Sembilan Belas

10 5 0
                                    

"Mah, kita kasih mereka waktu yuk," bisik Jordan pada Ema yang duduk di sebelahnya. Ema mengangguk, ia merasa Lula dan Afnan mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa membuat Ema dan Jordan terlibat.

"O, ya, kalian mau minum? Mau kue? Mama ke dapur dulu ya, buat minum," ucap Ema basa-basi lalu segera bergegas masuk ke rumah. Ema mengerling pada Jordan sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah.

"Kalian ngobrol berdua dulu ya? Papa mau angkat telepon dari kolega, penting," ucap Jordan. Ia pura-pura mengatakan halo di ponselnya dan masuk ke dalam rumah. Tinggalah Afnan dan Lula berdua di teras.

Suasana mendadak hening. Afnan bingung ingin bicara apa, sedangkan Lula sibuk merangkai kata maaf yang akan diberikannya pada Zanna.

"Maaf, Non," ucap Afnan pelan. Lula melihatnya dengan tatapan bingung. Rupanya, sedari tadi, ia tidak mendengarkan perkataan Afnan dan sibuk dengan dunianya sendiri.

"Kenapa jadi lo yang minta maaf, kan gue yang salah. Gue gak bisa jaga Zanna dengan benar. Harusnya, gue yang minta maaf," ucap Lula.

"Nah, sekarang lo anterin gue ke rumah sakit, gue mau minta maaf sama Zanna," ucap Lula. Afnan tersenyum dan bergegas mengambil kunci mobil.

***

"Zanna, gue mau minta maaf sama lo, gue gak becus jagain lo," ucap Lula penuh dengan nada menyesal. Zanna tersenyum lembut pada Lula.

"Gak apa, itu bukan salah lo. Merekanya aja yang psikopat," jawab Zanna. Zanna mengerling pada Afnan, menyuruhnya juga minta maaf pada Lula.

"Eum ... saya juga mau minta maaf sama Non, saya kemarin asal nuduh Non. Maaf ya Non, saya kebawa emosi," ucap Afnan menatap lekat pada Lula. Lula menoleh dan balas menatap Afnan.

"Iya gak apa, gue tau bad image gue gak bisa hilang gitu aja," sahut Lula. Afnan semakin merasa bersalah karena permintaan maafnya justru membuat Lula berpikir bahwa dirinya itu memang memiliki sifat buruk.

"Maksud saya bukan gitu, Non—"

"Udah gak apa. Oh ya, Na, lo kapan boleh pulang?" tanya Lula mengalihkan pembicaraan. Zanna yang ditanya langsung tersentak kaget.

"Hari ini gue udah boleh pulang sih, tapi kayaknya gue betah nih di rumah sakit," ucap Zanna diiring tawanya. Lula dan Afnan ikut tertawa, mereka tahu Zanna hanya bercanda.

"Ya udah nanti gue anterin aja sampe rumah," ucap Lula. Ia menoleh dan memberi kode pada Afnan untuk mengantar Lula dan Zanna. Afnan mengangguk mengerti.

***

"Lo di rumah hati-hati ya, Na. Lo kan belum sembuh benar," ucap Afnan menasehati Zanna. Lula yang duduk di sebelah Zanna hanya mengangguk-angguk.

"Siap pak bos," balas Zanna membuat Afnan tersenyum. Ia tahu walaupun sudah dinasehati begitu, Zanna tetaplah Zanna yang energik dan tidak bisa duduk diam apalagi melakukan sesuatu dengan hati-hati.

"Loh, kalo Afnan bos, terus gue apa?" Lula memasang wajah penuh tanya yang mengundang tawa dari dua manusia selain dirinya.

"Kalo Afnan bos, lu presiden. Eh jangan deh, kalo Afnan bos, lu—"

"Istri bos!" Ucapan Zanna dipotong begitu saja oleh Afnan. Afnan sedikit tertawa setelah mengucapkan hal tersebut, tetapi Zanna tidak. Zanna memasang wajah masam walau harus ia akui Afnan bahagia dengan perkataannya.

"Heh! Gue gak mau jadi istri lu! Belum sih, gak tau deh nanti pas hujan turun. Eh, apa sih, sekata-kata aja lu nyebut gue istri lu!" oceh Lula. Afnan hanya tertawa mendengar ocehan yang ditujukan padanya.

Heart's Eclipse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang