Tuhan, jika aku gak bisa hidup bersama orang yang aku sayangi. Izinkan aku bisa membahagiakan mereka.
Ujian sekolah dilalui oleh Rendra dengan baik dan serius. Tidak terlalu susah bagi seorang Rendra untuk memahami pembelajaran. Dia saja yang selama ini terlalu malas bergelut dalam hal belajar, apalagi namanya yang sudah dicap nakal oleh satu sekolah. Hari pertama hingga ke-empat, Rendra mengiktui ujian dengan tenang. Namun, di ujian hari kelima, dia merasakan ada yang aneh sama jantungnya. Dia sudah meminum obat hingga menggunakan nebulizer, tapi tetap saja rasa sesak di dadanya tidak kunjung reda. Sehingga, dengan terpaksa Rendra harus menahan rasa sakitnya hingga ujian kelar.
Di hari terakhir ujian, Juna yang kebetulan sudah kembali dari Singapura, sengaja menjemput anaknya. Mereka ma uke rumah sakit untuk melakukan checkup rutin. Rendra dengan sabar melewati berbagai proses skrining dan check kesehatan. Dia hanya tersenyum apalagi melihat Juna yang selalu senyum padanya untuk menyemangati Rendra.
Setelah selesai dan hasilnya sudah keluar, Dokter Riski langsung menjelaskan kepada Rendra dan Juna. "Gimana akhir-akhir ini Ren? Suka sesak ya dadanya?" tanya Dokter Riski yang tahu apa aja yang mungkin dirasakan oleh Rendra.
"Hm, beberapa hari ini suka sesak. Tapi kenapa kalau pakai nebulizer sekarang gak ngaruh ya Dok?" tanya Rendra.
"Ga apa-apa, mungkin dosis obatnya sekarang bisa ditingkatkan lagi," jawab Dokter Riski.
"Sesaknya berapa kali dalam sehari?"
"Sering banget, tapi suka kambuh pas bangun tidur," ungkap Rendra.
"Ada lagi?"
"Saya juga sering batuk-batuk, kadang sampe berdarah. Saya kira mungkin karena kecapean aja akhir-akhir ini sibuk belajar." Rendra mengungkapkan apa yang dia rasakan akhir-akhir ini, Juna yang mendengar itu langsung mengelus rambut anaknya.
"Berat badan kamu juga turun drastis, kemaren terakhir diperiksa 56, sekarang jadi 46. Makannya ga enak ya?" tanya Dokter Riski.
"Ga tau Dok, gak nafsu aja."
Dokter Riski memperlihatkan hasil rontgen paru-paru Rendra. Terlihat lebih banyak warna putih daripada hitam. Dia menatap Juna serius. Dokter Riski tampak menimbang kalimat apa yang bakal dia keluarkan. Kondisi ini pasti akan membuat Rendra ataupun Juna kaget. Dokter Riski menjelaskan kondisi kesehatan Rendra melalui hasil rontgen yang sudah dilakukan tadi.
"Gejalanya memang tidak tampak di awal, hampir sama persis dengan gejala pneumothoraks yang kamu alami. Awalnya saya kira ini sebagai dampak dari asma kamu yang semakin parah. Tapi dugaan saya salah, ternyata pneumothoraks yang kamu alami disebabkan oleh jaringan abnormal yang tumbuh di paru kamu." Penjelasan dari dokter Riski berhasil membuat Rendra terdiam dan membisu.
Dia menertawakan takdirnya sendiri. Apalagi ini, Ya Tuhan?
"Saya harus apa, Dok?" tanya Rendra kaget, jujur dia sangat takut saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDRA || Huang Renjun
Fanfic[ S E L E S A I ✅ ] Bunda...aku capek, boleh aku peluk bunda sekali saja? -Rendra Junaldi