Sesosok laki-laki berdiri dengan bersedekap dada ditangga paling atas. Badannya ia sandarkan pada pegangan tangga. Raut wajahnya memancarkan kesal bercampur emosi. Lima belas menit ia telah berdiri disini menunggu sang adik yang tak kunjung naik ke lantai atas. Ada hal yang membuatnya kesal dan harus ia pertanyakan pada adik perempuannya.
Aurora berlari menaiki tangga dengan tawa yang nyaring setelah ia berhasil menggoda Papanya. Namun setelah beberapa detik kemudian tawanya luntur setelah melihat raut muka abangnya yang tidak tenang. Jika seperti ini sudah dipastikan ia melakukan kesalahan, lalu apa? Apakah ia bertindak suatu hal yang tidak disukai abangnya? Jika itu tentang ia berboncengan dengan laki-laki tolong kembalikan ia pada waktu sebelum ini terjadi. Mungkinkah karena itu?
"Abang? Muka lo jutek amat sih?". Tanya Aurora sekedar basa-basi.
Rafael berdeham seraya melirik Aurora sekilas. "Udah mulai berani pulang malem lo ya?". tanya Rafael sinis.
"Apaan sih bang? Kayak gue baru pertamakali pulang malem aja!?". Tanya Aurora tak kalah sengit.
"Itu beda! Sebelum-sebelumnya lo pulang malem sama Papa atau enggak gue abang lo, terus sekarang lo udah mulai berani boncengan sama cowok pulang malem lagi? Kalo ada apa-apa apa mau dia tanggung jawab?". Cerca Rafael berusaha memberikan pengertian pada adiknya.
"Yang penting gue selamat sampai rumah kan? Lagian dianya yang maksa gue pulang bareng". Ujar Aurora tak menyadari jika kalimat itu akan membuat Rafael kembali naik pitam.
"Ap-APA? Dia berani maksa-maksa lo? Cek dulu sana berbatang apa kaga! kalau ada batangnya gue tantang dia duel ! Enteng banget maksa-maksa adik gue!". Sengit Rafael dengan suara yang naik satu oktaf setelah mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Aurora.
"Batang? O-ohh". Sangat canggung ketika ia mengetahui batang yang dimaksud abangnya.
Rafael tersenyum tertahan melihat pipi Aurora bersemu merah. "Kasih gue paham sebelum tu cowok habis ditangan gue"
"Yaudah ga usah galak-galak juga kali! Jadi tadi itu nggak ada angkot, sekalinya ada angkotnya penuh jadinya dia nawarin gue pulang bareng soalnya sekolah udah sepi banget!". Bohong Aurora
"Lo pulang sekolah jam berapa?". Tanya Rafael mengintimidasi.
"Jam 3, kenapa?". sahut Aurora seraya mengangkat sebelah alisnya
"Dan sekarang jam?". Tanyanya Rafael kembali
"Jam 8 bang! Itu ada jam gede nemplok di dinding masa gak liat sih? Duit Papa nangis kalo sampe lo gak liat itu jam!". Sahut Aurora gemas.
"Jadi selama lima jam itu lo kemana aja? Bolak-balik Bandung? Bogor? Apa nyangkut disuatu tempat?". Tanya Rafael membuat otak Aurora kembali bekerja mencari alasan yang tepat sebelum Rafael menyimpulakn asumsinya adalah benar.
"Udah gue bilang, gue nunggu angkot lama bang Rafael! Habis itu ke toko kue sebentar ambil pesenan mamanya dia! Dan gue ke butik mamanya nganter kue pesenannya! Yakali gue nolak diajak mampir masih untung dia mau nebengin gue". Sahut Aurora seraya mengelus dadanya sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI
Teen Fiction⚠WARNING TYPO BERTEBARAN ini cerita youngadult yang bocil minggir dulu yok, emak lu tau disabet sapu lu! Rajawali Liam Taksa sang alpha dari Alfasus, geng beranggotakan remaja laki-laki penuntut arti kebebasan dari SMA Antariksa. Tawuran dan balapan...