09. Indoor

501 90 2
                                    

Malam itu di kamar, Yuta mencoba jujur, mengatakan apa yang dia rasakan.

Dia menceritakan tentang tangan-tangan yang menyentuhnya, mimpi-mimpi buruk, perasaan terkurung di tempat tertutup, rasa mual dan mata orang-orang mengawasi.

Itu bukan pertama kalinya buat Yuta, asal kalian tau. Sebenarnya, jauh sebelum kemarin, Yuta sudah punya trauma seperti ini.

Dulu sekali, Yuta pernah terjebak jatuh di antara kerumunan waktu dia berada di bandara. Yuta masih sangat muda saat itu, anggota SM Rookies. Kekuatannya nggak sebanyak hari ini, makanya saat jatuh, Yuta hanya bisa pasrah dan meringkuk dalam untuk melindungi kepalanya. Saat itu, tangan-tangan yqng menyentuhnya tak hanya datang untuk membelai, tetapi juga untuk menyakiti. Mereka mencakar, mencubit, bahkan merobek baju Yuta. Memangnya kalian pikir, Yuta kecil bisa apa?

Tentu saja ingatan itu menjadi luka. Tapi tak apa, karena setelah itu dia mendapatkan banyak support untuk sembuh, walaupun nggak dalam waktu yang sebentar. Yuta akhirnya beranjak dewasa, membentuk hatinya agar semakin kuat, berusaha untuk menghadapi ketakutannya, hingga ketakutan itu pudar dan membuat Yuta menjadi pribadi yang lebih berani.

Tapi kenapa .. hanya karena malam saat dia panik dan sendirian, membuat luka lama itu kembali hadir menghantuinya?

Padahal Yuta sudah berani untuk melawannya, berani untuk menghadapinya, bahkan menerobos ketakutan itu dengan sekuat tenaga ..

Kenapa?

"Ummm, ini gakpapa ya kalau aku tau?" tanya Arin segan pada cerita Yuta.

"Tapi katanya kamu mau tau?" balas Yuta sambil mengerutkan kening.

"Iya sih, tapi .." Arin garuk-garuk kepala, merasa serba salah.

Heyyyyyy, barusan Yuta ceritain masalalunya ke Arin yang bukan siapa-siapa loh, bukannya senang, bagi Arin itu malah kayak beban. Maksudnya gini, emangnya Arin pantas banget ya untuk tau? Arin bahkan gak sedekat itu dengan Yuta. Sumpah, segan banget ini jadi salting!

Yuta mendecak, menatap Arin seperti malas. "Waktu aku gak mau kasih tau, kamu marah-marah. Sekarang aku kasih tau, kamu salah tingkah. Maumu apa sih?"

"Gak gitu, Yute," kata Arin buru-buru membujuk Yuta, habis tuh orang kayak siap-siap mau ngambek. "Aku kira cuma alasan remeh doang tapi ternyata ini pribadi banget. Aku jadi ngerasa gak pantas untuk tau rahasia terdalam kamu,"

Yuta menghela napas.

Iya sih.

Awalnya, Yuta juga ragu, apakah pilihannya benar untuk menceritakan ini semua pada Arin yang bahkan belum seminggu dia kenal. (Itu pun berantem terus ya kan?)

Tapi nggak, Arin harus tau.

Saat ini, informasi soal Yuta sangat penting untuk Arin ketahui, supaya dia bisa mengerti bagaimana keadaan Yuta yang sebenarnya. Biar bagaimanapun juga, untuk kedepannya, cuma Arin yang akan bersamanya, maka cerita rahasia ini sangat penting untuk di bicarakan.

"Jadi .. itu alasanmu keluar? Kamu mau melawan ketakutanmu?" tanya Arin menyimpulkan.

Yuta mengangguk. "Terkurung dalam ruangan membuatku sesak. Kalau ingatan itu datang, aku sesak sampai nggak bernapas," kata Yuta serius.

Arin menatap Yuta kasihan.

"Aku juga nggak mau terjebak dengan trauma ini. Aku ingin menantang diriku untuk menghadapi ketakutan, makanya aku pergi keluar, mencari orang-orang untuk melihat seberapa kuat aku menahan perasaan ini. Aku sudah pernah mengatasi ini sebelumnya, jadi aku sangat yakin aku bisa melawannya. Tapi .."

Tied 2| Nakamoto Yuta [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang