Tuk ... tuk ... tuk ....
Suara pantofel wanita yang beradu dengan lantai menjadi sorotan semua penghuni kelas XI-MIPA-3. Sesosok wanita muncul dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Ia menurunkan kacamatanya dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sorot matanya yang angkuh membuat setiap orang yang dilihatnya menundukkan wajah mereka. Dialah Alula Zhima Naharila, cewek paling sombong, paling kaya, dan paling cantik di SMA Nusa Global.
"Lula! Astaga sis, lo makin cantik aja!" puji Keshia, salah satu sahabat Lula yang entah muncul darimana. Keshia memeluk Lula, menyalurkan rindu setelah 2 minggu tidak bertemu akibat liburan semester.
"Kangen lo sama gue?" sindir Lula. Keshia pura-pura kesal, ia mengerucutkan bibirnya menanggapi sindiran sahabatnya.
"Iya, kangen. Kangen ribut sama traktiran lo," sahut Alundra yang tiba-tiba muncul dari belakang Lula. Alundra memeluk Lula sebentar, sekedar berbasa-basi pada Lula. Alundra juga memeluk Keshia, tetapi ditolak oleh Keshia.
Tak berapa lama setelah tiga sahabat itu melepas rindu, bel berbunyi dengan nyaringnya. Para murid langsung berlarian menuju kursinya, tak terkecuali Keshia, Lula, dan Alundra. Pak Iwan masuk dengan kacamata tebalnya dan setumpuk buku di tangannya.
"Tuh, La, orang yang paling lo kangenin," ucap Alundra menyenggol lengan Lula yang duduk di sebelahnya. Lula mencibir dan menjulurkan lidahnya pada Alundra.
"Lula! Alundra! Jangan bercanda kalian di belakang!" bentak Pak Iwan. Lula dan Alundra terdiam, kini keduanya menjadi sorotan kelas, Keshia melempar sorot mata menertawakan pada mereka berdua.
"Maaf, Pak," ucap Lula sinis, ia benci ditegur guru, ia seperti dipermalukan di depan umum. Pak Iwan menghela napas kesal, ia tidak ingin mencari masalah lebih lanjut dengan Lula yang merupakan putri dari keluarga terkaya di Jakarta dan Alundra yang merupakan sahabat Lula.
Pak Iwan tidak menggubris Lula dan Alundra lagi, lalu melanjutkan penjelasannya yang sempat tertunda tadi. Semua murid kembali fokus mendengarkan penjelasan Pak Iwan, tak terkecuali Lula dan Alundra yang tadi sempat ditegur Pak Iwan.
Tak terasa, bel istirahat sudah berbunyi. Murid-murid yang sudah lelah mendengar ocehan guru menjadi segar kembali. Guru yang mendengar bunyi bel pun cepat-cepat menyudahi pengajarannya. Satu persatu murid mulai meninggalkan kelas. Kebanyakan langsung meluncur ke kantin, namun beberapa memilih tetap berada di dalam kelas dan bermain game di ponsel.
Lula, Alundra, dan Keshia memilih langsung meluncur ke kantin, mengisi perut setelah mengisi otak dengan pelajaran yang diberikan guru-guru. Lula mengambil ponsel dari kantong seragamnya dan membaca komik favoritnya. Keshia berjalan sembari memainkan game di ponselnya. Alundra memasang earphone di telinganya dan berjalan sembari mendengarkan lagu kesukaannya. Ketiganya berjalan berdampingan, namun sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Lula melihat daftar menu yang ada di kantin. Lula, Alundra, dan Keshia memang anak orang kaya, namun mereka sering makan di kantin. "Mie ayam tiga, es jeruk satu, es teh dua," ucap Keshia yang sudah hapal dengan pesanan teman-temannya. Mas Surip yang merupakan salah satu pelayan di kantin itu langsung mencatat pesanan mereka bertiga.
"Sumpah, gue kesel banget sama Pak Hewan, bercanda dikit doang gak boleh!" omel Lula. Keshia dan Alundra hanya menggeleng pelan. Mereka berdua hapal sekali dengan sifat Lula yang benci jika ditegur guru di depan teman-temannya.
"Udahlah, La. Pak Iwan kan emang gitu. Btw, pulang sekolah jalan, yuk! Gue kangen jalan sama kalian," ajak Alundra berusaha mengalihkan kekesalan Lula pada Pak Iwan. Senyum licik terukir di bibir Keshia.
"Iya boleh tuh. Gue mau nambah koleksi merchandise gue." Keshia menyanggupi ajakan Alundra. Melihat kedua temannya bersemangat, Lula ikut bersemangat dan melupakan kekesalannya pada Pak Iwan.
"Oke, nanti gue suruh supir gue yang antar," jawab Lula. Tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan diantar oleh Mas Surip.
"Makasih ya, Mas," ucap Keshia. Mas Surip tersenyum lalu mengangguk ramah pada Keshia. Mas Surip tak berlama-lama berdiri disitu dan segera kembali ke dalam dapur untuk mengantar pesanan lain. Ketiganya makan dengan tenang dan menyisakan satu menit untuk berjalan kembali ke kelas.
"Wah, kangen ya sama mie ayam Mas Surip," ucap Alundra begitu mendaratkan bokongnya di kursi kelas. Keshia duduk di kursinya yang ada di depan Lula. Lula memilih duduk di meja yang ada di sebelah mejanya.
"Iya, yah. Biasanya gue makan pizza, hamburger, spaghetti. Gak gue sangka, gue bakal kangen sama makanan kampung kayak mie ayam Mas Surip," ucap Lula, ia mau memuji atau menyindir sih? Keisha dan Alundra saling melirik.
Tak berapa lama, bel masuk kembali berbunyi. Suara langkah kaki para murid yang berlari menaiki tangga semakin jelas terdengar. Tak lama, semua murid di kelas XI-MIPA-3 sudah duduk dengan rapi dan siap mengikuti pelajaran selanjutnya. Bu Viva masuk dan mulai mengajar sejarah. Suaranya yang lembut mendayu-dayu seakan menyihir semua murid untuk memejamkan mata.
Tanpa disadari, jam pulang sekolah semakin dekat. Bel pulang berbunyi disambut sorak-sorai para murid. Guru pengisi mata pelajaran terakhir buru-buru membereskan bukunya dan keluar dari kelas, enggan berlama-lama dengan murid yang malas dan ribut hanya ketika bel pulang berbunyi.
Lula, Alundra, dan Keshia membereskan alat tulis dan buku mereka. Lula mengirimkan pesan singkat pada supirnya untuk menjemput mereka bertiga di sekolah dan mengantar mereka menuju mall. Keshia selesai lebih dahulu lalu berkata, "Gue tunggu di warung Kak Ian ya, mau beli permen karet." Alundra dan Lula mengangguk mengiyakan. 5 menit kemudian, Lula dan Alundra menyusul Keshia ke warung Kak Ian yang ada di sebelah kedai mie ayam Mas Surip.
"Key mana sih?" tanya Alundra celingak-celinguk mencari Keshia, sementara Lula sibuk bermain ponsel tanpa memperhatikan sekitar. Tanpa Lula sadari, ia terpisah dari Alundra yang sibuk mencari Keshia di kerumunan warung Kak Ian.
Dug!
"Aw!" teriak Lula. Tampaknya ia menabrak seseorang. Lula menatap lelaki yang ditabraknya. Kulit putih, mata cokelat, hidung mancung, dan bibir berwarna merah alami. Satu kata yang menggambarkan lelaki itu, tampan. Lula akan langsung jatuh hati pada lelaki itu seandainya lelaki itu memakai kaus dan celana yang rapi serta sepatu kets dengan merk ternama. Sayangnya, lelaki tampan itu hanya mengenakan kaus putih lusuh dengan celana pendek berwarna coklat yang kusam serta sandal jepit butut.
"Lo punya mata gak sih?" bentak Lula menghina. Semua orang yang ada di warung Kak Ian menjadikan Lula dan cowok itu sebagai pusat perhatian.
"Afnan!" Kak Ian turun tangan dan menarik cowok yang ada di depan Lula. Kak Ian menatap Lula kikuk, Lula tidak pernah datang ke warung Kak Ian. Keshia dan Alundra yang melihat itu segera mendekati Lula.
"Maaf ya, Lula," ucap Kak Ian mengangguk ramah pada Lula. Lula menatap rendah pada Kak Ian dan Afnan. Afnan membalas tatapan Lula dengan tatapan kesal. Afnan tahu bahwa Lula adalah anak orang kaya, namun tidak seharusnya ia melempar tatapan menghina seperti itu.
"La, udah yuk, pergi dari sini." Keshia menarik tangan Lula menuju parkiran. Mobil Lula sudah terparkir baik di lapangan depan. Lula, Keshia, dan Alundra segera masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang. Supir Lula segera meluncur ke mall yang sudah Lula beritahu.
***
Prologue by PikaaChii
03/12/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Eclipse [TAMAT]
JugendliteraturSetiap orang punya sisi gelap dan sisi terang dalam dirinya, maukah kau menerangi sisi gelapku? *** Aku di atas segalanya, itulah prinsip seorang Alula Zhima Naharila. Ia yang memiliki banyak harta, sombong, dan egois seakan tertampar kenyataan saat...