32. Epilog

718 94 22
                                    

Hai bodoh,
Apa ku bilang, dia datang kan?

Selamat untuk kalian berdua, ntah aku harus mengatakan ini atau nggak. Maksudnya, aku nggak peduli. Terserah saja.

Jaga Yuta, jangan sombong karena kamu bersamanya sekarang. Kalau menyakiti dia, kamu akan mati. Nggak, aku cuma bercanda.

Aku nggak akan minta maaf lagi, karena aku juga berjasa menunjukkan perasaanmu yang sebenarnya. Jadi, ku anggap impas ya.

Terus, kalian tetap harus berhati-hati. Aku bisa bilang kalau aku dan teman-temanku akan berhenti mengganggu, tapi aku nggak menjamin kamu nggak menemukan kejadian seperti ini lagi di masa yang akan datang. Bukan aku, tapi tau kan, ada banyak sasaeng baru terus tumbuh. Aku bukannya mau menakut-nakuti, cuma kasih tau aja. Jadi, kalau saat itu tiba, kamu harus membantu Yuta.

Kamu mengerti kan?



Dan Yuta,

Aku mencintaimu. Maafkan aku ya. Aku menyesal. Aku bersalah, tolong jangan benci aku. Aku berdoa agar kamu selalu sehat.

Tolong ingat aku di suatu tempat di dalam hatimu. Setelah ini mungkin aku akan menghilang, tapi aku ingin kamu mengenangku.

Permintaanku terlalu banyak, tapi aku benar-benar suka padamu. Lebih dari dunia ini. Makanya Yuta, kamu harus bahagia ya.



Sekian surat ini. Aku nggak akan kasih tau namaku, nggak ada gunanya juga. Ku kirimkan foto ini sebagai kenang-kenangan. Now you both not struggle, you are couple.

Selamat tinggal.


(Foto yang di kirim adalah foto yang di ambil fotografer pas Yuta Arin di Botanic Garden pakai sepatu roda + baju couple I love Singapore)

✈️

Setelah semua itu, akhirnya datang juga hari yang tenang. Nggak bisa di bilang menjadi hari yang baik tapi paling nggak yah ..

Cukup baik.

Arin dan Yuta akhirnya saling jujur, mengungkapkan perasaan masing-masing, kemudian sepakat untuk tetap bersama. Nggak ada perasaan yang lebih baik daripada sekedar bersama. Walaupun mereka nggak tau hal apa yang akan datang di depan sana, tapi saat ini, mereka bersama.

Ketakutan selalu ada, kadang masih nggak percaya apakah semua ini terasa nyata. Walaupun berakhir dengan tenang, tapi tetap saja ada rentetan masalah yang harus di selesaikan.

Bagi Arin, ini bukanlah akhir yang mudah. Mungkin akhir yang indah, tapi berduri. Arin perlu waktu untuk mengendalikan dirinya sendiri.

Selama ini dia selalu punya motto hidup, yang selalu dia pegang selama dia beketja di Perusahaan Televisi. Motto hidup itu membuatnya lebih rasional, nggak terbebani dan paham dengan semua situasi. Arin tau, menjadi bagian dari Idol itu tidak mudah, sejak awal, dia mewanti-wanti dirinya sendiri. Tapi siapa sangka?

"Idol mungkin baik, tapi mereka nggak serius. Jadi, jangan baper. Pilih saja yang jalur jalannya kelihatan, jangan mikir ketinggian, bahkan mereka nggak tau kalau kamu hidup,"

Sekarang, Arin harus merubah gaya pikirnya, merubah sudut pandangnya, menerima hidupnya yang baru.

Nggak, Arin.

"Idol juga manusia, seperti kamu, mereka juga punya perasaan dan hidup menapak di tanah yang sama dengan manusia lainnya. Suka tidak suka, kalau dia memang takdirmu, dia akan tau kalau kamu .. hidup,"

Tied 2| Nakamoto Yuta [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang