06. beda arah

465 102 0
                                    

Sekarang .. apa?



Arin menyesap cappucino hangat miliknya di sebuah cafe di sudut kota, duduk diam seperti melamun. Di sebelahnya ada Yuta, yang keadaannya gak jauh berbeda dengan Arin. Keduanya menghela napas bersamaan.

Saat ini, masih malam yang sama, tapi mereka nggak bisa pulang ke apartemen tempat mereka beristirahat.

Winwin dan Tiara bilang, firasat Arin benar. Saat ini, ada banyak sekali anak perempuan yang lalu lalang di sekitar tempat mereka menginap, ntah untuk apa. Untungnya wajah Winwin dan Tiara nggak sempat terekspos juga, jadi mereka bisa sedikit lega, untuk sementara. Makanya, Arin dan Yuta nggak bisa ke sana, terlalu beresiko. Arin sih bisa bisa aja pergi, tapi nanti Yuta gimana?

"Aku punya uang nih, tapi nggak banyak," kata Arin lalu menghitung uangnya sendiri di dalam dompet. "Cukup lah buat nyari hostel murah untuk tidur malam ini,"

Yuta menoleh pada Arin sebentar, kebingungan. Mau iyain tapi nggak enak, mau nolak tapi sadar diri, saat ini Yuta bahkan nggak punya apa-apa.

"Maaf ya, kalau sampai harus merepotkan kamu," kata Yuta pada akhirnya.

Arin nggak menjawab, malah menghela napas. "Susah banget ya jadi orang terkenal, mau liburan aja susah," komentar Arin pada akhirnya.

Yuta tersenyum miring, menyetujuinya kalimat itu.

Tak lama, Arin mengerutkan kening, menoleh pada Yuta. "Kamu punya sasaeng fans?" tanya Arin penasaran, masih nggak nyangka dia baru saja berurusan sama mereka itu.

Yuta menghela napas lagi, nggak menjawab pertanyaan itu.

"Kok bisa?"

"Semua orang punya kali sasaeng fans," jawab Yuta lagi.

"Ya tapi punya kamu tuh nyusahin banget?"

"Bukan sasaeng namanya kalau nggak nyusahin,"

"Ya maksudnya tuh sampai ngikuti kemana-mana gini?"

"Semua sasaeng tuh emang kerjaannya ngikutin idolnya,"

Arin diam. Bete aja dari tadi Yuta jawab terus. Yuta bener sih, tapi cara jawabnya tuh nyebelin.

"Tau ah, bodo," gumam Arin lalu meneguk cappucino-nya sampai habis. Nggak di nikmati sama sekali.

Sisa malam itu mereka habiskan untuk membeli baju souvenir murah di sekitar tempat itu, lalu mencari hostel (kamar sharing) yang juga nggak jauh dari sana untuk menghemat waktu. Memang, untuk sementara nggak bisa keluar dari satu tempat ini karena Yuta nggak punya kartu transportasi, dan, uang Arin untuk malam ini terbatas.

Hostel yang mereka cari cukup bersih, tapi karena murah, tempatnya kecil dan sempit. Tentu aja mereka memesan kamar sharing yang khusus untuk dua orang karena kalau kamar sharing campuran, akan menambah resiko lainnya. Tolong di ingat, Yuta ini udah semacam buronan yang sedang di cari-cari fans.

Tapi tenang saudara-saudara, tempat tidurnya pisah kok, kamar mandi dan ruang ganti bajunya juga khusus jadi nggak akan ada terjadi hal-hal yang di inginkan. Lagipula Arin dan Yuta nggak sedekat itu kan?

Begitu sampai, Arin langsung melompat ke atas tempat tidur seperti udah lama nggak bertemu dengan benda itu, sedangkan Yuta sibuk membawa baju-baju murah yang tadi mereka beli untuk ganti baju besok.

"Kamu mandi duluan sana biar aku yang—" omongan Yuta berhenti, karena ketika dia melihat Arin, anak itu sudah terlelap di tempatnya. Beneran secepat itu, dia bahkan nggak membersihkan diri dulu.

Tied 2| Nakamoto Yuta [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang