Lebih baik pura-pura tidak tahu.
Haekal benar-benar langsung menemui Jevano di sekolah. Dia bicara empat mata dengan Jevano. Tapi bukan jawaban yang dia terima, dirinya malah didiamkan oleh Jevano. Jevano tidak mau buka suara ataupun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Rendra.
"Ayolah Van, bilang ke Pak Sulyo kalau bukan Rendra yang salah. Kasian dia diskors kek begini, dia aja urang ragu orang tuanya tau apa enggak, dia milih ngekos mungkin takut sama orangtuanya. Vano..." bujuk Haekal.
"Dia yang ngaku sendiri, udah deh, Can. Jangan ganggu gue."
"Masalahna naon? Maraneh garelut naha? Sumpah dah itu keknya si Rendra garelut deui dah mana mukanya makin lebam-lebam, jalannya juga udah kayak siput, lelet pisan," ungkap Haekal yang membuat Jevano terdiam beberapa menit, hanyut dalam pikirannya. Haekal kelihatannya saja yang diam, tapi dia memperhatikan setiap gerak-gerik Rendra.
"Vano..."
"Apa sih, Can? Udah deh." Jevano gak bisa marah kalau sama Haekal. Makanya dia ingin Haekal pergi dan tidak menganggu dirinya.
"Ya kalau gitu kenapa maneh berantem sama Rendra?"
"Bukan urusan lo."
"Gue masih sahabat maneh ya, No. Urang yakin kalo Nana ada di sini, dia juga bakalan kecewa sama kalian berdua yang sering berantem."
"Ga usah bawa Nana, dia pergi juga karena Rendra. Bilangin ke teman lo, jangan ikut campur urusan gue."
"Astaga, Vano! Sudah berapa kali sih urang bilang ke maneh kalau ini tuh ga seperti yang maneh pikirkan! Urang capek tau ga lama-lama lihat kelakuan kalian. Kalau kek gini mah mending urang nyusul Nana aja deh, cape urang teh harus ngurus kalian mah." Haekal merajuk dan pergi meninggalkan Jevano yang hanya diam melihat tingkah sohibnya itu.
Maaf, Can. Tapi gue ga mau lo terlibat dalam hal ini.
Rendra menunggu Haekal di warung Babe. Dia hari ini mau meminta Haekal menemaninya belanja ke mini market terdekat. Dia hendak membeli makanan dan sesuatu yang bisa dia makan di kosan. "Seharusnya maneh ajak Bang Satria atau gak Bang Dirga. Biar tau beli apaan aja," keluh Haekal menemani Rendra belanja. "Tapi gak apa-apa, urang tau kok maneh harus beli apaan sebagai anak kos," tambahnya berucap bangga.
"Gue yang belanja kenapa lo yang ribet sih, Can. Gue kan minta ditemani bukan bantuin pilih belanjaan."
"Mulut maneh teh sekali-sekali manis gitu yang keluar kata-katanya. Nyelekit mulu."
"Bodo."
Rendra mengambil keranjang belanjaan. Dia memasukkan yang perlu-perlu aja, sesekali dia melihat rak sereal dan roti yang biasa dia konsumsi. Dia dengan santainya mengambil berbagai stok sereal, susu, roti, cemilan, makanan ringan, buah-buahan, kecap buat pribadi, perlengkapan mandi, dan bahan bahan dapur yang tentunya tidak dia ketahui itu buat apaan. Soalnya dia juga tidak paham terkait barang-barang dapur. Tapi percayalah, isi keranjang belanjaannya kebanyakan diisi oleh jelly dan puding.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDRA || Huang Renjun
Fanfictie[ S E L E S A I ✅ ] Bunda...aku capek, boleh aku peluk bunda sekali saja? -Rendra Junaldi