17. Tujuan baik

2.7K 433 17
                                    

Gue hanya gak mau lo ikut terlibat.

Pulang sekolah, Haekal menatap Rendra kesal karena lagi-lagi dia mendapati wajah Rendra yang luka akibat perkelahian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pulang sekolah, Haekal menatap Rendra kesal karena lagi-lagi dia mendapati wajah Rendra yang luka akibat perkelahian. Dia sempat melihat Rendra bertemu dengan Jevano dan Tirta di belakang sekolah, dan bisa diprediksi kalau luka yang ada di wajah Rendra kali ini, ulah antara Jevano dan Tirta.

"Maneh ga mau cerita sama urang masalah-masalah maneh sama Tirta ataupun Jevano?" tanya Haekal buat memancing Rendra cerita.

"Ntar aja deh."

"Siapa yang mukulin maneh? Tirta? Jevano?" tebak Haekal.

Rendra gak ada niatan sama sekali untuk menceritakannya kepada Haekal. "Bukan siapa-siapa."

"Maneh kenapa sih? Urang tuh kadang suka heran sama maneh yang gak mau cerita sama urang." Haekal jadi kesal sendiri sama sikap Rendra.

"Ga kenapa-kenapa," kukuhnya lagi.

"Ga kenapa-kenapa gimana? Sejak tadi maneh hanya diam, murung doang. Cerita aja ke urang, gini-gini urang masih sohib maneh. Urang bakal bantu sebisanya."

Rendra menghela napasnya, menatap mata Haekal. "Gue gak mau lo terlibat dalam masalah ini Can," ungkap Rendra menunduk. Dia benar-benar tidak mau Haekal mengatahui apa yang terjadi dan berada dalam bahaya karena dirinya.

"Urang tau masalah maneh sama Tirta dan Jevano, iya kan? Maneh jangan nanggung sendiri Ren, ada urang. Maneh dan Jevano masih sohib urang."

"Tirta itu bahaya Can, gue gak mau gara-gara gue lo dalam bahaya. Gue ga mau makin banyak orang yang benci gara-gara gue." Rendra menatap sendu Haekal, dia sebenarnya sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi menghadapi Tirta dan juga Jevano yang selalu menyudutkannya. Hanya Haekal yang dia punya saat ini, makanya dia tidak mau sesuatu yang buruk menimpa Haekal.

"Ren..."

"Gue akan berusaha buat cari jalan keluarnya, lo tenang aja."

"Maneh ga anggap urang teman, ya?" tanya Haekal tiba-tiba. Rendra menggelengkan kepalanya lemas. Bukan itu maksud perkataannya.

"Can, gue gak mau lo kenapa-kenapa, biar gue yang selesaiin ini semua. Ini urusan gue, ini masalah gue, gue penyebab dari masalah ini."

"Tapi gue khawatir sama lo, Ren! Gue gak mau kehilangan sohib gue. Lo tau, melihat Nana dirawat berbulan-bulan di rumah sakit dan sekarang berada di kampung halamannya, hati gue sakit Ren. Gue takut banget kehilangan teman-teman gue. Dan sekarang apa?! Lo dan Jevano masih berurusan sama dia, sialnya lagi lo tau apa? Jevano gak ada di sisi lo! Jangan anggap gue ga tau Ren!" Haekal mengebu-ngebu, bahkan dia sudah melepaskan panggilan biasa yang dia pakai sehari-hari.

"Can..."

"Jevano kan yang bikin lo kek gini tadi di sekolah? Gue lihat Ren, gue nyaksiin dia mukulin lo. Gue tunggu lo cerita sama gue, tapi lo masih aja nutupin semuanya dari gue." Haekal terlihat kecewa dan khawatir sama sohibnya itu.

RENDRA || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang