Dua Puluh

8 7 0
                                    

Banyak orang berkata jika harapan itu adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan untuk kita yang berusaha menggapai apa yang dicita-citakan. Termasuk cinta, jika seseorang memiliki harapan untuk mendapatkan cinta dari orang yang dicintainya, ia harus berusaha agar cintanya terbalaskan. Entah bagaimanapun caranya, jika harapan sudah datang padanya, maka berusaha adalah jalan yang dilakukannya agar mendapatkan cintanya.

Seseorang jika sedang dalam jatuh cinta hanya akan ada kupu-kupu beterbangan saja di dalam perutnya. Tak ada hal lain yang dipikirkannya, hanya orang yang membuatnya jatuh cinta.

Zanna melihat bayangan dirinya pada cermin rias besar yang berada di kamarnya yang bisa dibilang tidak terlalu luas, tapi cukup untuk menampung dirinya saja. Ia memutar badannya, melihat apa yang kurang pada dirinya ini, hingga Afnan belum menyatakan perasaan padanya. Padahal mereka sudah lama berteman, dan mungkin saja Afnan nyaman dengannya.

"Gue bingung harus ngapain," ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

Masalah cinta lebih rumit daripada mengerjakan 200 soal matematika dalam waktu 2 jam. Otaknya pun bahkan terasa seperti terbakar karena terus memikirkan langkah yang harus diambilnya dalam mengambil hati Afnan.

"Afnan itu ganteng, sayang dia enggak peka. Masa enggak tahu kalau aku nyaman sama dia?"

Helaan nafas keluar dari lubang hidung mancung milik gadis cantik itu. Ia mendudukkan pantatnya di kursi yang terletak tak jauh dari cermin rias, tepatnya berada di dekat meja riasnya yang tidak terlalu banyak kosmetik, hanya lipstik dan beberapa bedak saja.

Gadis itu berkacak pinggang, seolah lelah dengan apa yang terjadi padanya dalam beberapa waktu dekat ini. Banyak sekali yang membuatnya bingung, mulai dari perhatian Afnan dan perlakuan Afnan padanya yang sama seperti perlakuan Afnan pada Lula. Apakah ini yang disebut dengan cinta segitiga? Jika ia bertindak lebih dulu dan mendapat hati Afnan, ia kasihan dengan Lula. Tapi kali ini ia harus mengikuti egonya, demi kepentingan dirinya sendiri.

"Kalau gue nyata in perasaan dulu ...," jeda gadis itu. "Gue kasihan sama Lula, gue lihat dia suka sama Afnan."

Gadis itu berjalan mendekati kasurnya yang empuk itu. "Tapi di sisi lain, gue suka sama Afnan. Gue jadi bingung," ungkap gadis itu sembari merebahkan tubuhnya secara telentang di kasur empuk miliknya itu.

"Sekali-kali gue egois sama teman enggak apa-apa 'kan? Mementingkan percintaan daripada pertemanan."

***

"Sudah, di sini saja." Lula segera turun setelah mengatakan itu pada sang sopir alias Afnan. Ia menatap lekat mata Afnan selama beberapa detik, lalu dengan secepat kilat ia mengalihkan pandangannya karena ia tersadar atas apa yang dilakukannya.

Gadis cantik itu melangkahkan kakinya, lalu berhenti di depan sebuah pintu besar berwarna cokelat itu. Tangan kanannya menjulur menarik gagang pintu, membuat pintu besar itu terbuka. Ayunan kaki ia lanjutkan kembali sembari memasuki rumahnya yang mewah ini.

"Loh, sudah pulang?" tanya suara cempreng dari arah dapur membuat Lula berjingkat kaget. Kepalanya menoleh ke samping kanan, netranya menemukan seorang wanita tengah memakan camilan ringan.

Lula sedikit mengangkat kedua sudut bibirnya, lalu mengangguk. Ia malas berbicara saat ini, entah mengapa mood-nya untuk berbicara tiba-tiba menurun.

Entah, apa yang salah dengannya kali ini. Pikirannya hanya tertuju pada Afnan dan Zanna yang sudah seperti pasangan yang romantis. Apa ia cemburu? Semua orang pun akan mengatakan hal itu jika melihat wajahnya sekarang ini, tapi tidak dengannya yang hanya menganggap hal ini karena faktor datang bulan.

Heart's Eclipse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang