Dua Puluh Dua

12 5 0
                                    

Tidak ada yang sempurna di Dunia ini, pasti ada suka dan dukanya. Sama halnya dengan roda yang berputar, saat kita sedang diatas itu saat dimana kita bisa bahagia. Tetapi, saat kita berada dibawah roda kita merasakan hal yang sangat menyedihkan dalam hidup.

Mungkin seperti itu, gambaran dari kehidupan Lula saat ini, gadis tanpa senyum cantiknya. Gadis tanpa pesona yang dapat memikat orang lain.

" Pah, Lula mau sementara ini Papa yang anter ke Sekolahan. Afnan biar cuti sementara, sampai nanti Lula siap Pa." Pernyataan yang sayangnya sangat angkuh itu, membuat Jordan diam seketika.

" Sayang, ada masalah?" Pertanyaan yang sangat lembut itu membuat Lula menghela nafasnya.

" Mungkin Lusa atau minggu depan Pa, biar Afnan istirahat juga." Jordan menatap kearah istrinya, Lula tidak menjawab pertanyaannya. Namun, Lula membuat keputusannya sendiri.

" Ya sudah, tidak apa apa. Apapun yang penting Anak Papa selalu bahagia." Jordan memeluk sang Anak diikuti oleh Ema.

Alula bersyukur memiliki Orang tua yang sangat pengertian kepadanya, berbeda dengan cerita cerita yang ia baca. Jika Orang tua lain mementingkan kesibukan bisnisnya maka Orang tua Lula menjadikan Keluarganya sebagai penyemangat untuk lebih memajukan bisnisnya,

" Gimana kalau sekarang kita ke Mall, Kalian Shooping nanti biar Papa yang belanjain semua keinginan kalian."

" Beneran pah?"

" Beneran Pah?"

Jordan tertawa melihat perkataan Anak dan Istrinya yang sangat kompak jika mengetahui satu kata tersebut,

" Beneran dong, ayo. Papa tunggu 15 menit sudah siap ya buat berangkat."

" Siap Komandan!!!"

Jordan lagi-lagi tertawa, Ia tau Anak dan Istrinya sangat lama bersiap-siap. Maka dari itu, sekarang mereka sudah naik tangga untuk melaksanakan perintahnya.

***

" Kesana dulu Mama!"

" Kesana dulu Lula!"

Jordan dibuat pusing oleh tingkah kedua orang tersayangnya ini, Anak tercintanya sedang menarik tangan kananya. Berbeda, dengan Istri tercintanya yang memeluk lengan bagian kirinya untuk ia tarik.

" Stopppp,"

" Diam."

" Papa capek tau, kita makan dulu. Nanti setelah itu kalian bisa bebas pilih apa saja sama bodyguard yang Papa panggil." Jordan berbicara dengan tegas. Bagaimana tidak capek dan lelah jika kedua orang tersayangnya ini sudah mengajaknya berkeliling dan membeli apapun yang mereka mau.

Lula hanya mengangguk lemas, setidaknya dengan ini ia bisa menghilangkan sejenak pemikirannya tentang perasaannya.

Hidup kadang memang tak semenyenangkan itu, sampai Lula lupa dari awal ia tak ingin menyampurkan hati dalam setiap kegiatan. Namun, hati tak bisa untuk diatur hingga benih itu muncul disaat dan kepada orang yang tidak tepat.

" Kalian mau pesen apa?" Jordan menyorokan menu dihadapan dua orang tersayangnya ini,

" Lula Puncake sama ice cream cokelat saja Pa." Lula mendorong kembali buku menu itu tanpa membukanya.

Saat ini mungkin makanan itu bisa mendinginkan hati dan fikirannya, dan untuk selanjutnya biarlah seperti ini dulu. Lula tak ingin terlalu memikirkannya, karena Afnan memang harus dengan Zanna. Perempuan pilihan yang sangat cocok dengan sifat Afnan.

Jika orang lain bilang jodoh cerminan diri, maka itu akan sangat cocok jika Afnan berjodoh dengan Zanna yang juga memiliki sifat yang baik.

" Lula!" Lula terjengkit dengan teriakan itu, pandangannya mengarah ke Papa.

Heart's Eclipse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang