Epilog - Irreplaceable

4.4K 571 192
                                    

Kenangan sekecil apapun itu akan menjadi harta karun terindah bagi orang yang merindukan kamu.

Kenangan sekecil apapun itu akan menjadi harta karun terindah bagi orang yang merindukan kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeffri memarkirkan mobilnya. Dia keluar dan mengambil bunga lili dan kotak puding yang dia bawa. Dia menggunakan pakaian santai, terlihat baru balik dari kampus. Matanya terlihat sembab dan lelah. Lesung pipinya tidak kelihatan, bahkan bisa dihitung jari dia akhir-akhir ini tersenyum apalagi tertawa lepas.

Jeffri melangkahkan kakinya menuju makam orang yang sangat dia rindukan. Seseorang yang sempat pamit padanya dan membuatnya berjanji untuk tidak marah ataupun menangis ketika orang itu pergi. Setiap hari dia pasti datang ke sini. Setiap kali akan keluar rumah atau kosan, entah kenapa langkahnya selalu ke sini. Ke tempat peristirahatan terakhir Rendra.

Jeffri melihat seorang wanita yang jongkok di samping makam Rendra. Wanita itu berpakaian rapi dengan blazer berwarna coklat muda dan celana panjang yang sewarna dengan blazer yang dia pakai. Dia tidak mengenali wanita itu. Dan lagian Jeffri juga tidak terlalu memperdulikan hal tersebut.

Saat langkah kaki Jeffri semakin dekat, wanita itu langsung menunduk dan terlihat menghapus air matanya. Dia langsung berdiri dan perlahan menatap Jeffri.

"Lanjut aja," ucap Jeffri singkat.

"Saya sudah selesai kok, saya pamit dulu." Wanita itu hendak pergi tapi entah kenapa Jeffri sedikit penasaran apalagi melihat mata sembab dan wajah yang tampak familiar.

"Ada hubungan apa ya sama Rendra?" tanya Jeffri.

Wanita itu menatap Jeffri, dia menatap bunga dan kotak puding yang dibawa Jeffri. Senyum tipis tergambar di wajahnya.

"Kakak tirinya Rendra. Kalau begitu saya permisi dulu." Iya, wanita itu adalah Mahira. Dia kebetulan ada di Jakarta dan langsung mengunjungi makam Rendra, adik tirinya.

Setelah Mahira pergi, Jeffri langsung fokus kembali ke tujuan awalnya. Alih-alih untuk jongkok, Jeffri malah duduk santai beralaskan plastik di samping makam Rendra. Dia meletakkan bunga lili yang dia bawa di samping bunga mawar yang mungkin dari Mahira.

"Gue datang lagi, lo gak bosan kan?" Jeffri mengeluarkan pertanyaan retoris. Dia tersenyum tipis.

"Tadi kakak tiri lo ya? Kok ga pernah bilang kalau lo punya kakak tiri, takut ya lo kakak lo malah demen sama gue?" Jeffri terkekeh kecil.

Jeffri menaburkan bunga di gundukan makam Rendra, membuat makam itu penuh dengan bunga. "Ren.." panggilnya sambil mengusap nisan Rendra. Dia memegang erat nisan itu sambil menunduk, mengontrol emosinya.

Sudah hampir dua minggu dia seperti orang linglung. Pergi ke sana kemari tanpa tujuan. Meskipun tujuan akhirnya tetaplah di sini. Di gundukan tanah yang masih merah.

"Gue boleh langgar janji gue gak? Kali ini aja kok. Lemah banget gue." Jeffri menghela napasnya berat.

"Gue beneran gak tahan... sesak banget Ren." Jeffri semakin menunduk, tangannya masih memegang nisan itu dengan erat.

RENDRA || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang