24. Pusing

350 74 3
                                    

"Neng,"

"Neng Arin,"

"EHHHHH Iya pak?" Kata Arin kaget setelah di tepuk kecil pundaknya sama Pak Prapto.

"Udah sampai nih neng, ayo turun,"

"Lah?"

Arin melihat keluar jendela mobil. Lah iya udah sampai di parkiran bandara. Kapan sampainya?

Arin langsung geleng-geleng kepala terus turun dari mobil nyusulin Pak Prapto yang udah jalan duluan sambil ngotak-ngatik HP, ceritanya lagi standby.

Hari ini akhirnya Arin menjemput Radit di bandara. Sebenarnya males sihhh, tapi yaudahlah. Lagian mas Radit udah minta di jemput juga kemarin. Terus, Arin nggak menemukan alasan untuk menolak Radit. Tambahan lainnya, Arin lagi males di kantor jadi sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Arin kemudian duduk di ruang tunggu sama Pak Prapto, agak ngobrol sebentar karena tim yang di jemput emang masih boarding. Lagi ngobrol-ngobrol, HP Arin tetiba bunyi. Dari Yuta. Tumben?

"Pak, Arin ke sono bentar ya ada temen nelpon?"

"Temen apa temen neng?"

"Yaelah pak, kepo bener?" Kata Arin.

Pak Prapto cengengesan. "Di suruh mas Radit, neng,"

"Di suruh kepo?"

"Iye,"

"Elah,"

Arin terkekeh pelan sambil jalan dikit memberi jarak sama keramaian. Soalnya di sini bising banget, takut gak kedengaran suara Yuta.

"Halo Yuta,"

"Eoh, lagi ngapain?"

"Kerja," jawab Arin. "Tumben nelpon. Kenapa?"

"Hmmmmm, ngobrol bentar deh nanti aku kasih tau ada apa,"

Arin tertawa kecil. "Apaan sih? Serius dong!"

"Ini serius,"

Ya gimana ya, Yuta orangnya jarang punya waktu luang. Jadi kalau sekalinya nelpon untuk sesuatu yang gak serius, agak gimanaaa gitu.

"Lagi dimana sih kok rame banget?" tanya Yuta kemudian.

"Di bandara, mau jemput temen yang baru pulang dinas,"

"Si Tiara?"

"Kamu pikir temen aku Tiara doang ya?" kata Arin gemes.

"Iya," jawab Yuta santai, nggak ketauan ini dia lagi bercanda atau nggak.

Arin memutar bolamatanya. "Bukan. Temenku si Radit. Ingat gak, yang kemarin aku cerita?"

Yuta diam sebentar, sepertinya sedang berpikir. "Oh ingat. Yang nemenin kamu di rumah sakit itu kan?"

"Iya,"

"Salam aku udah di sampain belum?"

"Udah kok, katanya Arigatouuu," jawab Arin.

Yuta tertawa kecil. "Ngomong-ngomong, aku nelpon karena mau bayar hutang," kata Yuta lagi.

"Hah? Hutang apa?"

"Hutang aku selama di Singapur lah. Mana sini kirimin no rekening kamu,"

Arin bengong sebentar. Oh iyaaaa, Arin kan masih punya pundi pundi uang di tangan Yutaaaaaaa. Tapi setelah di pikir-pikir, Arin kok jadi agak nggak enak gini ya?

Tied 2| Nakamoto Yuta [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang