Namanya bahkan sudah lebih dulu mati.
Rendra berada di kamarnya sendirian. Dia sudah sejak tadi duduk diam di kursi sambil memutar-mutar kursi belajarnya itu. Tampak memikirkan sesuatu. Dia bahkan belum berganti pakaian, masih menggunakan seragamnya, padahal sekarang sudah jam 9 malam. Jangankan ganti baju, dia saja belum keluar kamar setelah sampai di kosan, dan juga belum makan malam. Sengaja memang, karena kalau dia ikut makan malam, dia akan bertemu dengan Bunda dan Dirga. Ditambah nanti Haekal bakal pergi dan menghindar darinya. Makanya Rendra memilih nanti saja makan malamnya, setelah semuanya balik ke kamar.
Tok-tok
Pintu kamar Rendra diketuk dari luar. Rendra tersentak. Dia langsung berdiri dan membukakan pintu kamarnya.
"Astaga Ren lo kenapa masih pake seragam? Ketiduran?" tanya seseorang yang tak lain adalah Dirga. Ya, dia yang mengetuk pintu kamar Rendra karena sejak tadi tidak melihat Rendra keluar dari kamar.
Rendra tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Gak lapar? Kok gak turun ke bawah?"
"Belum lapar."
"Turun gih, makan dulu. Tadi lo pulang sekolah gue lihat juga gak makan siang kan? Mau cari mati ya lo?" Dirga sudah masuk ke dalam mode emak-emak. Memang seperti itulah sifat asli Dirga, dia akan peduli sama orang-orang disekitarnya. Walaupun banyak yang bilang kalau dia itu cuek, tapi percayalah mereka yang bilang Dirga cuek itu berarti mereka belum dekat dan kenal jauh dengan Dirga.
"Ya sudah, gue mau mandi dulu. Ntar gue ke bawah," ucap Rendra pasrah, jujur jauh di dalam lubuk hatinya dia merasa tenang dan senang diperhatikan seperti ini oleh Dirga.
"Kalau butuh apa-apa, panggil gue aja." Dirga segera balik ke kamarnya.
Setelah 30 menit Rendra bersih-bersih dan ganti baju, dia langsung ke bawah. Tadi dia sempat lihat jam yang menunjukkan pukul 22.15 WIB. Sudah cukup sepi karena sudah pada balik ke kamar masing-masing. Rendra menyalakan lampu ruang makan dan dapur. Lagi-lagi kesalahannya yaitu lupa untuk membeli makanan, jadinya dia bingung mau makan apa. Rendra menghela napasnya sedih. Banyak makanan yang ada di lemari tapi dia sadar itu semua bukan miliknya, jadi sama saja bohong. Terpaksa dia makan sereal saja, dia tidak mau bereksperimen dan membuat kekacauan di dapur malam-malam.
Dia menuangkan sereal dan susu ke dalam mangkok, duduk sendirian di dapur, bukan di ruang makan, sengaja agar dia tidak jauh-jauh untuk mencuci piring. Lagian di dapur juga ada kursi dan meja bar, sayang kalau hanya dipajang tidak pernah dimanfaatkan. Selama ini juga kalau di rumah ayahnya dia selalu makan di dapur ataupun di kamarnya, alih-alih gabung dengan ayah ataupun dengan ibu tirinya.
"Udah gue tebak pasti lo gak mau minta bantuan. Makan gituan yakin kenyang?" Kehadiran Dirga di dapur membuat Rendra terkejut. Rendra mengusap dadanya.
"Ngagetin aja sih, Bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDRA || Huang Renjun
Fiksi Penggemar[ S E L E S A I ✅ ] Bunda...aku capek, boleh aku peluk bunda sekali saja? -Rendra Junaldi