Enam

37 18 1
                                    

"Em ... gu-gueee ...." Alundra tergagap bingung sembari menyikut lengan Keshia di sampingnya.

"Ya-ya jelas bukan kami pelakunya. Mana mungkin gue sama Alundra tega banget buat bikin berita yang ngejatuhin lo gitu," sahut Keshia gugup.

Lula menatap keduanya datar. Dalam benaknya, dia merasa curiga karena mereka berdua yang mengetahui hampir semua kejadian yang dialaminya. Namun, dia juga merasa yakin jika kedua orang di hadapannya ini tidak akan melakukan hal sebodoh itu, mengingat bagaimana baiknya Lula pada keduanya.

"Bener?" tanya Lula ragu.

"Lo gak percaya sama kami?" Alundra balik bertanya dengan nada cukup tersinggung.

"Iya. Gitu cara pandang lo ke kami? Padahal selama ini kami selalu belain lo. Kita bertiga sahabat 'kan?" tambah Keshia tak terima.

Lula sedikit merasa bersalah telah meragukan kedua sahabatnya itu. "Sorry guys, bukan maksud gue gitu. Gue cuma mastiin aja. Gak beneran ngira gitu, kok," sesalnya.

Alundra dan Keshia saling pandang dengan penuh arti. Lalu keduanya menoleh ke arah Lula dan mengangguk mengiyakan.

"Oke ... kami bakal maafin, asal lo gak bakal mikir macam-macam lagi ke kami. Gue sama Alundra jadi ngerasa gak dianggep sahabat kalo lo kayak gitu. Gak ada rasa percaya sama sekali ke kami. Dan satu lagi, kami juga mau ...."

Keshia sengaja tak melanjutkan kalimatnya agar disambung oleh Alundra yang sudah tersenyum penuh makna ke arah Keshia.

"Mau apa? Gue pasti turutin buat kalian, asal kalian tetep jadi sahabat gue dan gak marah lagi," sahut Lula cepat.

"Mau lo traktir makan sepuasnya selama seminggu. Deal?" lanjut Alundra dengan raut datarnya.

Lula sedikit melongo mendengarnya. Bukan. Ini bukan perkara uangnya, tetapi Lula tak menyangka jika hanya itu yang dipinta oleh kedua sahabatnya. Hanya traktir makan saja? Hanya seminggu pula! Itu sangatlah mudah untuk dilakukan seorang Alula Zhima Naharila.

"Kalian serius?" tanya Lula memastikan dengan raut heran.

"Ya iyalah, La. Lo pikir kami becanda? Lo gak mampu nurutin kemauan kami?" ujar Keshia sedikit menantang.

"Gue mampu lah. Cuma seminggu doang juga. Kalian minta sebulan pun, gue turutin," balas Lula sombong. Enak saja Keshia meremehkan dirinya yang kaya raya ini.

"Lagian gue tuh cuma heran aja. Kalian cuma minta seminggu doang traktirannya? Kan kalau di sekolah juga tiap hari gue yang jajanin kalian. Gak mau minta lain gitu?" lanjutnya tersenyum sombong.

"Kita 'kan sahabat. Gue gak mau bebanin lo banyak-banyak lah. Kami juga sering lo beliin apa pun 'kan? So, kali ini kami cuma minta itu. Tapi, ya ...." Alundra tersenyum lalu menatap Keshia, menyuruh gadis itu yang melanjutkan.

"Tapi ... ?" tanya Lula mengangkat alisnya menunggu kelanjutan dari kalimat yang dilontarkan Alundra tadi.

"Tapi, kalo lo mau beliin kami apa pun kayak biasanya. Ya ... kami gak bakal nolak, sih. Apalagi lo sendiri yang nawarin 'kan? Bukan kami yang matre," kata Keshia tersenyum menatap Lula.

"Oh gitu ... santai aja, sih. Kalian 'kan sahabat gue. Minta aja apa pun yang kalian mau, selagi gue dapet banyak transferan uang dari bokap, pasti gue turutin kok. Asal kalian juga nurutin semua kemauan gue," ucap Lula santai.

"Jadi, deal 'kan?" tanya Alundra kembali memastikan kesanggupan Lula dalam menraktir kedua gadis itu. Lula pun hanya mengangguk saja tanpa lagi mendebat kedua sahabatnya.

Tanpa lagi peduli, Lula langsung berjalan sendirian ke arah kelasnya dengan memainkan gawai dalam genggamannya. Berusaha mengacuhkan suara-suara yang cukup mengganggunya, karena dia tahu, ini bukan saatnya dia membalas mereka yang sudah mengganggu ketenangannya.

Heart's Eclipse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang