Enam Belas

14 7 0
                                    

Zanna berdiam diri setelah acara pembicaran singkat di toilet Rumah sakit, Lula mendorong kursi roda Zanna menuju ruang rawatnya. Dua sejoli yang sedang berdiam diri itu sampai pada ruangannya, Lula membantu Zanna naik ke tempat tidurnya dan duduk dikursi roda, waktu berlarut tapi dua sejoli itu berdiam diri. Lula melihat ke arah Zanna,

"Assalamualaikum."

Lula menengokkan kepalanya sembari menjawab salam, disana pemuda dengan perawakan yang sangat menawan berjalan dengan cool, Lula sampai terpesona melihatnya.

" Zanna, gimana? Udah mendingan?" Afnan bertanya kepada Zanna, tanpa memerdulikan Lula yang sedang duduk disamping keranjang tempat tidur.

" Gue udah sehat kok, dijaga sama Lula ternyata gak sebururk pemikiran gue." Zanna mengucapkan kalimat itu sembari terkekeh pelan.

" Udah makan sama minum obat belum? "

Lula benar-benar kesal saat kehadirannya tak dihiraukan oleh kedua sejoli berbeda jenis kelamin itu, Lula hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan. Ia tau, Zanna memiliki sifat lebih baik darinya, Lula juga tau kalau Zanna lebih pintar darinya. Lula merasa insecure dengan semua yang dimiliki oleh Zanna, tetapi apa boleh buat ia hanyalah seorang gadis biasa. Satu kelebihannya yang selalu ia tampakkan, ia kaya.

" gue tiduran dikasur ya, udah malem juga. Afnan lo tungguin Zanna aja." Afnan mengangguk, Lula berdiri dan menuju ke arah sofa yang tidak jauh dari keranjang Lula. Afnan jadi kasian kepada Lula, setiap gerak geriknya tidak lepas dari pandangan Lula.

" Gue boleh tanya sama lo?" Zanna memperhatikan Afnan yang terus memperhatikan Lula, sampai mata gadis itu terpejam.

" Biasanya tanya tinggal tanya, kenapa sekarang ijin dulu?" Afnan terkekeh pelan dan mengusap kepala Zanna dengan lembut.

" emmm, Lo suka ya sama Lula?" Zanna bertanya to the point, Afnan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Kayaknya Lo tau jawabannya deh. Tetapi tenang, Zanna tetap menjadi Sahabat untuk Afnan selamanyaaaaa." Zanna tertawa renyah, Ia sadar bahwa dirinya hanyalah sahabat tidak lebih.

" Ya udah sekarang tidur, gue tidur disini ya. Nungguin Lo sama Lula." Afnan mengecup dahi Zanna bersamaan dengan mata Zanna yang tertutup.

" Good Ninght Afnan." Zanna mengucapkan selamat malam sembari mengelus kepala Afnan yang berada disamping tangannya.

Zanna akan mencoba menata diri dan juga hati. Hatinya penuh dengan semua tingkah laku Afnan yang manis kepadanya yang juga selalu bercanda bersamanya.

***

Lula mengerjapkan matanya, hangat. Ia melihat Jaket berwarna abu-abu yang selalu dipakai Afnan, dilihatnya Afnan yang tertidur sembari menggenggam tangan Zanna, dilihatnya Zanna yang masih tertidur pulas.

Lula jadi tidak tega, ia tau bahwa Zanna menyukai Afnan, tetapi Afnan malah menyukainya. Sungguh malang gadis manis, pintar nan cantik itu. Lula terbangun dan berdiri disamping Afnan mengusap kepala Afnan dengan sayang.

" Engh" Lenguhan itu membuat Lula menarik tangannya kembali, lagi lagi Lula menganggumi pesona Afnan yang berhasil mengikat hatinya.

" Lho, Kamu udah bangun?" Lula hanya mengangguk mendengar pertanyaan Afnan.

" Kamu udah makan belum?" Lula menggeleng, Afnan menampilkan wajah kawatirnya.

" Kamu belum makan ya dari tadi malam?" Lula lagi-lagi menjawabnya dengan gelengan, ia menepis rasa pusing yang menyerangnya.

" Kok belum sih! Kamu pusing pasti! Sudah duduk saja." Lula terkejut, sungguh. Ia masih pusing tetapi, kenapa malah dibentak? Afnan membawa tubuh lemas Lula ke sofa yang tadi ditiduri oleh Lula.

Heart's Eclipse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang