47. Takut akan kehilangan

3.7K 486 46
                                    

No option, nothing! Tidak ada yang benar-benar siap dengan kehilangan.

No option, nothing! Tidak ada yang benar-benar siap dengan kehilangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rendra resmi memutuskan untuk keluar dari kosan. Dia akan tinggal bersama Juna, menghabiskan waktunya berdua bersama bapaknya. Sedih memang meninggalkan kosan yang sudah membuat banyak kenangan indah dalam hidupnya. Tapi dia tidak mungkin membiarkan Juna tinggal sendirian di rumah yang sudah disiapkan oleh Juna untuknya.

"Gak mau pamit sama si Jeffri dulu? Dia di kamar deh keknya. Gorden jendela kamarnya aja masih ketutup, lampunya juga sejak pagi nyala." Dirga menawarkan adiknya itu untuk pamit sama Jeffri. Hanya dia satu-satunya anak kosan yang tidak terima dengan keputusan Rendra, bukan tidak terima, tapi Rendra baru mengabari hal ini kemaren kepada Jeffri.

Rendra segera naik ke kamar Jeffri. Dia mengetuknya berulang kali sampai pintu itu terbuka. Jeffri membuka pintu kamarnya dan Rendra langsung tersenyum lebar saat Jeffri membuka pintu. Penampilan Jeffri sangat berantakan, terlihat jelas kalau dari pagi belum mandi.

"Akhirnya lo keluar juga. Sibuk ya, Bang?" Rendra mengintip kamar Jeffri yang berantakan oleh kardus dan tas-tas yang masih bersegel dan tentunya branded semua.

Jeffri memberikan salah satu tas yang dulu pernah diincar oleh Rendra. Tas itu sudah dia modifikasi ada karakter moomin dan ukiran nama Rendra dengan pahatan mutiara.

Rendra tercengang.

"Gue bikin ginian. Dipakai." Jeffri mengucapkan dengan ekspresi sendu. Masih keliatan tidak rela.

"Woah, ini seriusan buat gue? Kan ini mahal."

"Gue kaya, dah terima aja." Jeffri mengambil kotak dan tote bag untuk meletakkan tas tersebut agar tidak keliatan sama anak-anak kos lainnya.

"Sering-sering main ke sini atau gue tarik lo dari rumah lo."

"Iya-iya."

"Kalau gue telpon langsung diangkat, awas kalau lo reject. Gak usah diganti, kalau ganti kabarin gue."

"Iya, astaghfirullah."

"Kenapa sih harus pindah??"

"Kan dekat, astaga nih anak tunggal satu pundungan banget. Rumah gue juga gak nyampe 30 menit dari sini, palingan 15 menit langsung sampai. Dah lah, makasih tas nya." Rendra segera pergi malas mendengar ocehan Jeffri. Heran. Sudah tau dia berurusan dengan singa tidur.

"Lah kok dia yang marah? Ren! Harusnya gue yang ngambek lo jangan ikut-ikutan." Jeffri mengikuti Rendra yang turun ke bawah.

"Habisnya lo pundungan, susah gue bicara sama lo. Dah lo cari adek lain aja deh, gue mau jadi adeknya Bang Dirga sama Ema aja. Sama lo bawaannya gue sensi mulu."

"Jangan gitu dong, nyokap bokap gue gak mau bikin adek baru lagi. Si Dirga udah punya Ema sama Rafkha. Udah banyak. Lo jadi adek gue aja."

Pembicaraan mereka membuat Dirga langsung menyipitkan matanya ke arah Jeffri.

RENDRA || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang