, menyebabkan kedua eksekutif ini hampir tidak pernah bertatap muka.
"Baik, akan saya sampaikan pada Akutagawa-kun, arigatou," Chuuya menutup handphonenya, beralih pada si surai hitam yang berdiri di tengah ruangan dengan tatapan menengadah ke arah langit-langit kamar.
"Doushita? Ada apa?"
"I'ie... tak ada- ah, apakah ada yang... Chuuya-san ingin sampaikan...?"
"Hmm... bos bilang kita sudah bisa bertindak. Mungkin penyelundupan tengah terjadi. Yah, karena kita diberi waktu lima hari, ada bagusnya kita cepat bertindak. Lebih cepat lebih baik, bukan?" Ujar Chuuya mengenakan topi khasnya tersebut, menarik coat yang tadi ia campakkan ke sofa empuk yang tadi Akutagawa sempat duduki.
"Ikou, pasti ia tak jauh dari sini. Kuharap lawanku cukup tangguh," Chuuya tersenyum semangat. Ia sangat suka bertarung, apalagi jika lawannya cukup kuat baginya untuk mempertahankan tempo pertarungannya.
*
*
*
"Kau diam sebentar," Ucap Chuuya memberi isyarat bagi si surai hitam untuk bersembunyi, sementara Chuuya menyelinap masuk.
Pelacak jejak yang disediakan oleh Mori, canggih juga. Dengan hitungan detik, seluruh isi gudang rahasia tersebut terbongkar.
Eksekutif bersurai senja tersebut mengeluarkan penyadap suara, menancapkannya di salah satu peti kayu berisi karung-karung bubuk mesiu, dekat dengan dua pria yang tengah mengobrol, lalu menyalakan alat pendengar di telinganya.
***"Jadi? Anda mau mendistribusikan benda ini kapan?"
"Yah, sepertinya keadaan semakin sulit. Mata-mata banyak dikirim ke daerah ini, mempersempit ruang gerak kita. Banyak sekali yang harus kita sembunyikan dari pemerintah," Pria tersebut menyalakan rokoknya.
"Kalau begitu, saya akan telepon bantuan dari pusat saja, seharusnya barang ini bisa sampai di pelabuhan Kanagawa saat sore tiba. Sepertinya mata-mata brengsek tersebut menghalangi jalan kita,"
"Bensin dan mesiu ini takkan bisa dikirim ulang. Kita tetap harus mengangkat kargo ke kapal J-91 malam ini,"
"Ya, tapi dengan penyebaran agen mata-mata dan agensi detektif bersenjata yang pencariannya bisa meliputi seluruh kota, sepertinya tidak mungkin,"
***
"Bensin dan mesiu...." Batin Chuuya menguping pembicaraan kepala cabang agen penyelundupan tersebut dengan kliennya.
Agensi detektif bersenjata? Heh, mereka ketinggalan satu langkah. Port Mafia sudah lebih dulu sampai di TKP. Artinya, penyelesaian kasus ini akan menggunakan jalan mafia.
Penyadap suara yang Chuuya hubungkan pada chip penyimpan datanya sangat berguna untuk dokumentasi misi.
Chuuya menekan microphone di telinganya tersebut, mengisyaratkan Akutagawa untuk boleh bertindak, "Bunuh satu orang saja, yaitu kliennya, biar kepala agen sialan tersebut aku yang urus," Begitu pesannya.
"Ha'i, wakarimashitta,"
Tak lama setelah itu benda hitam tajam menembus dada klien yang tengah berbicara tersebut hingga terbatuk darah dan langsung dihempaskan tubuh klien tersebut ke tepi gudang.
Kepala agen yang hendak melarikan diri tersebut tersandung oleh rashomon milik si surai hitam. Tanpa membuang waktu, Akutagawa segera membelit tubuh pria yang hampir lolos tersebut, dan menghempaskannya tepat di depan Chuuya.
Secara paksa eksekutif bersurai senja tersebut menodongkan pisau ke arah leher salah satu pengembang agen penyelundupan tersebut. "Mau segera menjelaskan semuanya atau kau pilih untuk langsung mati seperti klienmu?"
Manik biru Chuuya menatap tajam milik agen tersebut, sedikit demi sedikit semakin mendempetkan pisaunya dengan leher si kepala agen tersebut.
"Baik! Baik-! Aku akan berbicara," Kepala agen tersebut memundurkan kepalanya agar tidak menyentuh pisau milik eksekutif tersebut, "B-Bensin dan mesiu ini adalah bahan untuk mengisi senjata api. Senjata yang biasa kita gunakan untuk menghancurkan mata-mata agen kita,"
"Siapa 'kita' yang kau maksudkan?" Tanya Chuuya lagi.
"La' Vague, organisasi yang mengimpor senjata api untuk diisi ulang secara ilegal melalui penyelundupan,"
"Dan apa jaminan dari kepercayaanku tentang ceritamu?" Eksekutif tersebut mendekatkan pisaunya lagi.
"N-Nyawaku! Kau bisa ambil nyawaku jika aku berbohong-!"
Chuuya melepaskan genggamannya dan menyimpan pisaunya kembali, lantas mengisyaratkan Akutagawa untuk membawa pria tersebut ke para petugas pribadi mereka kembali untuk diinterogasi lebih lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hydrangea - Chuuaku angst fanfiction
FanfictionAkhir dari sebuah cerita adalah ketika orang yang dulunya membuat kenangan denganmu, justru menjadi sebuah kenangan belaka. ©️Characters owned by Kafuka Asagiri Warning : OOC, BL fluff, angst, profanities