"Ini mau di letakin dimana?"
Arin menoleh pada Radit yang membawa barang-barangnya, dia baru aja pulang dari rumah sakit, kebetulan di temenin Radit dari awal sampai akhir.
"Situ aja lah, nanti baju kotornya gua laundry. Dah, biarin aja mas, tar gua aja yang susun," kata Arin sambil mengibas-ngibaskan tangannya, nggak mau pusing sekarang.
Anaknya sendiri sekarang lagi buka jaket sama sepatu, udah pengen rebahan banget soalnya kangen sama kasur di sini, kasur di rumah sakit gak enak banget.
"Kamu laper nggak?"
"Nggak, gua ngantuk," jawab Arin yang beneran siap-siap pengen terjun ke kasur.
Radit geleng-geleng kepala lalu ngikutin Arin dan duduk di ranjang trmpat tidurnya. "Aku beli makanan ya, kamu makan siang?"
"Gak usah deh mas, tar gua gofood aja,"
"Gak gak, nanti kamu menunya sembarangan," kata Radit.
"Yaampun gak mungkin lah mas. Gua beli makanan sehat nanti, apa kek, gado-gado," jawab Arin santai.
Radit mengerutkan kening, lalu geleng-geleng kepala. Kemudian dia mulai ngotak-ngatik hapenya sendiri buat order gofood.
Arin menghela napas lalu ikutan duduk dan ngeliat apa yang di beli Radit barusan.
Sup Ayam.
Yaudahlah.
"Capek gak?" tanya Radit setelah selesai order, tangannya naik ke ubun-ubun Arin, mengusapnya pelan-pelan.
Arin agak gelagapan sebentar, lalu terkekeh sambil menarik tangan Radit dari kepalanya. "Nggak kok, santai aja. Nggak ada bedanya gua sakit sama nggak sakit tuh," kata Arin enteng.
Radit tersenyum, lalu mengangguk.
Kejadian barusan tadi, ada baiknya jika di berikan penjelasan.
Arin paham kalau Radit menyukainya, makanya dia selalu ada di samping Arin, terutama pada beberapa bulan ini. Bahkan usapan Radit tadi, menjelaskan seberapa besar harapan Radit pada Arin. Tapi .. Arin masih nggak tau dimana hatinya.
Jujur aja, dia suka sih sama perhatian Radit. Laki-laki itu baik, menyenangkan, memaklumi Arin waktu lagi fangirlingan (ini yang penting) dan membantu Arin mengatasi masalah hidupnya. Tapi ada sesuatu yang membuat Arin nggak bisa sepenuhnya menyukai Radit, ntah kenapa.
Sedangkan Radit sendiri, dia telah melakukan yang terbaik yang dia bisa. Kenyataan bahwa Arin menurunkan tangannya adalah bukti bahwa Arin nggak nyaman. Gadis itu senang berada di dekat Radit, tapi juga memberikan jarak. Dia menatap Radit dengan mata berbinar, tapi itu saja. Radit tetap saja nggak bisa menangkap bagaimana perasaan Arin yang sebenarnya.
Untuk beberapa alasan, Arin membutuhkan bantuan, dan Radit dengan senang hati mengulurkan tangannya tanpa pamrih. Hubungan mereka memang aneh, seperti terikat tapi juga nggak terikat.
"Rin .."
"Iya mas?"
"Minggu depan mas mau dinas ke Sulawesi, kamu bisa mas tinggal sendiri?"
Arin mengerutkan kening. "Bisa lah, biasanya juga aku sendiri kan?"
Radit menghela napas, lalu duduk semakin dekat. "Kamu yakin, gakpapa kalau gak ada mas?"
"Iya," kata Arin.
"Bener ya?"
"Iya. Lagian kalau gak bisa terus gua mau ngapain dong? Ikut lu ke Sulawesi?"
"Ya nggak. Mas bisa tukeran sama Toni ntar. Gampang lah, bisa mas atur,"
Arin tertawa garing. Enak banget ya mas Radit, tapi emang posisi kerjaannya udah bagus sih jadi kadang bisa tukeran shift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tied 2| Nakamoto Yuta [✓]
Fanficketika yang sulit terasa menjadi mudah, karena kita sepakat untuk tetap bersama .. -bagian kedua dari series Tied.Winwin-