04. Show

506 103 4
                                    

Seharian main di wahana, bikin capek banget, tenaga terkuras habis karena kebanyakan ketawa. Yuta, Arin, Winwin dan Tiara mampir sebentar di Food Republic sepulang dari USS buat makan. Rencananya habis ini mau langsung pulang aja, mau istirahat dan mengisi tenaga untuk esok hari. Lagipula pulang dari sini mau ke Pos MRT dulu buat bikin kartu transportasi untuk Yuta.

"Sini aku aja yang ngantri bikinin," tawar Arin, tangannya menengadah minta passport Yuta sebagai salah satu syarat pembuatan kartu. Ini ceritanya dia lagi caper dan ingin berbuat baik supaya baikan sama Yuta —bukan berarti mereka lagi berantem juga sih.

"Aku aja," tolak Yuta.

"Aku aja. Sini buruaaaan,"

Yuta menggeleng, lalu beneran jalan sendirian buat ngantri. Gak lama Winwin menyusulnya, meninggalkan dua cewe ini di sudut Stasiun.

"Ih, di baikin juga," kata Arin ngedumel dalam bahasa Indonesia, dia lalu bersandar pada dinding.

Di sampingnya, Tiara tersenyum simpul. "Kamu ada apa sih sama Yuta?" tanyanya lembut.

"Gatau tuh anaknya jutek banget sama gua, serius dah,"

"Hm? Bawaan mukanya kali?" balas Tiara.

"Yaelah Ra," Arin memutar bolamatanya. "Gua bisa bedain kali mana muka jutek mana jutek beneran. Kayak tadi tuh barusan, gua nawarin ngantri, dia gak mau tuh menerima uluran tangan gua?" kata Arin panjang lebar, akhirnya mengeluarkan unek-uneknya.

"Mungkin Yuta nolak bantuan kamu karena dia emang gak mau di bantu. Yuta itu mandiri banget loh, kata Winwin, dia gak begitu mau bergantung sama orang," kata Tiara lagi, berusaha menenangkan.

"Tau ah," jawab Arin sambil cemberut. "Padahal gua udah usaha banget supaya doi nyaman sama gua, malah di musuhin,"

"Aku nggak ngeliat dia musuhin kamu kok," kata Tiara lagi, tersenyum maklum pada amarah Arin sambil ngusap-ngusap lengannya. "Mungkin kalian kurang ngobrol aja, kurang akrab. Gimana kalau nanti malam coba ajak Yuta ngobrol, supaya kalian lebih dekat dan kamu gak salah paham, hm?"

Arin menghela napas panjang, agak menyetujui saran Tiara.

Maka setelah semuanya selesai dan mereka kembali ke Apartemen, Arin siap-siap. Dia berencana ngajak Yuta untuk makan dan bicara ikrib.

Ngomong-ngomong mereka satu apartemen tapi beda kamar ya yeorobun, karena kata Winwin nggak boleh gimana-gimana sebelum menikah. Jadi ini Tiara sekamar sama Arin, Winwin sama Yuta. Nah kebetulan Tiara udah tidur duluan, jadi Arin inisiatif ngetok pintu kamar sebelah. Di tangan Arin udah ada Pop Mie, biar bisa jadi alasan ngajak Yuta duduk bareng.

Tapi belum sempat ngetok pintu kamar Yuwin, pintunya udah kebuka duluan dari dalam.

"Apa?" adalah suara pertama yang di dengar Arin setelah pintu kebuka. Yang bicara adalah Yuta, menatap Arin dengan alis terangkat sebelah. Nyebelin sumpah.

"Pas banget, aku baru mau ngajak makan mie," kata Arin nyengir sambil pamerin Pop Mie di tangannya.

"Aku mau ke konbini," kata Yuta sambil ngelewatin Arin, lalu make topi.

Arin loading ..

Konbini apaan?

"Minimarket,"

"Ooooooh," Arin ber-oh panjang. Pantesan dia gak tau, konbini kan bahasa jepang! Kemarin Arin belajar gak sampai ke situ materinya.

Arin menatap Yuta lagi, baru sadar kalau Yuta rapi banget pake hoodie dan celana olah raga. Pakai topi, pakai masker.

Tied 2| Nakamoto Yuta [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang