12. AADY

399 83 3
                                    

Beneran dong, malam ini mereka begadang untuk merayakan perpisahan —walaupun gaktau kapan pisahnya.

"Cheers!" Kata keduanya kompak sambil mendentingkan gelas bir di udara, kemudian minumnya samaan juga sekali teguk.

"Nomor satu!" Kata Arin memulai pembicaraan. "Kalau udah balik, jangan lupa balikin uangku!"

"Iya iya," kata Yuta paham. Ngerti lah, dari hari pertama kesusahan di sini, dia bergantung banyak dengan uang Arin. Iya sih ada kartunya Winwin tapi kan gak bisa di pakai kalau nggak keluar rumah.

"Nomor dua, jangan lupa diri ya nanti mentang-mentang kembali hidup senang, aku di lupain!"

"Nggak lah Arin," kata Yuta lagi.

Arin angkat bahu. Biasanya artis gitu sih, nggak tau deh Yuta begimane.

"Mumpung lagi setengah mabok nih mau main jujur-jujuran gak?" tanya Arin lagi, beneran nggak membiarkan malam ini hening bahkan untuk sebentar.

"Main jujur gimana?"

"Menyampaikan unek-unek gitu Yute, kamu ada semacam dendam pribadi gitu gak sama aku, sampain aja sekarang?"

Yuta mengerutkan kening. Frontal banget si Arin, ngeri. "Nggak lah, gak usah aneh-aneh deh,"

"Ah, masa?" Kata Arin sambil nyengir. Masih ingat tuh dia, Arin dan Yuta kan nggak akrab dulu, berantem terus.

"Nggak tuh, aku gak ada perasaan begitu. Kamu kali?"

"Ya mana tau kamu masih gak suka aku panggil Yute terus di pendam dalam hati?" kata Arin.

Yuta tersentak kecil, akhirnya ingat kalau selama ini dia memang di panggil pakai nama 'Yute' sama Arin. Yuta gak sadar sama sekali sanking udah terbiasanya.

"Ingat kan? Yute artinya Yuta bete? Kayaknya aku harus berhenti manggil kamu Yute soalnya kamu udah nggak ngebetein lagi. Kembali jadiiiii ~ Yuta-san!" seru Arin dengan senyum lebar. Tapi nggak sesuai dugaan, Yuta malah melihatnya dengan pandangan nggak suka. Arin langsung mengerutkan kening, bingung. "Kenapa sih?"

"Yute aja, gakpapa," jawab Yuta dingin, lalu kembali meneguk bir nya sendirian.

Arin makin mengerutkan kening. "Ih, padahal dulu bilangnya gak suka," kata Arin sambil nepuk paha Yuta sekali.

"Suka kok,"

"Nggak tuh,"

Yuta menghela napas. "Yaudah lah, kan udah berlalu juga. Dulu aku emang gak senang di panggil Yute, tapi kan sekarang nggak. Lagian itu udah kayak nama panggilan, nggak buruk juga,"

Arin langsung auto senyum lebar. Senyumnya kayak senyum antagonis gitu, tau kan? "Kamu itu sebenarnya tsundere kan? Iya kan?" kata Arin setengah mengejek.

"Apa sih, gak usah berlebihan,"

Arin kembali angkat bahu, kemudian memilih untuk mengisi minuman mereka berdua.

"Gantian, kamu mau mengatakan sesuatu padaku gak?" tanya Yuta hati-hati.

Arin nggak langsung menjawab, masih sibuk menuangkan minuman sebelum memberi gelas lagi pada Yuta.

"Hmmm, maaf?" kata Arin sambil meringis.

"Maaf, apa?"

"Yah, semuanya," kata Arin. "Aku dulu bertindak semaunya, padahal aku nggak paham apa yang kamu rasakan. Terus, aku malah sok ngatur-ngatur, terus marah-marah, terus menentangmu.." tambah Arin lagi lalu mengangkat gelasnya sekali lagi pada Yuta. "Untuk aku yang waktu itu, aku minta maaf,"

Yuta tersenyum kecil, lalu mendentingkan gelas mereka sebelum meneguknya lagi. "Menurutku itu nggak perlu,"

"Apanya?"

Tied 2| Nakamoto Yuta [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang