Dua Puluh Empat

10 6 0
                                    

JUMKAT : 1994 (Hanya isi)

****

"La." Seseorang tiba-tiba menyebutkan namanya membuat Lula segera mengalihkan pandangannya ke depan. Terlihat Afnan yang memakai seragam sekolah dengan senyuman manisnya tengah menatap dirinya.

Lula balas menatap mata Afnan. Dia merasakan lagi gelayar aneh itu di dalam hatinya. Rasa aneh yang selalu hadir setiap kali dia berhadapan dengan Afnan. Apalagi saat pandangannya bertumbrukan dengan Afnan. Terasa sangat menyenangkan.

"Ayo berangkat. Mana kunci mobilnya?" tanya Afnan membuyarkan lamunan Lula.

"Gue ...."

"Loh, Afnan," sapa Jordan menatap Afnan yang berdiri kaku di depan Lula.

"Bapak," sahut Afnan ramah sembari menyalami tangan Jordan disertai senyuman manisnya.

"Kok kamu di sini, Nak?" tanya Jordan bingung sembari bergantian menatap Lula dan Afnan.

Afnan bingung mengapa Jordan menanyakan itu padanya. Bukankah memang sudah tugasnya untuk selalu mengantar jemput Lula?

"Kan memang baisanya saya yang mengantar jemput Lula, Pak," jawab Afnan sopan.

Jordan mengernyitkan alisnya. "Kata Lula, kamu libur dulu sampai setidaknya minggu depan. Apa Lula nggak ngasih tahu kamu?"

Afnan menggeleng lalu menatap Lula meminta penjelasan pada gadis itu. Lula tersenyum tipis menanggapinya. "Iya, lo libur dulu, Nan. Sorry, gue lupa bilang ke lo," ucap Lula enteng seakan tanpa beban apapun.

Jordan tersenyum memandang raut kebingungan di wajah Afnan. "Mau sekalian bareng, Nak? Ayo," tawar Jordan pada Afnan.

"Em ... maaf, tidak Pak. Saya berangkat sendiri saja karena masih mau mampir ke satu tempat dulu. Kalau gitu permisi, Pak," pamit Afnan undur diri setelah menyalami Jordan. Dia berjalan tanpa lagi menoleh pada Lula dan Jordan yang memandangi kepergiannya.

Apa lo mau pergi ke Zanna, Nan?

Iya kali ya, tapi kan lo sukanya sama gue.

Apa sih, kenapa gue ngarep banget, coba? Tapi 'kan kemarin dia udah bilang

Tapi tetap aja meskipun Afnan suka sama gue, gue gak boleh dan gak bisa bales perasaan dia demi Zanna.

Maafin gue, Nan. Gue terpaksa harus hindarin lo sama Zanna. Gue Cuma gak mau ngerusak kebahagiaan kalian, karena kalian juga udah banyak nolong gue. Udah baik banget sama gue. Thanks dan maaf.

Lula menatap sendu kepergian Afnan. Sebenarnya dia berat melakukan ini, tetapi sekali ini saja dia ingin bisa membuat orang lain bahagia meski harus mengorbankan perasaannya sendiri. Namun, tetap saja hatinya merasa nyeri kala melihat Afnan yang pergi tanpa berpamit padanya, tanpa menatap hangat padanya seperti biasa.

Bahkan tidak seperti Afnan biasanya yang selalu menanyakan mengapa Lula berubah sikap. Ternyata benar kata seseorang yang pernah dibacanya di internet jika 'Lost respect itu lebih menyakitkan daripada lost contact'. Dia masih bisa berkomunikasi dengan kita di keadaan tertentu, tetapi dia sudah tidak lagi peduli dengan apapun yang kita lakukan.

"Ayo berangkat udah siang, La. Kamu ngelamun aja," kata Jordan tiba-tiba menyentak Lula dari lamunannya. Lula berusaha memperlihatkan senyuman pada Jordan agar sang papa tidak tahu apa yang terjadi pada Lula saat ini. Namun meski begitu, Jordan sudah tahu jika putrinya ini ada masalah dengan Afnan.

Jordan memilih diam karena dia tak ingin membuat Lula semakin kepikiran dengan masalahnya itu. Dia hanya bisa berharap agar Lula bisa segera berbaikan dengan Afnan karena dia senang jika Lula bisa memiliki teman sebaik Afnan dan Zanna.

Heart's Eclipse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang