Teman bisa menjadi sumber kekuatan, bisa juga sebagai sumber kelemahan yang bisa dipermainkan oleh orang lain.
"Udah berasa aman ya lo dilindungi oleh teman lo yang baik itu." Sekumpulan remaja berpakaian seragam sekolah kembali mengepung Jevano di gang kecil. Jevano tidak takut sama sekali, bahkan dia menatap santai cowok yang ada di depannya sekarang.
"Sudah gue bilang, lo itu ga usah pura-pura jadi anak baik di sekolah. Gue tau lo Jevano." Dia mendorong Jevano hingga membuatnya tersudutkan ke tembok gang. Pandangan mata Jevano gak pernah berhenti menatap cowok yang sekarang ngomong seenaknya pada dirinya.
"Sekarang gimana ya? Sepertinya teman baik lo itu gak bisa nyelamatin lo kali ini," ucapnya penuh percaya diri sambil tertawa bersama rombongannya yang lain. Ada sekitar 5 orang yang berdiri di belakang cowok yang disinyalir ketua geng mereka, Tirta.
Jevano hanya tersenyum tipis. Dia dengan sabar mendengar semua ocehan cowok itu.
"Kita memang sudah terpikat janji persaudaraan sama teman lo, tapi bukan berarti gue ngelupain apa yang sudah lo lakuin ke gue dulunya."
"Dan lagian..." Tirta menepuk pipi Jevano pelan, "sepertinya Rendra bukan tandingan gue lagi, gue bisa saja ngalahin dia dengan mudah," ucapnya sambil mengulas senyum penuh kelicikan.
Rahang Jevano mengeras. "Ini urusan kita berdua, jangan melibatkan Rendra!" tegas Jevano penuh penekanan.
"Wahhh, gue kira lo benci sama Rendra tapi nyatanya engga ya. Gimana kita panggil Rendra juga? Dia gak akan mengira bakal dicegat seperti lo."
Bugh!
Sebuah pukulan keras melayang ke pipi Tirta. "Urusan lo sama gue ya bang**t!" geram Jevano.
Tirta hendak melakukan serangan balik tapi langsung berhasil ditahan oleh Jevano. Dia menatap Tirta tajam. "Gue ga akan biarin lo mukulin gue," ucap Jevano tajam. Auranya benar-benar berbeda dari yang biasanya dia tampilkan di sekolah.
"Dan jangan pernah lo gunain teman-teman gue buat omongan sampah lo itu!"
"Wah santai bro, ga usah buru-buru. Tapi kalau lo mau buru-buru juga ga papa sih."
Bugh!
Tirta menendang perut Jevano dengan lututnya. Membuat Jevano langsung terduduk menahan rasa sakit di perutnya.
"Lo ga usah ngeremehin gue ya Jevano, lo itu bukan tandingan gue. Hajar dia," titahnya kepada teman-teman gengnya yang lain. Mereka satu persatu mendekati Jevano dan segera memberikan pukulan. Tapi mereka lengah karena Jevano sudah mengambil ancang-ancang untuk memberikan perlawanan. Mungkin tidak banyak yang tau kalau ilmu bela diri Jevano setara sama Rendra, karena dulunya mereka kemana-mana selalu bersama.
Jevano dengan mudah menjatuhkan teman-teman satu gengnya Tirta, satu persatu dia kasih pukulan atau tendangan telak sehingga tidak dapat memberikan perlawanan lagi. Satu hal yang dibenci oleh Jevano ketika berantem. Wajahnya dipukul. Karena dia ga suka ada bekas apapun di wajahnya. Jevano menatap tajam dan terlihat fokus di saat mengalahkan teman-teman Tirta. Tidak ada senyum di wajahnya. Terlihat lebih menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDRA || Huang Renjun
Fanfiction[ S E L E S A I ✅ ] Bunda...aku capek, boleh aku peluk bunda sekali saja? -Rendra Junaldi