15. Bapak

3.1K 457 19
                                    

Andai semuanya baik, rasa sakit ini mungkin tidak akan ada.

Andai semuanya baik, rasa sakit ini mungkin tidak akan ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Junaldi Purnawijaya, alias Bapaknya Rendra. Beliau sekarang berada di kosan. Tadi Rendra membukakan pagar agar mobil Bapaknya bisa masuk ke halaman kosan. Mereka saling berpelukan erat, melepas rasa rindu setelah sekian lama tidak berjumpa.

"Rendra kan bisa ke tempat Bapak, kalau gini Bapak jadi repot." Rendra menggandeng tangan Bapaknya, kalau seperti ini sifat manjanya bakal kelihatan.

"Masa ketemu anak sendiri dibilang repot sih, lagian Bapak harus memastikan kalau kamu itu tinggal di sini aman atau engga," kata Bapak Juna gemas sama anaknya itu. Rendra membawa Bapak Juna masuk ke dalam kos.

Ternyata Dirga dan Haekal ikutan turun untuk kenalan sama Bapak Juna. Mereka lumayan kaget saat menyadari ternyata Bapaknya Rendra masih tampak muda. Bahkan kalau orang-orang tidak mengetahuinya, bakalan mengira kalau Bapak Juna ini masih single. Perbedaan tinggi Rendra dan Bapaknya, membuat Rendra tampak terlihat mungil dan kecil. Rendra memperkenalkan Dirga dan Haekal kepada Bapaknya. Pembawaan Bapak Juna yang santai dan ramah membuat Haekal maupun Dirga merasa nyaman ngobrol bersama beliau.

"Rendra mau mandi dulu, nanti Bapak kalau mau ke kamar Rendra minta Haekal aja biar bisa dianterin ke kamar Rendra."

"Iya, sana mandi. Pake baju yang rapi."

"Iya." Rendra langsung ke atas untuk bersiap-siap. Untung saja dia tidak melihat tampang Haekal yang menahan tawa melihat tampang pasrah dan nurut Rendra.

Selagi menunggu Rendra bersiap-siap di kamarnya, Dirga dan Haekal menemani Bapak Juna. Beliau tersenyum saat menyadari beberapa furniture di kosan berasal dari perusahannya. "Di kosan ada berapa kamar?" tanya Bapak Juna.

"Ada 8, Om. Sudah ke isi semua. Rendra terakhir masuk," jawab Haekal.

"Cowok semua kan?"

"Iya atuh, Om. Masa ada cewek juga, ntar digerebek satpol PP," canda Haekal.

"Rendra ga nyusahin kan ya? Setau Om dia sama sekali ga bisa masak."

"Rendra baik kok, Om. Ga nyusahin," jawab Dirga sopan.

Haekal langsung menatap Dirga tajam. Kalau boleh jujur, selama Rendra dikosan, hanya Haekal yang selalu direpotin Rendra. Mulai dari nitip makanan, sereal, ditelponin hanya buat anterin minuman ke atas, atau bahkan ngelakuin hal-hal kecil yang sebenarnya bisa dilakuinnya sendiri.

"Serius ga nyusahin? Kalau gitu Om boleh minta nomor hp kamu gak? Buat berkabar aja siapa tau nanti Rendra hpnya mati lagi, bulan-bulan kemaren hpnya mati jadi Om khawatir."

Dirga terlihat bingung.

"Oh iya, Om. Boleh."

Bapak Juna memberikan ponselnya kepada Haekal. Ekspresi Haekal berubah saat menyadari merek hp Bapak Juna, terlalu canggih dan pastinya harganya selangit.

RENDRA || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang