Dua

43 19 0
                                    

Harta, salah satu titipan Tuhan yang diberikan manusia sebagai bekal di dunia dan dikembalikan kelak di kemudian hari. Sebagai mahluk-Nya, manusia seharusnya tidak membanggakan harta yang dimilikinya, karena itu semua adalah kepunyaan Tuhan. Menggunakan seperlunya saja, juga digunakan untuk sesuatu yang baik, bukan untuk tindakan yang menyimpang dari perintah Tuhan.

Seperti Lula, gadis SMA yang terlalu berfoya-foya akan harta milik papanya yang digelari orang terkaya nomor satu se-Jakarta. Perilaku tamak nan sombong, membuat hati dan pikirannya beku, hingga tak tahu jika ia hanyalah ATM berjalan bagi kedua gadis yang 'katanya' adalah sahabatnya.

"Ma, Papa berangkat ke kantor dulu, ya?"

Pagi ini, pria paruh baya yang masih terlihat tampan yang mengenakan jas hitam itu mendadak harus berangkat ke kantornya karena memiliki pekerjaan yang tak bisa ditunda.

Istrinya menyalami tangan pria, "Harus sepagi ini? Enggak sarapan juga," ujar wanita itu bertanya untuk kesekian kalinya.

Kekehan kecil keluar dari mulut pria paruh baya itu, "Iya, Ma." Jordan memegang pundak istrinya untuk meyakinkannya.

"Nanti sekalian Papa transfer uang jajan buat Lula, kan kemarin dia minta." Pria itu mengatakan, membuat istrinya tersenyum simpul.

Wanita pemilik nama Ema itu mengangguk saat Jordan kembali berpamitan dengannya, "Hati-hati, Pa." Manik matanya menatap punggung pria itu yang menghilang setelah memasuki mobil hitam miliknya yang sangat mewah.

Di balik sebuah tembok yang membatasi antara ruang tamu dengan dapur, Lula berdiri mengintip sambil menguping percakapan kedua orang tuanya. Dalam hati ia berseru karena papanya akan memberinya uang jajan lagi yang bisa ia gunakan untuk hang out bersama kedua temannya. Papanya itu menang menyayanginya, sangat. Semua yang ia minta akan dituruti, ia adalah orang kaya, jadi bebas meminta apa saja.

Lula kembali sadar dari pikirannya yang berisi tentang uang ini, setelah suara Ema memanggilnya.

"Lula, bangun! Nanti kamu telat," ucap Ema sembari berjalan menuju ruang tamu, rutinitas paginya adalah menonton televisi yang menampilkan serial yang hanya bisa ditonton secara premium.

Gadis yang masih mengenakan baju tidur berwarna peach itu berjalan sambil berpura-pura menguap. "Lula masih ngantuk, Ma."

Gadis kaya ini memang sedikit malas jika disuruh untuk segera bersiap pergi ke sekolah. Entah, mungkin bawaan dari lahir.

"Ayo, cepat mandi, dong. Nanti kamu telat, Sayang." ucap Ema.

Dengan langkah yang gontai, gadis cantik ini berjalan menuju kamar mandi. Sebenarnya ia masih malas dan juga ... dingin, tapi karena ia sedang dalam perasaan yang senang dan mood yang baik jadi tak apalah.

Kalian tahu? Lula itu cantik, sangat cantik. Tapi di balik kecantikannya itu ada sifat sombong yang mendominasi dirinya. Mungkin jika kalian berteman dengan gadis ini, kalian pasti sangat menyayangkan hal ini.

Kini, Lula telah berganti pakaian dengan seragam sekolahnya membuat gadis cantik ini terlihat menawan.

"Ma, uang Lula udah ditransfer sama papa?" tanya Lula pada Ema yang tengah menyiapkan sarapan untuknya.

Ema mengangkat kedua bahunya menandakan bahwa ia tak tahu jawabannya.

"Mungkin sudah, papamu sudah berangkat lebih pagi tadi," ucap wanita itu sambil menyuap sesendok nasi ke mulutnya.

Lula mengangguk lalu mengambil duduk di samping Ema, ia juga segera mengisi perutnya yang sudah keroncongan di pagi hari sebelum pergi ke sekolahnya.

Heart's Eclipse [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang