30. Arin

384 87 21
                                    

"Apa ku bilang, dia datang kan?"








Arin menangis saat tubuh Yuta jatuh di pangkuannya. Ini sama seperti terakhir kali Arin bertemu Yuta, waktu itu, Yuta juga jatuh di pangkuannya sebelum akhirnya sekarat.

Apakah kali ini .. dia akan begitu lagi?

"Yutaaaaa, Yuta bangun ini Arin," kata Arin sambil menepuk-nepuk pipi Yuta dengan pelan.

Tubuh Yuta tampak lemah, tapi napasnya masih teratur. Arin sedikit berharap kalau Yuta nggak pingsan parah kayak yang waktu itu.

Arin mengusap airmatanya lalu menoleh pada keramaian. Ada beberapa orang yang menghampiri Arin, menawarkan pertolongan. Setelah itu, Arin dan Yuta di bawa ke pusat kesehatan yang ada di sana, dimana Yuta di biarkan berbaring dan di periksa seadanya.

"Dia hanya shock ringan, dia akan sadar segera," kata petugas kesehatan yang saat itu sedang berjaga.

"Ma-makasih," kata Arin masih gemetaran.

Arin di biarkan duduk di samping Yuta, masih menangis sambil menyesali perbuatannya. Kalau kali ini terjadi sesuatu lagi pada Yuta, Arin benar-benar nggak tau harus bagaimana lagi. Dia merasa udah kayak pembawa kesialan, setidaknya, untuk Yuta.

"Yuta maaf," kata Arin sambil menggenggam tangan Yuta. "Ini semua salah aku,"

Malam itu Arin berusaha untuk tetap terjaga. Arin nggak akan meninggalkan Yuta barang sedetikpun.









Flashback_

Hari itu, hari yang di takutkan Arin tiba. Dia harus bertemu dengan orang asing yang menelponnya. Seorang gadis cantik yang familiar, tapi melihatnya saja membuat Arin ketakutan. Memangnya, apa yang dia butuhkan dari Arin?

"Dia bukan pacarmu," kata gadis itu sambil memberikan sebuah foto pada Arin.

Arin menatap foto itu, hanya foto biasa saat dia dan Radit sedang makan malam, itu saja. Tapi menerimanya membuat Arin marah hingga dia merobek-robek foto itu lalu membuangnya di depan muka gadis ini.

"Berhenti mengganggu ku," kata Arin geram.

Gadis itu menatap Arin dengan mata dingin.

Sebenarnya, Arin ciut, tapi dia berusaha tetap kuat. Dia sadar bahwa dia harus menghadapi gadis ini agar bisa hidup tenang.

"Tenanglah, memangnya aku mau ngapain sih?" kata gadis itu lalu menghela napas.

Arin menatapnya frustasi, rasanya ingin berteriak di depan wajahnya, tapi tak bisa karena saat ini mereka berada di tempat umum. Karena perasaan yang tertahan itu membuat Arin kuat-kuat menggigit bibirnya, hampir menangis. Tau kan perasaan marah yang tak tersampaikan dengan jelas itu rasanya seperti apa? Itulah perasaan Arin.

"Kamu mau apa lagi dariku?" tanya Arin pelan.

"Nggak ada," jawab gadis itu, lalu menyesap teh di cangkirnya dengan tenang. "Aku hanya penasaran,"

"Apa?"

"Kenapa kamu gak bersama Yuta?"

Arin melebarkan matanya. "Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Yuta. Kenapa kamu gak percaya???"

"Aku percaya,"

Arin menatap gadis itu lagi, tak mengerti apa maksudnya. "Makanya, aku bertanya, kenapa?"

Arin tergagap. Dia .. serius bertanya? Sumpah? Dia bertanya kenapa Arin gak bersama Yuta? Hah?

"Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?" tanya Arin.

Tied 2| Nakamoto Yuta [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang