Tidak perlu menjelaskan kebenaran kepada musuh, karena mereka gak akan percaya itu.
Sesuai rencana, Rendra dan Tirta akan bertemu jam 4 sore nanti di gudang yang dulunya pernah menjadi tempat penandatanganan perjanjian di antara mereka berdua. Sepulang sekolah dia langsung balik ke kosan. Tentu saja tidak bersama Haekal, karena Haekal pergi bersama Jevano seperti yang sudah dipesankan oleh Rendra kemaren. Kosan terlihat sepi, seperti biasa. Dia masuk ke dalam kosan dan melihat jam yang masih menunjukkan pukul 3 siang.
Rendra membuka laci nakas di samping kasur. Dia mengambil jam tangan yang sudah lama tidak dia gunakan. Jam tangan ini pemberian salah satu sahabatnya dan tentunya sudah dimodif secanggih mungkin. Rendra sengaja memakainya biar dia merasakan sahabat-sahabatnya ikut mendampinginya untuk menyelesaikan masalah ini, walaupun kenyataannya tidak ada satupun sekarang yang berada di sisinya.
Setibanya di lokasi, dia membuka pintu gudang itu dengan semangat. Belum ada Tirta saat ini, hanya ada dirinya. Rendra berjalan santai, masih jam setengah empat, 30 menit lagi sebelum waktu perjanjian. Tepat pukul 4, Tirta datang sendiri. Dia masuk ke dalam gudang dan jalan mendekati Rendra. Rendra menyambutnya dengan tangan terbuka dan senyum yang mengembang. Dia terlihat sangat santai.
"Gue yakin lo pasti udah memeriksa gudang ini kan? Gue pastiin gue gak bawa siapa-siapa saat ini," ungkap Rendra santai. Aura mendominasi dari Rendra terlihat sangat kentara, bahkan Tirta tidak ada apa-apanya di sana. Tidak heran kenapa Tirta sangat membenci Rendra. Bahkan di sata Rendra tidak melakukan apa-apa, jiwa-jiwa mendominasi dan pemimpinnya sangat kuat, membuat orang-orang langsung merasa segan dan hormat padanya.
"Gue tau, besar juga nyali lo," balas Tirta.
"Kita selesaikan masalah kita sampai di sini. Lo mau dengan cara kekeluargaan atau lo mau pakai hukum rimba?" tanya Rendra lagi. "Tapi sebelum itu gue mau tau atas dasar apa lo sebenci itu sama gue. Bahkan tandatangan bermaterai aja gak bisa meleburkan kebencian lo sama gue."
Tirta menatap Rendra sambil tersenyum sinis. "Lo tau kenapa? Karena lo unggul dari gue. Gue benci saat orang-orang bandingin kekuasaan gue sama lo. Sudah pasti sangat berbeda antara gue dan lo, bahkan untuk anggota saja lo gak ada. Dulu cuma berempat, sekarang? Gak ada. Tapi orang-orang selalu bandingin gue sama lo."
Rendra hanya tersenyum sinis. "Kalau lo tau gue gak punya siapa-siapa yang bisa bantu gue, seharusnya lo gak usah khawatir. Pasukan lo mungkin lebih banyak dari gue."
Rendra jalan mendekat, membuat jarak di antara mereka berdua menjadi menipis. "Gue ga akan kasih argumen gue mengenai apa yang lo pikirkan tentang gue, karena gak penting dan lo pasti gak akan percaya. Tapi gue cuma minta lo buat liat video ini." Rendra melempar hpnya yang ditangkap langsung oleh Tirta.
Ada video adiknya di sana yang jalan sendirian dan di belakangnya ada beberapa anak-anak sekolah yang mengikutinya. Video itu cukup membuat Tirta kaget saat adiknya dicegat oleh orang lain dan dia gak pernah tahu soal itu. Dia juga makin kaget saat di sana ada Jevano yang membantu adiknya mengusir anak-anak sekolah yang mau memalak adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDRA || Huang Renjun
Fanfiction[ S E L E S A I ✅ ] Bunda...aku capek, boleh aku peluk bunda sekali saja? -Rendra Junaldi