Pukul tujuh malam, mereka telah tiba di bandara mengantar kepergian Rafael menuju London. Aurora bergerak membantu abangnya menurunkan satu persatu koper dari bagasi mobil dan meletakkan di aats troly yang diambil Rafael tadi.
Aurora menepuk telapak tangannya setelah berhasil memindahkan koper-koper itu, "Udah bang, udah gue pindahin, ini last day gue jadi babu lo jadi gue bakal kerja keras ngasih kesan bagus ke lo"
Rafael tersenyum seraya mengacak rambut Aurora, "Makasih babu gue yang cantik, tapi jangan bahagia dulu karena gue bakal balik jadiin lo babu gue lagi"
"Aduduh sorry to say gue ga bakal mau dijadiin babu lagi", ucap Aurora seraya memeletkan lidahnya.
"Mau gam au harus mau. Lo mau duit abang dan abang butuh babu untuk diperkerjakan. Ayolah girl simbiosis mutualisme"
"Gue tetep ga mau", ucap Aurora seraya merubah raut wajahnya menjadi menyebalkan membuat Rafael mengulurkan tangannya dan mengapit leher Aurora di ketiak.
"Huaaa sakit bang! Ketek lo bau neraka! Huek!"
"Kerjaan kalian berdua adu mulut aja, pusing papa dengernya", keluh sang papa.
"Kita denger suara berisik malem-malem dari kamar papa-mama aja ga pernah protes, malah kita menghargai ya ga dek?", ucap Rafael seraya menyenggol lengan Aurora.
Dan bodohnya Aurora mengangguk-anggukan kepalanya setuju.
Sang papa yang mendengar pernyataan yang keluar dari mulut putra sulungnya sontak melebarkan mata, "Dasar anak lucknut!"
"Kebiasaan ngomongnya ga disaring!", ucap sang mama
"Hehehe peace ma, maafkeun anak mu paling ganteng ini", ucap Rafael dengan percaya diri.
Aurora mencebikkan bibirnya, "Punya abang pedenya kebangetan, gini nih kecilnya sering dipuji-puji gedenya jadi ga tau diri"
"Aku sadar diri namun kamu sukanya ngiri membuatku semakin ingin banting", ucap Rafael dengan wajah menyebalkan.
"Kenapa ga check in bang? Ga ketinggalan pesawat?", Tanya papa
"Belum pa masih ada 30 menit, Rafa masih nunggu temen"
"Ohh yaudah papa tunggu dimobil temenin mama , adik kamu mau minum susu"
"Oke pa, tapi janagn sampai papa yang nyusu"
Papa mengangkat gembalan tangannya namun dibalas tawa geli oleh Rafael.
Aurora mendorong bahu abangnya membuat laki-laki itu bergeser ke samping, "Ihh abang ga boleh gitu ga sopan ke orang tua"
Rafael masih dengan senyuman gelinya tak menghiraukan ucapan adiknya.
"Bang temen lo yang mana sih?"
"Ada deh- eh ini orangnya dateng juga lo Kev kebiasaan ngaret untung gue ga tinggal!", ucap Rafael seraya bertos ala laki-laki sedangkan Aurora terpaku dengan laki-laki yang dimaksud teman abangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI
Teen Fiction⚠WARNING TYPO BERTEBARAN ini cerita youngadult yang bocil minggir dulu yok, emak lu tau disabet sapu lu! Rajawali Liam Taksa sang alpha dari Alfasus, geng beranggotakan remaja laki-laki penuntut arti kebebasan dari SMA Antariksa. Tawuran dan balapan...