Kenapa harus bersatu jika akhirnya harus berpisah?
Surabaya, 23 Maret 2005
Cuaca hari ini sangat cerah. Semua orang tersenyum bahagia sambil melihat anak-anak mereka bermain di taman kota. Tawa dan riang yang terdengar menciptakan kesan keluarga bahagia bagi orang-orang yang melihatnya. Senyum yang mengembang di wajah dua anak kecil seakan-akan mengalahkan cerahnya matahari hari ini. Mereka tertawa bersama sambil bermain kejar-kejaran yang menciptakan suasana yang sangat riang dan harmonis. Sebuah tawa yang sebenar-benarnya bahagia bagi bocah usia 5 tahun, tanpa topeng, tanpa manipulasi, tanpa kepura-puraan.
"Adeknya jangan diajak lari-lari, Bang!" tegur sang ibu yang sejak tadi memperhatikan dua anaknya itu sedang asik bermain.
"Abang ayo! Kenapa berhenti?" tanya sang adik yang cemberut melihat abangnya malah berhenti, dia menatap abangnya itu sambil mendongakkan kepalanya.
"Kata Bunda, Adek gak boleh lari-lari. Adek gak cape kan?" tanya sang kakak.
"Adek ga cape kok, ayo main lagi! Bundaaa ayo main juga!" teriaknya ke arah sang ibu sambil melambaikan tangan dengan senyum mengembang. Sang ibunda langsung menghampiri anak-anaknya itu untuk ikut bermain bersama.
"Ih Bunda gelii, hahahah adek jangan digelitikin, Bundaaaaa..."
Tawa mereka menghiasi hari yang sangat cerah ini. Sederhana tapi menciptakan kesan yang sangat luar biasa bagi mereka bertiga.
"Ayoo makan eskriim..." rengek si bungsu.
"Tadi kan Adek udah beli eskrim," larang kakaknya.
"Mau lagi."
"Ntar Adek ingusan makan es krim mulu."
"Ga mau tau, adek mau eskrim. Kan adek ulang tahun sekarang. Boleh ya, Bang, Bunda," bujuk si adik yang tetap kukuh pengen makan es krim lagi.
Bunda mengangkat tubuh mungil itu ke dalam gendongannya. Sambil tersenyum, Bunda mencubit pelan hidung si bungsu.
"Kita makan puding gimana? Bunda ketemu pudding yang paling enak di dekat sini," bujuk Bunda menatap anak bungsunya itu gemas.
"Bunda serius?" tanya si adik antusias. Puding menjadi makanan yang selalu menarik perhatian si bungsu.
"Iya, Bunda serius."
"Mau."
Ternyata Bunda sudah menyiapkan kejutan kepada anak bungsunya hari ini. Tempat yang mereka kunjungi sudah dihias dengan hiasan-hiasan ulang tahun. Bahkan terdapat boneka karakter kesukaan si bungsu yang sudah disiapkan oleh Bunda. Terlihat sangat indah dan menarik perhatian.
"Woahhh!" kagum si bungsu.
"Adek suka?" tanya Bunda.
"Suka banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDRA || Huang Renjun
Fanfic[ S E L E S A I ✅ ] Bunda...aku capek, boleh aku peluk bunda sekali saja? -Rendra Junaldi