Dua Belas

22 10 0
                                    

Lula tak tahu lagi harus apa, baterai ponselnya habis dan dia sama sekali tidak tahu daerah sini. Sebenarnya bisa saja dia terus berjalan mengikuti jalan setapak yang ada, tetapi dia takut akan semakin tersesat nantinya.

Akhirnya Lula memilih untuk duduk di bawah pohon besar yang dia tidak tahu namanya apa. Berharap jika ada seseorang yang bisa menolongnya atau setidaknya memberitahu jalan keluar dari hutan ini.

****

"Ayo Za, cepetan!" perintah Afnan tanpa keluar dari dalam mobil begitu melihat Zanna tengah berdiri di depan teras rumahnya.

Gadis itu mengangguk mendengar seruan Afnan lalu berlari menuju arah mobil yang terparkir di depan gerbang kayu rumahnya. Dia melangkahkan kaki ke arah bangku belakang kemudi membuat Afnan menoleh.

Zanna pun menuruti kemauan Afnan. Dia menutup pintu mobil itu, lalu berlaih ke arah bangku depan. Afnan pun melajukan kendaraan itu untuk segera pergi menuju daerah Taman Tebet setelah Zanna menutup pintu mobilnya.

Kedua saling diam, fokus dengan pikiran mereka masing-masing yang tentunya pada satu sosok yang sama, Alula Zhima Naharila. Keduanya memiliki kekhawatiran yang sama. Mereka takut terjadi apa-apa pada Lula. Mengingat bagaimana liciknya Keshia dan Alundra.

Apalagi Lula itu walaupun mengesalkan, sebenarnya memiliki hati yang baik. Hanya saja mungkin karena terlalu dimanjakan membuatnya menjadi gadis yang sombong dan sangat semena-mena pada orang lain. Terbukti dari bagaimana baiknya Lula saat membelikan apa pun yang diminta oleh kedua sahabatnya.

Dia baik pada orang-orang yang dia kehendaki untuk berbuat baik. Memang tidak pada semua orang. Namun setidaknya dia masih memiliki sedikit hati untuk berbagi meski pada orang yang salah. Bahkan peristiwa iPhone yang terjatuh waktu itu tidak lagi dipermasalahkan olehnya. Padahal bisa saja Lula benar-benar menuntut ganti rugi dari Afnan.

Cukup lama terdiam, Afnan tiba-tiba teringat sesuatu. Bukankah Zanna itu anak rumahan yang jarang sekali keluar rumah? Lalu bagaimana mungkin Zanna tahu tempat yang dimaksudkan tadi?

"Lo tau tempatnya 'kan Za?" tanya Afnan sembari mengemudikan mobil Lula menuju daerah Tebet.

Zanna menoleh lalu mengangguk, "Iya, kebetulan gue sering ke sana. Lo tenang aja."

"Gimana gue bisa tenang, Lula gak bisa sama sekali dihubungin," sahut Afnan sedikit menaikkan volume suaranya. Zanna yang mendengar nada suara Afnan seperti itu pun memilih diam. Dia tahu Afnan sedang khawatir sekarang.

"Maaf, Za. Gue gak ada maksud buat bentak lo. Gue Cuma khawatir aja sama keadaan Lula, biar gimanapun dia itu tanggung jawab gue sekarang," ujar Afnan meminta maaf karena menyadari jika tadi tanpa sengaja membentak gadis di sampingnya ini.

Zanna mengembuskan napasnya pelan lalu memgangguk. "Iya, gak apa-apa."

Afnan menolehkan kepalanya ke arah Zanna, menatap gadis itu dalam. "Beneran, Za?" tanyanya ragu.

"Iya, beneran. Udah lo fokus nyetir aja, perjalanan kita masih cukup jauh," jawab Zanna tersenyum kecil pada Afnan. Lelaki itu pun hanya mengangguk.

"Tapi Za, lo beneran tau tempat itu kayak apa 'kan?" tanya Afnan sekali lagi.

"Iya, Nan. Iya gue tahu," jawab Zanna cukup kesal karena seperti diragukan oleh Afnan.

"Oh, oke," sahut Afnan pelan. Setelah itu keduanya kembali terdiam selama perjalanan. Memikirkan bagaimana nasib gadis itu sekarang.

Perjalanan ke daerah Tebet memakan waktu sekitar lima belas menit jika ditempuh dari kediaman Lula. Namun dikarenakan sekarang sudah waktunya menjelang malam, jalanan menjadi macet sekali. Banyak kendaraan yang berseliweran di jalan sebab memang sudah waktunya pulang kantor membuat perjalanan mereka menjadi setengah jam lebih untuk sampai di kawasan Taman Hutan Tebet.

Heart's Eclipse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang