28. Go!

323 79 3
                                    

Yuta lagi beresin kamar waktu nggak sengaja ketemu sampah boarding pass di sela-sela passport nya. Dia lalu duduk di tepi ranjang, mengeluarkan kertas-kertas lain yang terselip. Selain boarding pass ada juga sisa potongan tiket ke Indonesia, udah sih itu aja, nggak ada sampah lain, karena ke Jakarta adalah destinasi terakhir Yuta keluar negri. Ingat kan, waktu Arin sakit dulu, waktu Yuta perginya diam-diam?

Yuta cepat membuang bekas-bekas perjalanannya ke tong sampah, di robek-robek dulu sebelum ada yang lihat. Perjalanan itu yang tau cuma Winwin soalnya, yang lain nggak tau, makanya dia agak was-was. Walaupun, pada akhirnya dia tetap ketauan sama Taeyong dan pihak manajemen.

Yuta jadi ingat, waktu itu, parah banget ..

Nggak bisa di pungkiri, Arin selalu menghantui Yuta, nggak tau kenapa. Padahal Arin bukan seseorang yang terus hadir dalam hidup Yuta, tapi suara tangis Arin selalu terdengar. Hari itu, Yuta berdoa, semoga Arin nggak perlu merasakan ketakutan lagi hanya karena dia.

Waktu tau Arin akhirnya baik-baik saja, Yuta paham, inilah saatnya untuk mundur. Yuta bukan orang yang mau egois, lagipula dia tau, dia nggak bisa berbuat banyak. Menjadi seseorang yang pernah hadir membantu Yuta adalah alasan yang cukup untuk menyimpan Arin di dalam hati, tapi ternyata, semua nggak sesimpel itu.

Yuta sakit.

Yuta merindukan Arin.

Yuta mencari segala cara untuk bisa bertemu dengan Arin sekali lagi. Bagaimanapun caranya. Dia nggak akan minta banyak hal, Yuta hanya ingin bertemu, itu saja. Maka, alasan mengembalikan uang Arin adalah satu-satunya alasan yang paling masuk akal yang dia pikirkan.

Untungnya Arin nggak curiga, nggak juga nyeletuk yang aneh-aneh waktu Yuta minta ketemu. Padahal kalau di telaah sedikit, uang bisa di transfer, di titip, di pos, tapi nggak, Yuta malah ingin memberikannya secara langsung, demi melihat Arin.

Yuta nggak bisa berhenti tersenyum waktu tau dia akan pergi lagi ke Jakarta, jadi dia menyusun barang-barangnya, dan bersiap untuk pergi. Dalam pikiran Yuta, kali ini dia nggak akan lari lagi seperti kemarin. Akan lebih baik kalau dia akhirnya bisa berjabat tangan secara langsung, tentu akan mengobati perasaan Yuta kan? Yuta nggak akan meminta Arin jadi miliknya, Yuta hanya, yah .. ingin salaman aja.

Tapi ..

Semua rencana itu gagal saat manajernya masuk dan melempar catatan perjalanan miliknya, juga memaki Taeyong terang-terangan di hadapan Yuta. Hari itu, sama seperti hari terburuk dalam hidup Yuta. Dia nggak menyangka bahwa perjalanan dua hari saat dia ke Jakarta waktu itu, akan di ketahui oleh agensi secepat ini. Mereka murka, mengatakan bahwa Yuta terlalu badung, karena dalam masa karantina dimana dia sedang di lindungi, Yuta malah pergi tanpa izin.

Yuta nggak bisa berbuat apa-apa saat semua rencananya di ambil alih. Juga merasa bersalah pada Taeyong yang jadi sasaran kemarahan akibat kesalahannya. Yuta nggak punya pilihan lain selain menerima hukuman. Yuta nggak bisa pergi. Maka, dia terkurung di Seoul, sampai batas waktu yang nggak bisa di tentukan.

Aku ingin pergi, ada seseorang yang harus ku temui. Tapi melihat leaderku yang harus menerima kemarahan gara-gara keegoisanku, aku nggak bisa ..

"Maaf ya, gara-gara aku .." kata Yuta waktu itu.

"Siapa orang yang mau kamu temui itu?" tanya Taeyong, yang saat itu menemani Yuta di ruang hukuman.

"Gadis yang ku sukai,"

"Yang katamu namanya indah seperti lagu rindu?" tanya Taeyong.

Yuta mengangguk.

Taeyong ingat, Yuta pernah cerita soal ini padanya dulu. Awalnya dia kira Yuta hanya bercanda, tapi ternyata dia serius. Orang yang anti ribet-ribet club kayak Yuta, yang akhirnya nekad hanya untuk seseorang, pasti sudah melewati banyak hal. Gadis ini pasti .. sangat berarti untuknya.

Tied 2| Nakamoto Yuta [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang