"Lula!" teriak Afnan terus memanggil nama Lula, tapi dirinya tak bisa mengejarnya karena Zanna mencekal tangannya.
"Gimana dengan gue, Nan?" tanya Zanna.
"Gue enggak pernah suka sama lo, Zanna. Gue sukanya sama Lula, paham?" sentaknya membuat Zanna tertunduk diam. Apa sekarang ia tengah sakit hati? Dadanya nyeri saat telinganya mendengar Afnan berkata tentang perasaannya selama ini padanya.
"Afnan!" teriak Zanna saat Afnan melepaskan cekalan tangannya sembari memasuki pekarangan rumah Lula yang besar itu.
"Apa gue salah?"
***
"Apa gue salah nunjukin perasaan gue ke Afnan?" monolog Zanna.
Ia tertunduk di tempatnya, mendongak sebentar melihat kedua sosok yang tengah berlari itu.
Harus kah lagi, Zanna yang mengalah?
Perlahan tetes-tetesan yang tidak diinginkan itu jatuh tepat pada pandangan Zanna saat tertunduk.
Zanna menangis dalam diamnya. Ia tidak tahu, jika memiliki rasa dengan sosok yang menganggap kita hanya sebatas sahabat itu kebih menyedihkan dari apapun.
Zanna tidak tahu, jika perasaannya yang tiap hari dipupuk Afnan akan layu hanya karena dua hama berupa kata 'hanya teman' saja.
Zanna tidak tahu, jika rasa dan harapan kali ini kompak mempermainkan dirinya.
Zanna tidak tahu dan tidak akan pernah tahu. Yang ia tahu saat ini, ia sangat terluka.
Ia menggigit bibir bawahnya guna menghalau isak tangis yang mendobrak pertahanannya. Zanna kembali mendongak, menatap lantai kamar Lula kemudian menjatuhkan dirinya sendiri.
Zanna terduduk di tempatnya, menenggelamkan kepalanya di antara lututnya yang ditekuk. Membiarkan dirinya terisak dengan keras.
Bukannya tidak apa kan kalau kita menangis? Itu tandanya kita punya hati kan? Makanya Zanna memilih menangis saja kali ini. Ia tidak pernah mengira sebesar ini dampak dari perasaan yang dari dulu menggerogoti dirinya.
Sudahlah, ingin dipikirkan, ingin disesali, ingin diperbaiki bagaimanapun tetap saja semuanya tidak akan kembali.
Zanna dengan ungkapan cintanya yang hanya dibalas cuma teman tidak akan menghasilkan hubungan yang baik lagi.
"Kalau dari awal gue tau cinta sesakit ini. Udah dari dulu gue nggak berharap sama lo, Nan," gumamnya pada diri sendiri.
***
"Lo ngapain ngejer gue?" tanya Lula yang akhirnya meladeni Afnan yang terus saja meneriaki namanya.
Afnan yang ditanya seperti itu lantas menaikkan alisnya sebelah, ia mengatur napasnya yang tersengal-sengal sembari memikirkan alasannya mengejar Lula itu apa?
"Mmm anu, Non. Hehe," ujarnya dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Kenapa Afnan jadi merasa salah di sini? Mengapa ia mengejar Lula?
Afnan yang melihat Lula menatapnya datar tambah merasa canggung sendiri. Ia lantas maju lebih dekat ke hadapan Lula.
Ia menarik tangan Lula, menggenggamnya dengan erat. Kemudian menatap dalam mata cantik di hadapannya sekarang.
"Aku nggak tahu apa yang ngebuat aku ngejar kamu. Yang aku tahu, aku takut kamu salah paham dengan ungkapan Zanna tadi," jawab Afnan dengan suara lembut yang hampir membuat Lula linglung seketika.
Namun, saat dirinya menarik kesadarannya kembali. Lula sontak menyentak tangan Afnan kemudian membelakangi pemuda itu. Ia takut, ketika melihat matanya Lula langsung melupakan apa yang terjadi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Eclipse [TAMAT]
Fiksi RemajaSetiap orang punya sisi gelap dan sisi terang dalam dirinya, maukah kau menerangi sisi gelapku? *** Aku di atas segalanya, itulah prinsip seorang Alula Zhima Naharila. Ia yang memiliki banyak harta, sombong, dan egois seakan tertampar kenyataan saat...