"La, bangun." Afnan menggoyangkan badan Lula pada esok paginya. Dikarenakan kemarin sudah terlalu malam untuk pulang, Afnan, Lula, dan Zanna memilih menginap di penginapan terdekat di kawasan itu.
"Apa sih, Ma. Lula masih capek," jawab Lula pelan dan berbalik memunggungi Afnan. Afnan terkekeh melihat Lula yang bertingkah seperti anak kecil ketika akan dibangunkan.
"Bangun, sayang. Ini udah pagi." Dengan sengaja, Afnan menirukan suara Ema, Mama Lula. Afnan menarik selimut Lula. Namun, tampaknya bola mata hitam itu belum mau menampakkan dirinya.
"Eum ...." Lula melenguh kecil dan mengedip-ngedipkan matanya. Mata Lula menyipit, menyesuaikan dengan cahaya yang menerobos masuk ke jendelanya. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menemukan sesosok siluet sedang melipat selimut di pinggir tempat tidur.
"Mama?"
"Bukan, sayang. Aku suamimu." Jawaban itu membuat Lula mengedip-ngedipkan mata bingung. Lula berpikir, mungkin ia masih ada di alam mimpi, karena seingatnya ia masih kelas 11 SMA dan belum memiliki status menikah. Siluet itu mendekat. Ia duduk di pinggir tempat tidur Lula dan tersenyum sembari menyodorkan segelas air pada Lula.
"Minum dulu, La." Suara lembut nan sejuk itu seakan menghipnotis Lula untuk menuruti semua ucapannya. Lula bersandar lalu mengambil gelas dari tangan sang lelaki dan meminumnya hingga habis. Sang lelaki menerima kembali gelas dari Lula dan menaruhnya di atas nakas di sebelah tempat tidur.
Lula kembali mengedip-ngedipkan matanya. Rupanya, sedari tadi, nyawanya masih belum terkumpul. Segelas air yang sudah membasahi kerongkongannya pun belum dapat membuat gadis itu menyadari siapa yang duduk di pinggir tempat tidurnya dan berada dimana ia sekarang. Lula mengucek-ngucek matanya dan mempertajam penglihatannya sampai akhirnya ia menyadari sesuatu—
"Afnan! Lo ngapain di kamar gue! Lo ngapain duduk di situ!" Lula akhirnya sadar bahwa yang duduk di tempat tidurnya itu bukan suaminya apalagi mamanya, ternyata itu hanyalah Afnan, sopirnya.
"Non, jangan salah sangka dulu. Saya disini itu mau membangunkan Non. Non lucu banget kalau lagi tidur," ucap Afnan membuat muka Lula memerah. Apakah tadi ia melakukan sesuatu yang merusak image-nya sebagai jelmaan Dewi Aphrodite?
"Kenapa elo, kenapa gak mama aja!" ucap Lula, ia belum sadar dengan kejadian kemarin.
"Loh, Non lupa? Kita ini lagi di kawasan Hutan Tebet, Non. Bukan di rumah Non." Seketika ingatan Lula kembali pada kejadian kemarin.
Flashback
Setelah Bang Naren pulang, Afnan bergelut dengan pikirannya. Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 23.50 WIB. Ia tidak mungkin menyetir dengan suasana larut seperti itu, apalagi ia harus menjaga kedua gadis yang ada di dekatnya.
"Udah gak usah khawatir, ada penginapan kok dekat sini," ucap Zanna. Afnan berpikir sejenak dan akhirnya mengiyakan. Kalau menyetir jauh ia pasti tidak sanggup, tetapi kalau hanya dekat mungkin ia masih sanggup.
Afnan menyetir dengan hati-hati sesuai dengan petunjuk dari Zanna yang melihat maps dari handphone-nya. Penginapan itu memang tidak begitu jauh dari tempat mereka tadi. Lula sendiri hanya melihat-lihat jalan dari balik kaca mobil.
Sesampainya di sana, Lula memesan 3 kamar, satu untuk Lula sendiri, satu untuk Zanna, dan satu untuk Afnan. Semua biaya penginapan itu dibayar oleh Lula karena Afnan dan Zanna tidak membawa banyak uang. Sementara Lula dan Zanna menyelesaikan administrasinya, Afnan mengabarkan pada Jordan dan Ema bahwa Lula sudah ditemukan, tetapi tidak bisa dibawa pulang karena sudah larut malam. Jordan dan Ema mempercayai Afnan untuk menjaga Lula dan Afnan menyanggupinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Eclipse [TAMAT]
Teen FictionSetiap orang punya sisi gelap dan sisi terang dalam dirinya, maukah kau menerangi sisi gelapku? *** Aku di atas segalanya, itulah prinsip seorang Alula Zhima Naharila. Ia yang memiliki banyak harta, sombong, dan egois seakan tertampar kenyataan saat...