22. Mari kita berteman

2.9K 479 54
                                    

Tinggal dia, namun sekarang seakan retak. Satu per satu semuanya bakalan pergi meninggalkannya dalam kesendirian.

 Satu per satu semuanya bakalan pergi meninggalkannya dalam kesendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sekolah, Rendra datangnya agak berjarak sama Haekal. Tentu saja, Haekal naik mobil, sementara Rendra harus putar-putar dulu jalan kaki agar aman hingga sampai di sekolah. Rendra datang dengan senyum sumringah, tapi Haekal malah buang muka. Bahkan dia pindah duduk ke bangku yang lain. Rendra mau bertanya kepada Haekal tapi gurunya sudah lebih dahulu masuk. Mungkin nanti saja, batin Rendra.

"Rendra hadir?" tanya guru kimia yang saat ini menatap buku absen.

"Hadir," sahut Rendra pelan.

"Minggu lalu gak masuk, kemana? Bolos?"

Rendra menghela napasnya, selalu saja ditanyakan. Padahal dia sudah memberikan surat izin kepada wali kelasnya.

"Izin, Pak."

"Kenapa tidak ada surat izinnya ke saya?"

"Saya kasih ke wali kelas, jadi Bapak tanyain aja." Seperti biasa Rendra menjawab sekenanya, membuat gurunya hanya bisa menghela napas pasrah.

"Ya sudah, buka buku paket halaman 134, kamu jawab pertanyaan nomor 3, tulis di papan tulis."

Rendra langsung membelalakkan matanya kaget. Masih pagi loh ini, dia bahkan belum mengeluarkan buku paketnya. Bahkan dia tidak membawa buku paket kimia. Rendra mengambil buku paket yang ada di salah satu meja temannya, tepatnya punya Syifa.

Bukan Rendra kalau tidak bisa menjawab pertanyaan di buku itu. Dia dengan tenang menjawab dan menulis jawaban yang dia yakini pasti benar. "Sudah Pak, itu jawabannya."

Semuanya berdecak kagum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya berdecak kagum. Pak Kim juga terlihat tidak percaya. Bagaimana ceritanya seorang Rendra Junaldi bisa menjawab dengan benar?

"Jawab satu nomor lagi, nomor 12."

Rendra berdecak kesal. Lagi-lagi dikerjain. Kalau tidak mengingat kalauPak Kim adalah guru super killer,mungkin dia sudah membalas untuk mengerjain gurunya itu. Rendra dengan terpaksamengambil spidol dan membalik halaman buku itu, melihat soal nomor 12. Diamenggarukkan kepalanya sebentar, memikirkan jawabannya.

RENDRA || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang